24 | Menguping Dengan Sengaja

830 65 22
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Diana baru selesai membayar makan siang mereka saat itu, ketika netranya menangkap sosok Kalingga bersama Sumardi datang ke warung soto tersebut. Kedua pria itu duduk di salah satu meja kosong dekat pintu. Mereka sama sekali tidak melihat kalau Diana masih ada di sana, dan Diana pun memilih untuk tidak menunjukkan diri meski saat itu ia masih kepikiran soal saran dari Reza dan Zuna. Ia merasa harus tetap fokus pada tujuan keberadaannya di SMP GENTAWIRA, bukan lagi fokus pada Kalingga dan masa lalu.

"Eh? Itu yang keluar barusan, Diana, 'kan?" tanya Sumardi.

Kalingga langsung berbalik dan melihat ke arah luar warung soto. Pria itu langsung melihat sosok Diana yang kini tampak sudah akan menyeberangi jalan bersama Zuna dan Reza.

"Mm ... itu Diana, Sum," jawab Kalingga, terdengar sangat lesu.

Sumardi benar-benar merasa kasihan pada Kalingga, karena sulit mendapatkan kesempatan untuk bisa berbicara dengan Diana. Diana sudah terlanjur salah paham begitu jauh. Wanita itu sudah terlanjur terluka dengan apa yang dilihatnya dimasa lalu, sehingga enggan untuk membahasnya dengan Kalingga. Namun di sisi lain, Kalingga juga terluka karena merasa bersalah pada Diana. Pria itu menyesal karena tidak langsung saja menjelaskan pada Diana mengenai kesalahpahaman yang terjadi.

Zuna tiba di dekat mobilnya dan berbalik untuk memastikan, kalau Diana tidak sedang berada di tengah mood yang buruk. Reza dan Diana kini menatapnya sebelum pria itu pergi. Rudi yang baru kembali dari ke sekolah langsung memperhatikan mereka bertiga dari jauh.

"Kalau kamu enggak mau dengar saran kami berdua, jangan diambil hati. Lupakan saja dan jalani semuanya seperti biasa, seperti yang kamu mau," ujar Zuna.

"Iya, aku akan melupakan saran kalian tadi dan akan menjalani hidup seperti biasanya. Lebih baik tidak usah mengulik lagi luka yang lama. Aku sudah susah payah mencoba menyembuhkan luka itu, dan aku tidak siap untuk mencari obat baru lagi," sahut Diana.

"Hm, iya ... iya ... aku juga paham. Aku satu-satunya obat yang bisa kamu temukan dan enggak ada duplikatnya. Jadi sudah jelas kamu tidak perlu membuka luka lamamu, karena obatnya memang cuma aku," balas Zuna, sambil tersenyum menyebalkan di hadapan Diana.

Reza langsung tertawa geli saat mendengar kepercayaan diri Zuna yang sudah tidak bisa dianggap biasa. Diana langsung menghadiahi pukulan penuh kasih sayang pada lengan pria itu, sampai Zuna meringis kesakitan dan meraih Diana ke dalam pelukannya.

"Sudah ... sudah ...! Biarkan Zuna kembali ke kantornya, Na. Kalau dia ada di sini terus, bisa babak belur dirinya karena kamu memukuli dia sepanjang waktu," saran Reza, sambil mencoba menahan tangan Diana agar tak terus memukul meski saat itu Zuna sedang memeluknya.

"Biar saja, Za. Memukuli lenganku adalah salah satu tingkah manjanya Diana terhadapku," ujar Zuna.

"Ya ... ya ... aku akan percaya dengan ucapan kamu, Zu. Tapi sebaiknya kamu tidak kembali ke kantor dalam keadaan memiliki lengan yang keseleo, bukan?"

Zuna benar-benar pergi dari depan SMP GENTAWIRA setelah melepaskan Diana dari pelukannya. Diana masih memasang wajah datar setelah Zuna pergi. Reza kemudian merangkulnya untuk mengajaknya masuk ke area sekolah. Mita sudah berada lebih awal di Ruang Guru bersama Guru lainnya. Diana dan Reza mendengar bahwa Rudi akan mengadakan rapat, untuk membahas soal persiapan Ujian Tengah Semester yang akan segera berlangsung beberapa minggu lagi. Reza pun segera memberi tahu Diana tentang apa saja yang harus wanita itu siapkan sebelum rapat dimulai. Rudi keluar dari ruangannya, lalu menatap ke arah para Guru yang akan ikut rapat.

"Di mana Pak Beni? Apakah dia sudah diberi tahu bahwa kita akan rapat setelah jam makan siang?" tanya Rudi.

"Tadi Pak Beni keluar sebentar, Pak Rudi. Tapi kami tidak tahu Pak Beni pergi ke mana," jawab Darwin--Guru Fisika.

Rudi pun menatap Diana yang tampak mencoba menghubungi Beni.

"Ponselnya tidak aktif, Pak Rudi," ujar Diana.

"Bisakah Bu Diana tolong cari keberadaan Pak Beni? Kita tidak bisa buang-buang waktu karena harus segera kembali mengajar anak-anak," pinta Rudi.

"Baik, Pak Rudi. Akan aku cari Pak Beni di luar," jawab Diana.

Diana benar-benar segera keluar dari Ruang Guru. Reza hendak menemaninya, namun Rudi memberinya tugas untuk mencetak beberapa lembar jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan selama Ujian Tengah Semester berlangsung. Jadi mau tidak mau, Diana harus mencari keberadaan Beni sendirian.

Diana mendengar adanya suara seseorang yang sedang marah-marah, saat mencari keberadaan Beni. Ia mengenali suara itu sebagai suara Beni. Pelan-pelan ia mendekat ke arah bagian samping gedung, lalu mencoba mengintip hal yang sedang Beni lakukan. Laki-laki itu tampak sedang menelepon seseorang. Wajahnya terlihat penuh kemarahan seperti yang sedang dia ungkapkan kepada si penelepon. Ponsel laki-laki itu berada dalam genggamannya, sementara tombol loudspeaker terlihat diaktifkan.

"Aku mau kamu membantuku lagi kali ini, Silmi. Aku butuh Diana merasa dikhianati sekali lagi oleh dua orang laki-laki yang kini ada di sisinya. Meskipun mereka hanya bersahabat, aku ingin Diana merasa dikhianati oleh mereka seperti dia merasa dikhianati oleh Kalingga belasan tahun lalu. Diana sampai detik ini percaya bahwa Kalingga mengkhianati dia, setelah kamu menggoda dan memeluk Kalingga pada hari dia datang saat kelulusan kami. Aku ingin dia kembali merasa dikhianati, agar kali ini aku benar-benar bisa mendapatkan dirinya seperti yang aku mau," jelas Beni, dengan nada tinggi.

"Kamu pikir mudah, membuat seseorang percaya bahwa dirinya kembali dikhianati setelah pernah melalui hal yang sama? Aku yakin Diana tidak bodoh, Beni. Diana pasti akan tahu rencana kita kalau sampai aku kembali berusaha ingin menggoda dua laki-laki yang selalu ada di sisinya saat ini. Diana mungkin juga akan curiga, bahwa dulu Kalingga tidak mengkhianati dia seperti yang dirinya lihat. Aku muncul di depan Kalingga pada waktu itu karena kamu mendadak telepon setelah bertemu dengan Diana yang mencari-cari Kalingga. Ya ... meski Kalingga sebenarnya sempat hampir luluh dan berhasil tergoda padaku jika saja Diana tidak keburu muncul, tapi tetap saja awalnya Kalingga tidak pernah punya niatan untuk berkhianat pada Diana. Semua itu adalah rencana kamu, karena kamu ingin sekali menghancurkan hubungan Kalingga dan Diana. Jadi ... Diana akan curiga jika sampai rencana seperti itu terjadi untuk kedua kalinya, Beni. Dia pasti akan langsung mencari tahu tentang siapa yang memintaku untuk selalu hadir di dalam kehidupannya," sanggah Silmi.

Diana segera mundur perlahan dari tempatnya bersembunyi dan mengintip. Ia bergegas kembali ke Ruang Guru sambil menahan amarahnya yang sudah siap untuk diledakkan. Rudi menatapnya dan Diana langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi raut wajah penuh keputusasaan.

"Maaf, Pak Rudi. Aku sudah keliling mencari, tapi Pak Beni tidak juga bisa aku temukan keberadaannya," jelas Diana.

Reza segera menyodorkan tisu kepada Diana, agar wanita itu bisa menyeka keringatnya. Rudi kini merasa kesal setengah mati karena Beni tidak segera muncul. Mita kembali mencoba menghubungi Beni, namun hasilnya sama saja seperti saat Diana menghubunginya.

* * *

Rahasia Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang