56 | Menahan

581 67 40
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zuna bisa merasakan amarah yang begitu besar dari diri Diana, ketika mereka sama-sama melihat baju seragam Sekar di dalam kardus milik Rudi. Diana benar-benar sulit mengendalikan diri, karena dalam pikirannya sudah berkelebatan banyak sekali prasangka buruk mengenai apa yang Rudi lakukan terhadap jasad Sekar. Zuna berusaha tetap berada di sisi Diana, agar Diana segera kembali mendinginkan pikirannya. Ia jelas tidak mau Diana mendadak bertindak membabi buta kepada Rudi. Karena bagaimana pun, ada banyak hal yang akan dikorbankan jika sampai Diana tidak lagi bisa berpikir rasional.

"Tenang, Na. Tenangkan dirimu," bujuk Zuna.

Tangan Diana yang terbungkus sarung tangan lateks masih terkepal begitu erat. Wajahnya memerah begitu pekat, menunjukkan bahwa dirinya memang sedang dikuasai oleh amarah.

"Istighfar, Na. Ayo cepat istighfar," ajak Zuna.

Diana menarik nafas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan perasaan yang berat. Ia ingin sekali segera meledakkan amarahnya, namun bujukan Zuna membuatnya kembali berpikir ulang tentang niatnya tersebut.

"Astaghfirullah hal 'adzim," lirih Diana. "Astaghfirullah hal 'adzim. Astaghfirullah hal 'adzim."

Zuna segera mendekapnya, berharap agar Diana benar-benar bisa mendapatkan rasa tenang meski hatinya sedang dipenuhi emosi. Apa yang mereka lihat di dalam kardus itu jelas bukan sesuatu yang bisa dianggap biasa. Seragam milik Sekar terlihat penuh bercak darah yang sudah lama mengering. Hal itu jelas bisa memancing emosi bagi siapa saja yang melihatnya, dan Zuna sangat memahami itu.

"Tidak bisa kubayangkan jika Reza malam ini ada bersama kita, Zu. Entah bagaimana jadinya dia ketika melihat apa yang kita lihat di dalam kardus ini," ungkap Diana.

"Beruntungnya Reza sedang tidak bersama kita malam ini, Na. Dan sebaiknya dia tetap tidak perlu tahu mengenai seragam milik Sekar yang kita temukan ini, agar dia tetap bisa bersabar seperti biasanya," saran Zuna.

"Ya, kamu benar. Reza jelas tidak perlu tahu mengenai perkara yang satu ini. Pikirannya pasti akan langsung melayang ke berbagai arah seperti yang aku alami barusan, jika dia sampai tahu bahwa jasad Sekar saat ini terkubur tanpa seragamnya," Diana setuju.

Zuna kini tampak sedang memikirkan sesuatu. Diana memahami hal itu meski hanya menatapnya sebentar sebelum kembali teralih pada isi kardus milik Rudi.

"Jadi bagaimana kira-kira yang terjadi saat Almarhum Helmi dan Rudi menguburkan jasad Sekar? Menurutmu ... apakah mereka menelanjangi jasad Sekar lebih dulu sebelum dikubur?" tanya Zuna.

Ekspresi yang Zuna tunjukkan jelas sama sekali tidak bagus. Pria itu terlihat tidak senang dengan pertanyaannya sendiri, namun tetap harus bertanya karena merasa sangat penasaran. Diana--yang sedang memeriksa baju seragam milik Sekar--kembali terdiam sambil mengamati bagian-bagian tertentu yang menurutnya agak janggal.

"Kemungkinan memang begitu, Zu. Tapi entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang berbeda pada masa lalu. Lihat ini," Diana menunjuk beberapa bagian pada baju seragam milik Sekar.

Zuna memperhatikan dengan seksama pada apa yang sedang Diana tunjukkan.

"Bagian-bagian ini terlihat sangat kotor. Ada jejak-jejak bekas tanah yang menempel pada baju seragam ini. Menurutku, jika Almarhum Helmi diminta membantu menguburkan jasad Sekar oleh Rudi, maka Rudi jelas tidak akan memintanya membantu untuk menelanjangi jasad Sekar. Rudi sangat menginginkan Sekar menjadi miliknya seorang, jadi dia tidak akan membiarkan Almarhum Helmi melihat tubuh Sekar tanpa pakaian. Jadi aku rasa, mereka memang menguburkannya bersama setelah Rudi membunuh Sekar. Tapi Rudi kembali lagi sendirian dan menggali di tempat mereka menguburnya, lalu melepaskan semua yang Sekar pakai," duga Diana.

"Dan setelah itu barulah dia mengubur kembali jasad Sekar? Begitu menurutmu, Na?" Zuna ikut menduga-duga.

Tatapan Diana terlihat begitu dalam selama beberapa saat. Wanita itu masih belum melepaskan baju seragam milik Sekar yang tengah diamatinya sejak tadi. Entah apa yang tengah dia pikirkan, yang jelas hal itu membuat Zuna merasa penasaran setengah mati.

"Aku rasa tidak, Zu," jawab Diana, tiba-tiba.

"Hah? Apa yang kamu rasa tidak, Na?" Zuna terdengar sedikit bingung.

"Rudi tidak mengubur jasad Sekar kembali seperti semula. Dia psikopat, Zu. Kita sama-sama tahu kalau dia sangat ingin memiliki Sekar. Dia terobsesi ingin memiliki Sekar, baik itu dalam keadaan hidup ataupun mati. Jadi, dia jelas tidak menguburkannya kembali. Sekarang rasa curigaku pada ruang khusus jenazah di Rumah Sakit itu semakin besar. Entah kenapa aku merasa kalau jasad Sekar pasti ada di sana agar bisa dia awetkan. Dia ingin selalu melihatnya setiap saat saking terobsesinya. Jadi sudah pasti dia akan menyimpan jasad Sekar di sana," jelas Diana.

Zuna tidak bisa mendebat Diana kali itu. Apa yang menjadi dugaan Diana sangatlah masuk akal dan sudah pasti bisa dilakukan oleh Rudi tanpa ada yang menghalangi. Ibunya berkuasa di Rumah Sakit itu, jadi Rudi jelas akan memanfaatkan kuasa Ibunya untuk menjadikan Sekar sebagai sesuatu yang bisa dia miliki meski sudah tidak bernyawa.

"Kalau begitu sebaiknya kita segera bertindak, Na. Kalau kita bisa menemukan jasad Sekar di sana, maka kita akan langsung bisa menjatuhkan Rudi tanpa ada kesulitan. Dia tidak akan bisa mengelak dari hukuman yang sudah menunggunya selama ini."

Rudi mengamati keadaan sekitarnya, sebelum dirinya membuka pintu salah satu pembeku mayat di dalam ruangan khusus yang ia datangi. Setelah dirasa aman, ia akhirnya membuka pintu pembeku mayat yang ada di hadapannya. Sesaat kemudian ia menarik bagian dalam pembeku tersebut, sehingga wajah cantik Sekar yang selalu ia kagumi bisa terlihat dengan jelas. Ia tersenyum saat menatapnya. Ia mengusap wajah cantik Sekar dengan sangat lembut, seakan takut jika wajah itu akan tergores dan berubah dari biasanya.

"Hai, Sekar Sayang. Kekasihku yang cantik. Akhirnya kita bertemu lagi malam ini. Kamu semakin cantik dan aku semakin cinta padamu. Kamu tahu, tadinya aku mau membawakan baju seragam yang dulu pernah kamu pakai. Aku mau menjadikannya hadiah untukmu, agar kamu bisa mengenang bagaimana pertama kali saat kita bertemu bertahun-tahun lalu. Sayangnya, ada orang sinting yang mencuri hadiah itu sehingga aku tidak bisa membawanya ke sini. Tapi kamu tenang saja, kamu sudah sangat terlihat cantik dengan gaun pengantin yang aku pilihkan ini. Kamu benar-benar cocok memakainya dan kamu sangat cocok untuk menjadi pengantinku. Aku cinta kamu, Sekar. Aku sangat mencintai kamu," ungkap Rudi, penuh dengan perasaan bahagia.

Sosok Sekar--yang sejak tadi mengikuti Rudi--menatap dengan penuh amarah dan rasa jijik. Sosok itu ingin sekali melenyapkan Rudi selamanya. Namun ia sadar bahwa itu hanya akan membuat Rudi terbebas dari hukuman. Maka dari itulah ia tidak pernah menyentuh Rudi secara langsung seperti yang pernah dicoba oleh sosok Helmi. Ia tidak ingin dirinya tak pernah ditemukan sama sekali. Ia ingin jasadnya kembali pada keluarganya. Ia ingin melihat Reza kembali seperti dulu. Ia ingin ada penyelesaian antara dirinya dan keluarganya.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now