45 | Pecah Pertengkaran

781 65 6
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Mita tiba di sekolah pada waktu yang sama dengan Beni. Keduanya tidak saling bertegur sapa seperti biasa, akibat peristiwa kemarin yang terjadi di MAXX Coffee. Mita pikir, Beni mengejarnya karena lebih memilih untuk memihak dirinya daripada Diana. Sayang sekali, yang terjadi justru tidak sesuai dengan harapan Mita. Beni mengejarnya hanya untuk memaki-maki dirinya karena telah berani menjambak rambut Diana. Bahkan laki-laki itu juga mengingatkan dirinya, soal perkara masa lalu yang pernah Mita lakukan hanya demi meraih keuntungan bagi diri sendiri. Hal itulah yang membuat Mita enggan bicara dengan Beni, dan Beni pun juga enggan bicara dengan Mita karena masih tidak terima atas perlakuan buruk perempuan itu kepada Diana.

Setibanya mereka di Ruang Guru, sudah ada beberapa orang Guru yang tampak sedang menyiapkan materi mengajar hari itu. Tatapan mereka hanya tertuju pada kotak yang ada di atas meja masing-masing. Mereka merasa cukup heran dengan keberadaan kotak itu, karena sebelum-sebelumnya mereka sama sekali belum pernah mendapatkan paket yang tertuju ke alamat SMP GENTAWIRA, sekalipun jika itu adalah belanjaan online.

"Uhm, maaf, Pak Darwin," panggil Mita.

Darwin pun menoleh dan menatap Mita seraya tersenyum seperti biasanya.

"Iya, Bu Mita. Ada apa?" tanyanya.

"Ini ... kotak apa, ya, Pak? Kok mendadak ada di atas meja saya?" tanya Mita.

Beni yang sedang menatap ke arah kotak di atas meja kerjanya pun kini ikut menatap ke arah Darwin.

"Saya kurang tahu, Bu Mita. Tadi saat saya tiba, kotak itu memang sudah ada di meja Bu Mita," jawab Darwin, apa adanya.

"Kotak yang ada di atas meja Pak Beni juga sudah ada di sana sejak pagi. Padahal waktu Pak Darwin dan saya tiba di sini, belum ada satu pun Guru yang datang. Ruang Guru ini masih kosong. Jadi kemungkinan, ada yang mengantarnya ke sini dan langsung menyimpannya ke atas meja kalian masing-masing," tambah Tina.

Mita dan Beni pun langsung mengerenyitkan keningnya dengan kompak. Mereka benar-benar tidak paham, mengapa bisa diri mereka menerima paket padahal tidak pernah memesan apa pun. Rudi tiba tak lama kemudian dan langsung beranjak menuju ruang kerjanya. Mita dan Beni segera membuka kotak di meja mereka masing-masing, lalu melihat isinya. Wajah keduanya langsung berubah total, tepat pada saat Guru-guru lain--kecuali Reza dan Diana--tiba di ruangan tersebut. Tatap mata mereka kini terarah satu sama lain dan penuh dengan kemarahan.

"Kamu yang menyimpan kotak ini di mejaku, hah???" amuk Mita.

"Jangan sembarangan ngomong kamu!!! Jelas-jelas kalau kamu adalah orang yang menyimpan kotak ini di mejaku!!! Jangan pura-pura menuduh, padahal kamu adalah pelakunya!!!" Beni ikut mengamuk.

Rudi langsung keluar saat mendengar keributan. Ia menatap ke arah Beni dan Mita, seperti yang dilakukan oleh Guru-guru lain pada saat itu.

"Tutup mulut kamu!!! Jangan menuduhkan sesuatu yang tidak pernah aku lakukan!!! Jelas-jelas kamu yang menyimpan kotak ini ke atas mejaku!!! Karena cuma kamu yang tahu mengenai apa yang aku lakukan untuk mendapatkan Zuna!!! Kenapa??? Kamu merasa marah karena kemarin aku menjambak rambut Diana???" tantang Mita.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Mita!!! Jelas-jelas cuma kamu yang tahu mengenai persoalan Kalingga dan Silmi yang aku atur!!! Kenapa kamu membuka semua itu dan menyimpannya dalam kotak ini??? Kamu marah, karena aku kemarin lebih membela Diana daripada kamu??? Sudah jelas-jelas kamu salah kepada Zuna, tapi kamu malah menyerang Diana yang membelanya. Zuna itu sahabatnya Diana, dan kamu malah menyerang dia sekaligus melakukan kekerasan padanya di depan umum dengan cara menjambak rambutnya!!! Untung saja Zuna tidak langsung menjebloskan kamu ke penjara dengan tuduhan penyerangan, meski dia melihat sendiri bagaimana kamu menjambaknya dengan kasar!!! Untung saja Zuna lebih memilih mengkhawatirkan keadaan Diana dan tidak meminta Pak Reza untuk jadi saksi atas kelakuanmu kemarin!!! Dasar perempuan tolol!!!" Beni balik membeberkan fakta soal Mita.

"CUKUP!!!" lerai Rudi, lantang.

Mita maupun Beni kini menatap ke arah Rudi dan tidak lagi berani bicara. Wajah Rudi tampak begitu marah, terlebih karena laki-laki itu telah mendengar apa yang terjadi pada Diana kemarin siang.

"Pantas saja Diana terlihat murung semalam dan memilih menghibur dirinya sendiri saat Zuna pergi tugas keluar kota. Ternyata kamu telah melakukan hal yang kelewatan dan bahkan disaksikan oleh Pak Reza??? Di mana rasa malumu, Mit??? Sudah aku bilang 'kan, jangan terus-menerus menjadi Drama Queen!!! Kita bukan anak remaja lagi!!!" tegas Rudi.

"Jangan ikut salahkan aku!!! Bukan kamu yang tidak bisa memiliki Zuna karena Diana ada di sisinya!!! Aku yang tidak bisa memiliki Zuna, dan Diana adalah penghalang bagiku!!!" balas Mita, tak bisa lagi menahan amarahnya.

"Diana tidak pernah menghalangi kamu untuk dekat dengan Zuna!!! Zuna hanya sahabat bagi Diana dan aku sendiri bisa menjamin hal itu!!!" Rudi semakin tersulut emosi.

"Pada dasarnya, Zuna yang tidak mau lagi dekat-dekat denganmu karena kamu adalah penyebab kematian seluruh anggota keluarganya!!! Jangan bawa-bawa Diana!!! Kamu yang berbuat kriminal, kamu juga yang mau cari kambing hitam!!!" tambah Beni.

"Cukup Bapak-bapak ... Ibu-ibu ... sebentar lagi para siswa dan siswi akan tiba di sekolah. Malu, jika sampai mereka mendengar keributan ini," lerai Agung--Guru Geografi.

"Kalau kalian memang masih mau bertengkar, silakan bertengkar di luar sekolah. Pertengkaran kalian ini jelas tidak patut untuk dilihat oleh para siswa dan siswi. Kami khawatir kalau nanti mereka akan mengadu pada orangtua masing-masing, lalu orangtua mereka akan menuntut penjelasan pada pihak sekolah," tambah Rahayu--Guru Pendidikan Agama Islam.

Rudi pun segera melempar dua kotak yang menjadi bahan pertengkaran bagi Beni dan Mita ke halaman sekolah. Wajah laki-laki itu benar-benar memerah karena sedang berusaha menahan amarahnya.

"Keluar kalian dari sini!!! Jangan datang untuk mengajar, jika kalian masih saja bertengkar soal hubungan Zuna dan Diana yang sudah jelas-jelas hanya sahabat!!! Keluar!!!" Rudi mengusir mereka.

Beni dan Mita segera meraih tas masing-masing, lalu keluar dari Ruang Guru. Rudi segera kembali ke ruang kerjanya, sementara Guru-guru lain segera kembali pada urusan masing-masing.

"Ini semua gara-gara kamu!!!" amuk Mita, kepada Beni.

"Jelas-jelas ini adalah gara-gara kamu!!! Jangan sok melimpahkan salahmu pada orang lain, ya!!!" sahut Beni.

Darwin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil terus menatap kepergian Beni dan Mita yang mulai menjauh dari area sekolah.

"Gila sekali kelakuan mereka. Yang satu ingin sekali menyingkirkan Bu Diana, karena merasa Bu Diana adalah penghalang untuk mendapatkan laki-laki impiannya. Yang satu juga mati-matian membela Bu Diana, karena berharap Bu Diana akan membuka hati dan menerima dirinya. Benar-benar gila," ungkap Darwin.

"Lebih gila lagi Pak Rudi. Entah kesambet setan mana pagi ini, sehingga mendadak dia ikutan membela Bu Diana tanpa alasan," bisik Tina.

Diana dan Reza pun masuk ke Ruang Guru tak lama kemudian. Keduanya langsung duduk di meja masing-masing, berpura-pura tidak tahu atas apa yang terjadi pagi itu.

"Rambutmu enggak ada yang rontok, 'kan, Na? Jambakannya Mita kemarin kulihat sangat kuat. Jadi aku harus memastikan kalau kamu tidak butuh shampo anti rambut rontok," tanya Reza, menyampaikan bahan gosip baru untuk semua Guru.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now