61 | Pancingan

518 60 10
                                    

- MINGGU INI AKU UPDATE 4 BAB SEKALIGUS, KARENA BESOK (RABU) AKU HARUS MENJALANI OPERASI. INSYAALLAH MINGGU DEPAN KEMBALI UPDATE HARI KAMIS DAN JUMAT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

ZUNA
Assalamu'alaikum. Kamu lagi apa sekarang, Za?

REZA
Wa'alaikumsalam, Zu. Aku lagi mengawasi Rudi diam-diam dari balkon lantai dua. Ada apa? Apakah kamu butuh bantuan?

ZUNA
Hati-hati. Jangan sampai Rudi sadar kalau kamu sedang mengawasi dia. Aku butuh sedikit bantuan jika kamu tidak sibuk.

REZA
Tenang saja. Insya Allah aku tahu batas ketika sedang mengawasi Rudi. Katakan, kamu butuh bantuan apa dariku?

ZUNA
Perhatikan Mita. Awasi gerak-geriknya kalau dia sudah sampai di Ruang Guru. Saat ini aku sedang menginterogasi tersangka yang dulu membakar rumah orangtuaku. Aku berhasil menangkapnya, Za. Jadi sekarang Mita harus diawasi, agar dia tidak mencoba melarikan diri.

REZA
Oke. Aku akan awasi Mita. Apakah Diana tidak boleh tahu kalau aku sedang mengawasi Mita?

ZUNA
Ya, Diana tidak boleh tahu. Dia saat ini sedang fokus untuk mempersiapkan diri dengan pekerjaan selanjutnya. Jadi dia tidak boleh tahu soal misiku yang akan membuat Mita masuk penjara.

REZA
Aku paham sekarang. Nanti aku kabari lagi jika Mita sudah tiba di Ruang Guru.

Reza menyimpan ponselnya ke dalam saku saat menyadari kalau Mita baru saja terburu-buru keluar dari kelas yang diajarnya. Ia segera menuruni anak tangga, agar bisa mengejar langkah Mita menuju Ruang Guru. Perempuan itu terlihat sangat gelisah, seakan ada sesuatu hal besar yang sedang dia pikirkan. Diana keluar dari kelas yang dia ajar bertepatan saat akan lewatnya Reza di hadapannya. Reza langsung meraih lengan Diana dan mengajaknya berjalan lebih cepat menuju Ruang Guru.

"Ada apa, Za? Kenapa terburu-buru sekali?" tanya Diana, sedikit kaget.

"Aku punya gosip baru buat kamu," jawab Reza, asal.

"Heh! Sejak kapan kamu jadi penyampai gosip ke telingaku? Kamu mau jadi pembawa acara gosip di televisi?" heran Diana, setengah mengomel.

"Ini soal, Rudi," bisik Reza, tepat sesaat sebelum mereka memasuki Ruang Guru.

Diana pun terdiam. Reza langsung berjalan menuju mejanya, sementara Diana juga berjalan ke mejanya sendiri. Ketika mereka sudah sama-sama duduk, Reza langsung mengirim pesan pada Diana, karena memilih berkomunikasi secara diam-diam. Matanya sesekali menatap ke arah Mita. Perempuan itu terlihat semakin gelisah dan kini sedang menatap layar ponselnya seraya menggigiti kukunya hingga sedikit hancur. Diana tidak sadar kalau Reza sedang mengawasi Mita, karena wanita itu sangat fokus dengan apa yang disampaikan Reza melalui pesan. Pilihan Zuna jelas sangat tepat saat meminta bantuan pada Reza. Reza jelas sangat mampu mengalihkan perhatian Diana pada hal yang menarik, dan setelahnya ia akan memperhatikan Mita tanpa ada yang merasa curiga.

Mita terus mengetik pesan pada ponselnya. Kedua tangannya masih gemetar seperti tadi. Kegelisahannya semakin membesar saat tidak ada satu orang pun yang bisa memberinya pinjaman uang dengan nominal besar. Ia merasa buntu, namun tidak juga bisa berhenti mencoba meminjam uang dari satu orang hingga beberapa orang yang ia kenal. Reza segera melaporkan apa yang ia lihat saat itu kepada Zuna, usai mengawasi Mita. Ia memberikan detail yang sangat rinci, sehingga Zuna akan tahu semuanya meski tidak melihat secara langsung.

ZUNA
Coba pancing dia dengan menyebut-nyebut soal nominal uang tabunganmu. Ajak Diana berdiskusi soal itu. Sebut saja, tabunganmu saat ini berkisar antara enam sampai tujuh puluh juta. Lalu setelah itu lihatlah kembali bagaimana ekspresi Mita.

Usai membaca pesan dari Zuna, Reza segera mengalihkan tatapannya kepada Diana. Diana tampak sedang berpikir keras hingga keningnya mengerenyit. Reza segera berpikir cepat mengenai alasan pembicaraan yang harus segera ia buka terhadap Diana.

"Na, nanti aku mau melamar pacarku di Bali. Bagaimana menurutmu?" tanya Reza.

Diana langsung mengalihkan tatapannya ke arah Reza. Wanita itu tidak lagi fokus pada apa yang sedang diperhatikannya barusan, karena menurutnya urusan Reza juga penting untuk dipikirkan.

"Bali? Kenapa harus di Bali? Kenapa tidak melamar dia di Lombok? Di Gili Trawangan, misalnya. Di sana suasananya jauh lebih romantis, Za. Lebih berkesan kalau kamu melamar pujaan hatimu di sana," tanggap Diana.

"Mm ... akan menghabiskan biaya berapa menurutmu, jika aku melamarnya di Gili Trawangan?"

"Berapa banyak tabungan yang kamu punya saat ini?" Diana bertanya balik.

"Tabunganku yang ada saat ini sih sekitar ... enam puluh lima atau tujuh puluh jutaan-lah," jawab Reza.

Reza pura-pura kembali menatap layar laptop miliknya yang terletak di atas meja, lalu sekilas melihat bagaimana reaksi Mita. Mita ternyata sedang menatap ke arah Reza, setelah mendengar berapa nominal tabungan yang Reza miliki. Perempuan itu jelas merasa kaget saat tahu kalau Reza diam-diam memiliki uang tabungan sebanyak itu pada saat dirinya sedang membutuhkan pinjaman. Setelah melihat reaksi Mita--meski hanya sekilas--Reza pun segera melaporkan hal tersebut pada Zuna, karena menurutnya ekspresi Mita saat itu sangatlah janggal.

"Dengan tabungan segitu, kamu bukan hanya bisa melamar pacarmu di Gili Trawangan, Za. Kamu bahkan bisa sekalian menggelar pesta pernikahan di pinggir pantai dengannya, jika kamu memang sudah benar-benar siap membangun rumah tangga," sahut Diana, sambil tersenyum jahil ke arah Reza.

Reza pun ikut tersenyum dengan wajah memerah. Diana jelas tahu betul bagaimana caranya membuat orang lain salah tingkah, terutama jika sudah mulai membicarakan mengenai hubungan romantis. Reza bahkan yakin, kalau Lia juga akan langsung tersipu malu jika melihat bagaimana senyum jahil Diana menggodanya. Sayangnya, Diana jelas belum tahu kalau Lia adalah wanita yang Reza maksud sebagai kekasihnya. Ia masih merahasiakan hal itu, karena tidak ingin membuat Diana mendadak akrobat jika tidak diberi tahu secara baik-baik.

"Tapi kamu dan Zuna harus hadir kalau sampai aku menggelar pesta pernikahan di Gili Trawangan. Aku mau kamu dan Zuna ikut menyaksikan hari pernikahanku," ungkap Reza, bersungguh-sungguh.

"Oh ... tenang saja, Za. Kalau Zuna mengeluarkan banyak alasan, aku akan membungkam mulutnya dengan lakban. Aku akan memaksa Zuna untuk mengambil cuti, tidak peduli ada hujan, badai, ataupun banjir. Demi menghadiri pernikahanmu, aku akan menyeret dia dengan setulus hati. Insya Allah," janji Diana.

Reza pun tertawa saat membayangkan bagaimana stressnya Zuna jika Diana sudah menyeretnya agar ikut ke Gili Trawangan. Diana jelas tidak main-main dengan janjinya, dan dia akan menepati janji itu ketika waktunya tiba.

"Ayo, kita makan siang. Zuna sudah tiba di luar," ajak Diana.

"Ayo. Aku juga mau sekalian memperkenalkan pacarku sama Zuna dan kamu," tanggap Reza, dengan wajah penuh senyuman.

"Hah? Serius, Za? Yey!!! Akhirnya kamu akan memperkenalkan calon ipar kepada aku dan Zuna!!! Ini jelas perlu dirayakan!!!" Diana jelas sangat antusias.

Mita terus mengawasi Reza yang kini sudah melangkah keluar dari Ruang Guru bersama Diana. Ia perlu bicara dengan Reza dan membujuknya untuk meminjamkan uang sebesar lima puluh juta yang harus ia bawa besok malam.

"Aku harus menyingkirkan Diana dari sisi Reza setelah jam makan siang berakhir. Aku harus punya celah untuk membuat Reza luluh dan meminjamkan uangnya padaku," batin Mita, selicik biasanya.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now