46 | Interaksi Dengan Sekar

706 64 4
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Semua mata kini menatap ke arah Reza dan Diana. Diana sendiri terlihat begitu tenang, seakan tidak ingin lagi memperpanjang masalah dengan Mita. Padahal, wanita itu hanya menjalani peranan yang sudah mereka atur sejak awal.

"Sstt! Jangan bahas di sini, Za," tegur Diana, berusaha memelankan suaranya. "Cukup di luar saja aku bermasalah sama Mita. Jangan sampai di sini ada yang tahu mengenai masalah kami. Lagi pula, kamu tahu sendiri 'kan kalau aku memang tidak bisa mengubah perasaannya Zuna agar bisa menerima Mita seperti dulu. Aku sudah berusaha membujuknya, Za, tapi Zuna ... entah kenapa dia bisa sampai sebenci itu pada Mita."

Salah satu Guru mendekat pada Diana dan menepuk-nepuk pelan bahu wanita itu. Hal itu membuat Diana menoleh ke arah orang tersebut dan menunjukkan wajah kaget, agar aktingnya terlihat natural.

"B--Bu Rahayu? Ada apa, Bu? Apakah ada yang perlu saya bantu?" tanya Diana, seraya tersenyum kaku.

Reza--mau tak mau--harus mengakui kalau Diana adalah aktris terbaik yang pernah ia temui. Wanita itu benar-benar hebat dalam mengendalikan kata-kata, gestur tubuh, dan juga ekspresinya. Jika Reza masih belum mengetahui yang sebenarnya soal siapa Diana, maka dia juga akan percaya seratus persen atas akting yang Diana lakukan saat itu.

"Saya hanya ingin mengatakan pada Bu Diana, bahwa sebaiknya Bu Diana jangan mencoba menutup-nutupi keburukan Bu Mita, karena itu sama sekali tidak ada gunanya. Bu Diana mati-matian menutupi keburukannya, tapi Bu Mita justru mati-matian ingin membuat nama baik Bu Diana menjadi rusak. Maka dari itu, sebaiknya jangan terlalu dekat dengan Bu Mita dan jangan memberikan dia kesempatan jika dirinya meminta agar kembali dipercaya oleh Bu Diana. Bu Diana tidak sempat melihat keributan yang terjadi di sini beberapa saat lalu, antara Bu Mita dan Pak Beni. Intinya, tidak ada di antara mereka berdua yang bisa Bu Diana percaya, seperti bagaimana Bu Diana percaya pada Pak Reza," jelas Rahayu.

Setelah berkata seperti itu, Rahayu pun mengusap lembut punggung Diana dan segera pergi dari hadapannya untuk mengajar ke kelas pertama. Guru-guru lain pun terlihat begitu simpati terhadap Diana menurut pengamatan Reza. Hal itu jelas akan menguntungkan bagi Diana, jika seandainya Mita mencoba lagi untuk menjatuhkan nama Diana.

"Tidak akan bisa Mita memenangkan yang ingin dimenangkannya dari Diana. Karena aku juga akan membantu agar dia tidak pernah memijak langkah pada keberhasilan," batin Reza.

Sesaat kemudian, mendadak lengan kanan Reza terasa dilingkupi oleh hawa yang begitu dingin. Reza melirik sekilas ke arah kanannya, lalu segera berpaling ke arah Diana agar tahu mengenai hal yang sedang terjadi saat itu. Diana tersenyum saat menatap ke arah sisi kanan Reza. Hal itu membuat Reza sadar, bahwa Sekar sedang ada di sisinya.

DIANA
Sekar ada di sisimu, Za. Dia sedang merengkuh lenganmu dan menyandarkan kepalanya di bahumu.

Ia kemudian tersenyum usai membaca pesan yang Diana kirimkan. Rasa bahagia membuncah dalam hatinya, membuatnya mencoba menikmati bagaimana rasanya ketika Adik tercintanya bersandar pada bahunya.

"Kakak kangen sama kamu, Dek. Kakak sayang kamu dan rasa sayang itu tidak akan pernah berhenti ada di dalam hati ini," bisik Reza, berusaha menahan kesedihannya.

Sosok Sekar yang tengah dilihat oleh Diana tampak sedang tersenyum. Entah apa yang Reza katakan saat itu, namun Diana meyakini bahwa Sekar merasa bahagia karena apa yang Reza katakan padanya. Rudi keluar dari ruang kerjanya tak lama kemudian. Kemunculan laki-laki itu kembali sukses memancing amarah Sekar, dan kali ini dia juga sukses memancing amarah Reza. Reza melirik cukup tajam, saat Rudi tanpa aba-aba langsung membelai rambut Diana. Untung saja, Guru-guru lain sudah keluar dari sana untuk mengajar dan yang tersisa hanyalah Reza. Diana sendiri pun merasa kaget setengah mati ketika merasakan belaian tangan Rudi pada rambutnya. Hal itu jelas membuatnya memucat, hingga lupa untuk mengatur ekspresi di depan Rudi.

"Kamu kok pucat, Na? Ada apa? Kamu kaget saat kusentuh rambutmu karena masih teringat dengan jambakan dari Mita?" tanya Rudi, terlihat begitu peduli.

Diana pun kemudian mencoba tersenyum, meski senyumnya sangat kaku di hadapan Rudi. Namun bagaimana pun kakunya Diana saat itu, tetap saja Diana tidak ingin merusak aktingnya yang sudah berjalan.

"I--iya, Rud. A--aku masih se--sedikit teringat dengan jambakan dari Mita kemarin. By the way, kamu tahu dari mana kalau Mita kemarin menjambak rambutku?" tanya Diana, mencoba pura-pura bodoh.

"Beni dan Mita tadi bertengkar di sini saat baru tiba. Aku dengar soal kamu yang dijambak oleh Mita melalui Beni. Makanya aku barusan mencoba memeriksa keadaanmu, dan tampaknya kamu memang masih sedikit shock mengenai hal itu. Kenapa semalam kamu tidak bilang padaku, saat kita sedang makan malam?"

"Uhm ... aku cuma enggak mau melibatkan kamu dengan urusanku dan Mita, Rud. Aku merasa enggak enak kalau kamu sampai terbawa-bawa masalah. Aku juga masih mencoba membujuk Zuna saat ini, tapi Zuna ... masih saja tidak mau membukakan pintu maaf untuk Mita. Entah apa yang terjadi di antara mereka dulu, tapi Zuna sepertinya sangat membenci Mita karena masalah masa lalu mereka," jelas Diana.

Hawa dingin yang tadi melingkupi sisi kanan Reza kini berubah menjadi sangat panas. Reza menyadari, bahwa perubahan itu adalah sebuah ekspresi bahwa Sekar tengah menunjukkan kemarahannya terhadap Rudi.

"Sabar, Dek. Biarkan Diana memainkan peranannya. Hanya Diana yang bisa membantu kita, agar laki-laki bajingan itu bisa terperosok ke dalam jurang. Bersabarlah, Sayang. Kakak akan ikut berjuang untuk menemukan kamu, Kakak tidak akan berhenti. Insya Allah," janji Reza.

Sekar jelas mempercayai janji itu. Ia tidak pernah meragukan Reza, baik itu dulu maupun sekarang. Reza tidak pernah ingkar janji dan Sekar sangat hafal dengan sifat Kakaknya tersebut. Perlahan, amarah Sekar yang tadi memuncak mulai mereda. Keadaan di sekitar sisi kanan Reza pun mulai kembali dingin seperti yang bagaimana ia rasakan sebelumnya.

"Aku mengajar dulu, ya, Rud. Nanti kita ngobrol lagi kalau ada waktu," pamit Diana.

"Iya. Pergilah, Na. Aku akan usahakan agar kita selalu punya waktu untuk mengobrol," janji Rudi.

Diana pun tersenyum usai mendengar janji itu. Padahal dalam hatinya saat ini ia tengah memaki habis-habisan atas usaha Rudi yang begitu memuakkan baginya. Kini hanya Reza yanga masih ada di ruangan itu. Sekar mendekat pada Rudi setelah Diana berlalu. Rudi baru saja akan kembali menuju ruang kerjanya, namun mendadak tersandung dan jatuh setelah Sekar menggerakkan sebuah kursi yang ada di dekatnya. Reza bangkit dari kursinya dan menolong Rudi agar bisa bangkit dengan mudah dari lantai.

"Pak Rudi tidak apa-apa? Kenapa bisa jatuh, Pak?" tanya Reza.

"Saya tersandung, Pak Reza. Entah kenapa kursi ini mendadak bergerak ke arah kakiku secara tiba-tiba," jawab Rudi.

"Wah, kejadian lagi rupanya. Punya dendam apa penunggu yang ada di sekolah ini? Kenapa sering sekali dia membuat seseorang jatuh secara tiba-tiba?" Reza berpura-pura heran.

Rudi sendiri kini mendadak memucat di tempatnya, usai mendengar soal penunggu sekolah yang Reza katakan.

* * *

Rahasia Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang