20 | Tidak Memberi Jalan

846 68 29
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zuna mendatangi tempat les yang menjadi tempat kerja kedua Almarhum Helmi, semasa hidupnya. Pemilik tempat les itu mempersilakan Zuna yang ingin memeriksa lemari serta meja milik Helmi. Zuna kini bisa leluasa mencari tahu lebih banyak tentang Helmi, karena di tempat les itu tidak ada sama sekali yang menghalang-halangi dirinya untuk melakukan penyelidikan.

ZUNA
Assalamu'alaikum. Sedang apa, Na? Aku saat ini ada di tempat les yang menjadi tempat kerja kedua Almarhum Helmi.

Ia mengirimkan pesan itu pada Diana, lalu mulai membuka laci-laci pada meja kerja Almarhum Helmi. Sebuah balasan langsung masuk ke ponselnya tak lama kemudian, membuatnya menunda sejenak kegiatannya menggeledah laci yang ia hadapi.

DIANA
Wa'alaikumsalam.

1. Apa yang dilakukan seorang Guru ketika jam pelajaran sedang berlangsung?

A. Mengajar
B. Bergosip dengan siswa dan siswi yang hobi menyebar gosip
C. Akrobat, main Kung-Fu, kayang, jungkir balik, dan guling-guling di pasir seperti kucing

Zuna langsung berupaya untuk tidak meledakkan tawa di tempat les tersebut, saat mendapat balasan pesan yang penuh emosi dari Diana. Diana selalu saja punya cara untuk membuat Zuna merasa senang, meski dirinya sedang menjalani pekerjaan paling berat sekalipun. Wanita itu seratus persen bisa menjadi pelawak, andai karirnya di kepolisian tidak cemerlang.

ZUNA
Pasti jawabannya C. Karena menurutku, kamu sangat cocok kalau berguling-guling di atas pasir seperti kucing.

DIANA
Zu, kamu bisa kerja saja sendiri dengan tenang, 'kan? Ayolah ... aku butuh konsentrasi mengajar siswa dan siswi di sekolah ini demi memperlancar peranku.

ZUNA
Hm, iya ... iya ... maaf. Aku cuma sedang merasa bosan saja karena harus bekerja sendirian tanpa kamu. Biasanya 'kan aku selalu ke mana-mana sama kamu. Menyelidiki, sama-sama kamu. Menggeledah suatu tempat, sama-sama kamu. Bahkan saat harus membongkar kebohongan seseorang pun, aku selalu sama-sama kamu, Na. Jadi wajarlah kalau aku kangen kerja sama-sama kamu.

DIANA
Enggak usah dramatis, Zu! Enggak usah bicara terlalu penuh dengan kalimat manis! Bilang saja kamu merasa kehilangan partner yang bisa kamu beri susah setiap saat! Iya, 'kan?

ZUNA
Oh ... you are the best girl who can always read my mind, sweetheart.

DIANA
Aku bukan Guru Bahasa Inggris di sini, Zu. Guru Bahasa Inggris di sini adalah Iblis betina bernama Mita Ariani, yang tadi terus mengompori Beni agar merasa cemburu atas kedekatanku dengan Reza. Uh ... muak sekali aku sama kelakuannya, Zu! Demi Allah!

ZUNA
Kenapa kamu enggak langsung saja kasih dia jurus Kung-Fu terbaikmu di hadapan wajahnya, Na? Kenapa kamu biarkan? Aduh, bestie-ku Sayang. Harusnya tidak kamu sia-siakan kesempatan emas seperti itu begitu saja.

DIANA
Ogah! Nanti aku malah jadi sorotan sebagai si antagonis, kalau sampai memberi dia jurus Kung-Fu terbaikku. Kamu tahu sendiri 'kan, kalau dia itu Drama Queen sejak masih bibit? Makanya aku enggak mau menyerang dia duluan. Kalau dia mau menyerangku, silakan. Dan pada saat itulah aku akan balas menyerangnya habis-habisan.

ZUNA
Dan pada saat itu terjadi, Insya Allah aku tidak akan berusaha memisahkan kamu dari dia, Na. Aku akan mendukungnu membuatnya babak belur sampai mirip seperti ayam geprek. Oke, nanti aku kabari lagi soal apa yang aku temukan di tempat les ini. Laci dan lemari milik Almarhum Helmi tampaknya penuh sekali dengan buku agenda. Akan kuperiksa dulu. Nanti kita ketemu lagi saat jam makan siang.

Setelah membaca pesan terakhir dari Zuna, Diana mendadak teringat dengan buku agenda dari dasar laci milik Almarhum Helmi yang kemarin ia temukan. Buku agenda itu baru ia baca setengahnya dan isinya hanya berupa kode huruf dan angka-angka yang merujuk pada nilai uang. Kode huruf itulah yang masih terus dipikirkan oleh Diana sampai saat ini.

"RH, MMBNH, AS, BYRN. Apa kira-kira arti dari keempat kode huruf itu?" batin Diana.

Bel pergantian jam pelajaran berbunyi. Menyadarkan Diana dari lamunannya untuk segera mengakhiri pertemuan di kelas 3-A.

"Baiklah, jika catatan kalian belum selesai maka silakan selesaikan di rumah. Nanti pada pertemuan selanjutnya, baru akan Ibu periksa satu-persatu. Sampai di sini dulu pertemuan hari ini. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," tutup Diana.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!!!"

Sosok Sekar kembali melayang mengiringi langkah Diana. Diana senang sekali karena Sekar terus berada di dekatnya selama ia mengajar. Ia menjadi tidak cepat bosan ketika harus menunggu anak-anak yang sedang mencatat. Jadi selain Zuna, sosok Sekar juga memiliki andil atas betahnya Diana pura-pura mengajar di sekolah itu.

Diana berjalan keluar dari kelas tersebut, lalu tak sengaja berpapasan dengan Beni yang juga baru keluar dari kelas yang diajarnya. Sekar langsung memasang wajah datar ketika melihat Beni, dan Diana tahu bahwa Sekar mungkin tidak suka pada Beni karena laki-laki itu memiliki pikiran jahat yang sama dengan Mita.

"Hai," sapa Beni.

"Hai," balas Diana, tetap sesantai biasa.

"Apakah tidak masalah, kalau kita sama-sama berjalan menuju Ruang Guru?" tanya Beni.

"Kamu sudah punya Istri?" Diana balik bertanya.

"Belum."

"Pacar?"

"Belum juga."

"Kalau begitu tidak akan jadi masalah jika kita berjalan bersama sampai di Ruang Guru. Akan jadi masalah bagiku jika aku berjalan dengan laki-laki yang sudah memiliki pacar atau Istri. Aku tidak suka punya masalah, jadi aku selalu menjauhi biang masalah," ujar Diana, apa adanya.

Beni pun tersenyum dan kembali mencoba menebarkan pesonanya di sekitar Diana. Sekar tampak menunjukkan ekspresi jijik saat melihat Beni mencoba tebar pesona. Diana hampir tertawa karena baru tahu soal sosok gadis itu, yang ternyata bisa memeragakan semua ekspresi.

"Bahkan arwah pun merasa muak dengan tingkah tebar pesona yang kamu lakukan, Beni," batin Diana.

"Kamu sendiri bagaimana? Sudah punya pacar atau Suami?" tanya Beni.

"Aku tidak lagi mau menjalin hubungan pacaran sejak dikhianati oleh Kalingga. Aku lebih suka berteman saja dengan pria yang baik, tidak lebih."

"Oh ... jadi tidak akan ada kesempatan untukku jika seandainya aku mau mendekati kamu dan menjadikanmu pacarku?" goda Beni.

"Ya, tidak ada. Aku tidak akan membuka jalan satu jengkal pun untuk pria yang ingin aku menjadi kekasihnya. Aku hanya akan membukakan pintu lebar-lebar jika pria itu ingin mengajakku menikah. Kamu jelas bukan orang yang sudah siap menikah dan terikat di bawah kehendak Istri. Kamu masih hobi melirik sana-sini dan aku jelas tidak bisa percaya pada orang sepertimu. Jadi maaf, sebaiknya kamu jangan terlalu banyak berharap. Oh ya ... kalau kamu mau menyalahkan seseorang atas keputusanku menjalani hidup seperti saat ini, maka kamu bisa menyalahkan Kalingga sepenuhnya," saran Diana, yang kemudian masuk ke Ruang Guru.

Diana tampak langsung menyapa Reza dengan ramah. Beni semakin merasa geram dengan apa yang dilihatnya saat itu. Namun ia juga tidak bisa menyalahkan Diana, karena Kalingga adalah penyebab wanita itu merasa kecewa dan tidak bisa sembarangan memberikan kepercayaan pada pria. Mita datang tak lama kemudian, tepat saat Diana dan Reza sudah akan pergi ke kelas selanjutnya. Wanita itu menatap Beni yang masih saja memperhatikan kedua orang tersebut.

"Mana yang lebih akrab menurutmu? Zuna dan Diana atau Reza dan Diana?" tanya Mita.

"Sama saja. Diana akrab dengan kedua laki-laki itu," jawab Beni, datar.

Senyum licik Mita pun mendadak terbit. Ia jelas tahu harus melakukan apa untuk membuat Zuna mulai menjauhi Diana.

* * *

Rahasia Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang