33 | Umpan Baru

846 74 25
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Rudi kembali ke sekolah dan Zuna memutuskan untuk tidak ikut berbelok ke arah SMP GENTAWIRA. Mobil milik Rudi kembali terparkir di halaman sekolah seperti biasanya. Mita segera bangkit dari kursinya karena hendak melaporkan lebih dulu, bahwa Diana ada kemungkinan hanya berpura-pura sakit. Sayangnya Reza sudah tahu hal itu lebih awal, bahwa Mita pasti akan mencoba menghasut Rudi agar tidak percaya ketika dirinya melaporkan soal sakitnya Diana.

"Bu Mita? Ada apa?" tanya Rudi, yang merasa heran karena langkahnya mendadak dihadang.

"Diana pulang sebelum waktunya. Dia bilang merasa kurang enak badan. Tapi menurutku, dia hanya pura-pura. Wajahnya terlihat segar, sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa dirinya sakit," jawab Mita.

Rudi pun segera mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sesuatu pada Mita. Kedua mata Mita mendadak membola dan senyuman sinisnya langsung meredup, saat melihat foto yang Zuna kirimkan kepada Rudi beserta surat keterangan sakit dari Dokter yang memeriksa Diana.

"Zuna membawa Diana ke Rumah Sakit. Wajah Diana juga tidak terlihat segar, menurutku. Zuna sampai harus memakaikan jaket miliknya pada Diana, karena Diana sedang tidak baik-baik saja," ujar Rudi.

Rudi kemudian kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Tatapannya masih tertuju pada Mita dan kali ini tatapan itu tampak sangat datar.

"Dengar Mita, kita bukan anak SMP lagi seperti dulu. Jadi jangan bertingkah kekanak-kanakan. Kamu cemburu dengan kedekatan antara Zuna dan Diana, lalu berniat ingin menjelek-jelekkan Diana di depan semua orang termasuk di hadapanku? Jangan kembali menjadi Drama Queen, Mit. Sekarang kamu sudah tidak punya dayang-dayang seperti saat kita masih SMP. Tidak akan ada yang mendukung drama buatanmu. Ini dunia nyata, dan nyatanya dunia memang sangat kejam. Kamu punya value yang rendah, makanya kamu akan selalu dipandang sebelah mata oleh siapa pun. Beda halnya dengan Diana. Dia punya value yang tinggi dan sulit untuk ditandingi, termasuk olehmu. Jadi jangan berharap kalau kamu akan bisa menempati posisi yang sama dengan Diana di sisi Zuna. Karena aku yakin, Zuna tahu mana yang pantas dan tidak pantas untuk berada di sisinya."

Rudi langsung meninggalkan Mita begitu saja, setelah membuatnya merasakan malu tanpa ujung. Reza baru bangkit dari kursinya ketika Rudi memasuki Ruang Guru. Rudi langsung menerima penjelasan soal kondisi kesehatan Diana dari Reza. Setelahnya, Reza menunjukkan yang sudah Diana janjikan kepada Rudi pagi tadi, yaitu tentang rumusan soal-soal Ujian Tengah Semester. Rudi memperhatikan semua yang telah Diana kerjakan dan merasa puas dengan hasil pekerjaannya. Mita kembali ke Ruang Guru, namun terus berdiam diri sambil mencoba menyembunyikan wajahnya. Reza sesekali melirik ke arah Mita karena merasa muak, bahkan termasuk muak dengan gerak-geriknya yang selalu sok dramatis.

"Ini yang selalu aku sukai dari Bu Diana sejak kami masih remaja, Pak Reza. Dia selalu mengutamakan tanggung jawabnya daripada mengurusi hal-hal tidak penting," ujar Rudi, sambil melirik muak ke arah Mita. "Dulu dia bukan orang yang begitu terkenal di angkatan kami, karena dia tidak suka bertingkah laku tidak wajar alias tidak suka cari-cari perhatian. Dan sekarang sifat Bu Diana tersebut benar-benar membuatnya terlihat begitu profesional dalam pekerjaannya."

Reza tersenyum dan mengangguk.

"Bu Diana jelas tidak perlu mencoba mencari-cari perhatian dari siapa pun, Pak Rudi. Tanpa dia mencari perhatian pun, nyatanya dia adalah sosok yang sangat menarik untuk diperhatikan. Bukan begitu, Pak Beni?" tanya Reza.

Reza langsung melempar bara api ke tangan Beni, karena dirinya tahu apa maksud Rudi memuji-muji Diana barusan. Rudi jelas sudah merasa sangat tertarik kepada Diana, sama seperti Beni yang juga tertarik kepada wanita itu. Maka dari itu--bagi Reza--tidak ada salahnya mulai mengadu antara Rudi dan Beni, agar keduanya menjadi lebih fokus menargetkan Diana.

Rudi kini benar-benar menatap ke arah Beni, setelah Reza melempar pertanyaan kepada laki-laki itu. Rudi jelas merasa cemburu, karena baru menyadari kalau Beni juga mengincar Diana saat Reza melempar pertanyaan tadi. Beni tampak tersenyum malu-malu, ketika Reza mendadak menanyai dirinya seperti itu. Mita melirik sekilas pada Beni, berharap kalau Beni akan ada dipihaknya ketika nanti akan membuat Diana merasakan malu seumur hidup.

"Ah ... Pak Reza ini bikin kaget saja. Kenapa mendadak harus membawa-bawa namaku?" Beni bertanya balik.

"Karena Bu Diana sempat curhat padaku dan Zuna soal anda yang berusaha mendekatinya. Dia juga bilang bahwa dirinya sengaja mengatakan tentang hal yang bisa membuat anda mundur, karena dia ingin memberikan tes pada anda. Dia ingin lihat, apakah anda akan tetap maju atau mulai benar-benar mundur dari usaha yang anda lakukan. Anda tahu sendiri kalau dia masih memendam luka begitu dalam soal mantan kekasihnya, Kalingga. Maka dari itulah dia menjadi tidak mudah mempercayai pria mana pun yang berusaha menarik perhatiannya atau berusaha mendekatinya," jelas Reza, dengan sengaja.

"B--Bu Diana curhat soal aku pada anda dan Zuna? Anda dan Zuna sedekat itu dengan Bu Diana, lalu kalian benar-benar tidak memiliki perasaan apa pun padanya?" Beni tampak tidak bisa mempercayai itu.

Reza langsung menggelengkan kepalanya dan tersenyum lebih lebar.

"Pertama kali aku mengenal Bu Diana, aku langsung merasa tertarik untuk menjadi sosok Kakak baginya. Kalau Zuna ... aku yakin dia betah berada di sisi Bu Diana karena merasa senang bisa punya teman bertengkar dan punya tempat berbagi. Selain itu, dia juga pasti merasa hidupnya lengkap kembali setelah kehilangan seluruh anggota keluarga, karena Bu Diana bersedia menjadi keluarganya pada saat dia tidak lagi memiliki penopang. Si kesepian bertemu si kesepian, tentu saja hal itu menjadi satu kesatuan yang tidak akan pernah bisa dipisahkan. Persahabatan mereka begitu kuat, dan sampai kapan pun aku yakin akan selalu begitu."

Rudi diam-diam mengepalkan tangannya sejak tadi, karena menahan kesal terhadap Beni yang ternyata juga sedang mencoba mendekati Diana. Reza tahu akan hal itu, namun dirinya tetap berpura-pura tidak tahu. Pura-pura polos di depan manusia macam Rudi dan Beni ternyata hal yang sangat mudah untuk Reza jalani.

Di halaman rumah Diana, Zuna sedang menahan-nahan tawanya sambil memperdengarkan sambungan telepon dari Reza yang masih belum berakhir. Diana sendiri kini tampak frustrasi, karena tahu kalau Rudi juga tertarik padanya seperti Beni tertarik padanya.

"Oh! Reza gila, Zu! Reza gila!" ungkap Diana, tampak sangat frustrasi. "Bisa-bisanya dia menjadikan aku umpan di tengah dua ekor buaya rawa macam Beni dan Rudi. Sekarang bagaimana caranya aku harus menghadapi semua itu, Zu? Bagaimana?"

"Ya ... hadapi, Na. Cuma itu saran yang aku punya. Reza yang akan aturkan naskah dramanya untuk kamu, agar bisa membuat perhatian Beni dan Rudi hanya tertuju padamu. Kamu harus bisa mengadu domba mereka. Karena hanya itu jalan satu-satunya yang bisa membuat Rudi tidak merasa rahasianya terancam terbongkar, jika dia fokus pada kamu dan Beni," jawab Zuna, yang sudah paham apa maksud rencana Reza.

* * *

Rahasia Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang