17 | Terkejut

862 80 27
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zuna kini menatap serius ke arah Diana, setelah mendengar yang wanita itu katakan soal Reza.

"Hilang tanpa jejak?" heran Zuna.

"Mm ... hilang tanpa jejak. Reza bilang, Adik perempuannya mendadak hilang pada suatu hari dimusim hujan. Reza mengatakan, seharusnya Adiknya pulang sekolah seperti biasa dan tiba di rumah tepat waktu. Tapi hari itu Adiknya terlambat pulang yang bertepatan dengan hujan deras tanpa henti. Dia dan keluarganya berpikir, bahwa Adiknya sedang berteduh di suatu tempat dan akan pulang jika hujannya sudah reda. Tapi sampai malam, Adiknya tidak pernah muncul, Zu. Adiknya tidak pernah pulang lagi. Adiknya hilang dan bahkan jejaknya sampai hari ini tidak pernah ditemukan. Mereka lapor Polisi dan Polisi sudah membantu, tapi tetap tidak ditemukan," jelas Diana.

"Sudah bertanya ke sekolah tempat Adiknya belajar?"

"Sudah, Zu. Polisi juga sudah ikut mencari di sekolah, katanya. Kata Reza, menurut kesaksian teman-teman Adiknya, hari itu mereka tidak pernah pulang bersama dengan Adiknya Reza. Adiknya tertinggal di sekolah karena ada tugas tambahan dari Ketua OSIS. Tapi saat Ketua OSIS itu diinterogasi oleh Polisi, dia mengakui bahwa Adiknya Reza memang pulang paling terakhir dari sekolah. Tapi dirinya sudah pulang duluan dari pada Adiknya Reza, karena Adiknya Reza tidak mau menunda tugasnya dan merasa harus menyelesaikannya pada hari itu juga. Dan setelah itu benar-benar tidak ada lagi keterangan apa-apa yang bisa menunjukkan tentang keberadaan Adiknya Reza, Zu. Adiknya hilang begitu saja tanpa jejak sampai sekarang."

Mereka kembali berjalan bersama sambil mendorong troli. Zuna menyodorkan lengannya lagi, agar Diana bisa merangkul seperti tadi.

"Menurutmu, apakah ada kemungkinan kalau Adiknya Reza melarikan diri dari keluarganya?" tanya Zuna.

"Uhm ... aku rasa enggak mungkin, Zu. Reza dan keluarganya sangat menyayangi dia. Jadi tidak mungkin kalau hilangnya adalah karena melarikan diri. Kalau memang melarikan diri, seharusnya Polisi bisa menemukannya di mana pun dia berada. Melarikan diri tanpa bisa ditemukan jelas bukan keahlian manusia mana pun di dunia ini. Soalnya manusia 'kan tidak mungkin bersembunyi terus-menerus agar dirinya tidak ditemukan. Manusia butuh makan, butuh minum, dan karena dia adalah wanita berarti dia juga butuh pembalut untuk mengatasi datang bulan. Jadi melarikan diri jelas harus dicoret dari dalam daftar kemungkinan tentang keberadaan Adiknya Reza," jawab Diana.

"Menurutmu, apakah ada kemungkinan dia diculik oleh seseorang dan disekap sampai sekarang?"

"Bisa jadi. Tapi ... apakah jika memang dia diculik lalu disekap, maka dia akan bertahan tanpa memberikan perlawanan? Kamu tahu sendiri kalau jarang sekali ada kasus penculikan yang tidak terbongkar selama bertahun-tahun. Kalau dia memang diculik, berarti seharusnya dia kini sudah dewasa dan kebutuhannya jelas akan melebihi kebutuhan ketika dia baru diculik. Si penculik butuh pakaian lengkap untuk wanita dewasa. Jadi seharusnya kalau ada indikasi seperti itu, Polisi bisa dengan cepat mencurigai si pelaku, terutama jika pelaku penculikan adalah orang yang mungkin saja mengenal Adiknya Reza."

Zuna jelas membenarkan semua pendapat yang Diana utarakan.

"Dulu di SMP GENTAWIRA juga sempat terjadi kehebohan soal adanya siswi yang hilang. Aku sudah kelas tiga pada saat itu. Tapi kehebohan itu terjadi hanya sementara waktu. Setelah beberapa hari, akhirnya kehebohan itu mereda dengan sendirinya. Entah kenapa bisa begitu," ujar Zuna.

"Oh, ya? Lalu, apakah siswi yang hilang itu akhirnya ditemukan?" tanya Diana.

"Enggak tahu. Beritanya mendadak mereda begitu saja, sehingga tidak ada yang bertanya-tanya lebih lanjut apakah siswi hilang itu ditemukan atau tidak. Kami yang berada di kelas tiga sedang fokus-fokusnya mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional saat itu. Jadi kami tidak terlalu tahu bagaimana kabar selanjutnya," jawab Zuna, apa adanya.

"Wah ... itu jelas aneh. Terdengar seperti ada yang sengaja mencoba membuat berita itu tenggelam, demi tidak diperpanjangnya kehebohan soal siswi yang hilang," komentar Diana.

Diana menahan langkah Zuna secara tiba-tiba, lalu mengajak pria itu untuk mundur beberapa langkah. Zuna patuh-patuh saja, lalu mengikuti arah pandang Diana yang kini tertuju pada seseorang.

"Itu Reza, Zu. Sedang apa dia di sini dan kenapa dia diam saja sambil lama-lama menatap rak berisi sereal?" heran Diana.

"Mau kita dekati?" tawar Zuna, yang juga merasa penasaran terhadap tindak-tanduk Reza saat itu.

Tanpa dijawab oleh Diana, troli yang sedang mereka dorong saat itu dibuat berbelok oleh Zuna hingga akhirnya kini mereka berjalan menuju ke arah Reza. Reza benar-benar hanya diam dan menatap rak berisi sereal tanpa melakukan apa-apa, sampai akhirnya Diana dan Zuna tiba di dekatnya.

"Hai, Reza," sapa Diana.

Reza pun menoleh, lalu terlihat cukup kaget saat melihat keberadaan Diana dan Zuna.

"Oh ... hai juga, Diana. Kalian sedang belanja?" tanya Reza, sedikit berbasa-basi.

"Iya, kami sedang belanja. Bagaimana dengan kamu? Sedang apa di sini dan kenapa hanya diam sambil menatap Coco Crunch?" tanya Zuna.

Reza pun tersenyum, lalu kembali menatap kotak Coco Crunch yang sejak tadi ditatapnya.

"Aku sedang mengingat keinginan terakhir yang diucapkan oleh Adikku sebelum dia menghilang. Dia meminta dibelikan Coco Crunch selama satu minggu terakhir. Aku bilang padanya untuk bersabar, karena aku harus menabung uang jajanku lebih dulu sebelum membelikannya Coco Crunch yang dia mau. Hari itu, aku akhirnya bisa membelikan dia Coco Crunch dan menunggunya pulang saat hujan begitu deras. Tapi dia yang justru tidak pernah pulang lagi. Dia ... tidak sempat membuka Coco Crunch yang aku belikan."

Zuna dan Diana kini saling menatap satu sama lain setelah mendengar jawaban yang Reza berikan. Diana pernah menghadapi situasi itu sebelumnya, saat Zuna mulai bercerita soal Almarhumah Rania. Jadi ia jelas tahu harus melakukan apa ketika menghadapi situasi itu kembali. Zuna segera mendorong troli dan berjalan duluan dari tempat itu. Diana segera memberi tanda pada Reza untuk ikut berjalan dengannya, tepat di belakang Zuna. Reza pun mengikuti ajakan itu dan benar-benar berjalan di samping Diana.

"Kamu sudah sering datang ke sini hanya untuk menatap kotak Coco Crunch?" tanya Diana.

"Iya, sudah sangat sering," jawab Reza.

"Apakah itu adalah caramu untuk meluapkan sesal, karena sudah menunda-nunda permintaan Adikmu?"

"Ya, itu adalah caraku meluapkan sesal. Apakah ini adalah salah satu sesi terapi untuk pasien yang memiliki depresi?" tebak Reza, sambil menahan senyum.

"Ikuti saja. Saat ini setidaknya hatimu harus dibuat lega terlebih dahulu dari semua hal yang sudah kamu simpan terlalu lama sendirian," saran Zuna, tanpa berbalik ke arah belakang.

Reza mendengar saran itu, lalu membiarkan Diana mengajukan pertanyaan lain.

"Rumahmu dekat dari sini, Za?"

"Lumayan, tidak terlalu jauh juga sebenarnya. Hanya perlu naik motor sekitar setengah jam, pasti akan sampai ke rumahku."

"Di rumahmu ada siapa saja, Za?"

"Hanya ada Bapak dan aku di rumah. Ibuku sudah meninggal empat tahun lalu akibat sakit."

"Sudah berapa lama Adikmu menghilang?"

"Dia menghilang akhir tahun dua ribu enam, bulan November. Berarti beberapa bulan lagi hampir delapan belas tahun dia menghilang."

"Boleh aku tahu siapa nama Adikmu dan di mana dia bersekolah?" Diana langsung menuju pada poin paling inti.

"Namanya Sekar. Anindira Sekar," jawab Reza.

Seketika Zuna dan Diana menghentikan langkah mereka, lalu sama-sama menatap kepada Reza dari arah yang berbeda. Reza sadar bahwa dirinya sedang ditatap oleh kedua orang itu, sekaligus sadar bahwa nama yang baru saja ia sebutkan sangat dikenali oleh mereka.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now