9 | Tanda Dari Sekar

989 80 22
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zuna menelepon Septian untuk menjelaskan semua kegaduhan yang terjadi dan hal buruk yang hampir terjadi pada Diana. Ia kemudian meminta pada Septian agar mengirim beberapa orang anggota Polisi yang akan mengawal istri dari Almarhum Helmi pulang ke rumahnya. Warga sekitar SMP GENTAWIRA sudah membubarkan diri, setelah masalah ditangani dengan baik oleh Zuna dan Diana. Kalingga pun diajak kembali ke bengkel oleh Sumardi agar tidak perlu terlalu lama melihat kedekatan antara Diana dan Zuna. Ia jelas tahu kalau Kalingga akan semakin merasa menyesal atas kesalahan lamanya pada Diana, jika terlalu lama berada di sana. Perhatian Zuna kini hanya tertuju pada Diana. Pria itu memeriksa sedetail mungkin, apakah ada bagian yang terluka atau tidak pada diri wanita itu.

"Demi Allah, aku enggak apa-apa, Zu. Kamu enggak perlu memeriksa diriku berulang-ulang begitu, dong," Diana berusaha meyakinkan Zuna.

"Kamu hampir jatuh dari jendela itu ke tanah, Na! Wajarlah aku terus-menerus memeriksa kondisimu. Kamu itu orang nomor satu yang harus aku pastikan keselamatannya, ketimbang orang lain," balas Zuna.

"Ya ... tapi 'kan jarak antara jendela itu ke tanah cuma dua meter setengah, Zu. Bukan sepuluh meter. Lagi pula, tadi kamu 'kan berhasil menangkap tubuhku dan aku enggak jatuh ke tanah. Mana bisa ada luka di tubuhku kalau jatuhnya saja tidak terjadi," jelas Diana.

Diana memperlihatkan pakaian yang dipakainya pada Zuna.

"Lihat ... cuma pakaianku saja yang jadi berantakan. Entah bagaimana caranya harus kurapikan pakaianku, padahal masih ada kelas terakhir yang harus aku ajar hari ini," keluh Diana.

"Ck! Cuma lecek sedikit saja pakaianmu itu, Na. Tidak usah dipermasalahkan terlalu panjang. Toh pakaianmu rapi ataupun kusut, kamu tetap saja terlihat cantik, kok," Zuna berupaya meyakinkan Diana.

Diana kini tersenyum ke arah Zuna, lalu melayangkan pukulan ringan pada lengan pria itu.

"Aku enggak butuh gombalanmu disaat seperti ini, Zu. Aku lebih butuh setrika uap, biar pakaianku yang lecek ini bisa kembali lurus," ujar Diana, apa adanya.

"Ada setrika uap di mobilku. Tunggu sebentar."

Zuna langsung melesat menuju mobilnya untuk mengambilkan setrika uap. Mita masih menatap ke arah Diana dengan perasaan kesal, meski saat itu dirinya tengah ditemani oleh Beni. Di tubuhnya ada beberapa luka akibat terjatuh dari jendela. Namun Zuna sama sekali tidak peduli dan malah berulang-ulang kali hanya memeriksa keadaan Diana.

"Sabar, Mit. Kalau kamu memang mau mendapatkan Zuna kembali, maka kamu harus melakukannya perlahan. Lakukan dengan sangat tenang, sampai kamu benar-benar bisa menyingkirkan Diana dari sisi Zuna. Kalau kamu mau, aku bisa kok membantumu. Kebetulan, aku saat ini sangat menginginkan Diana. Jangan minta tolong pada Kalingga. Dia hanya akan membawakan beban baru untukmu, karena dia sudah pernah membuat Diana kecewa dan Diana bukan orang yang suka memberikan kesempatan kedua pada orang yang sudah membuatnya kecewa," bisik Beni.

Mita kini menoleh ke arah Beni dan mencoba mencari tahu apakah laki-laki itu serius dengan tawarannya atau tidak. Namun Mita tidak menemukan adanya hal yang meragukan dari tawaran Beni. Maka dari itulah, Mita akhirnya mengulurkan tangan sebagai tanda persetujuan kerja sama untuk memisahkan Diana dari Zuna. Sosok Sekar menatap marah pada kedua orang itu, lalu mendadak berpindah ke sisi Diana yang sedang duduk sendiri di halaman sekolah. Zuna datang tak lama kemudian dan bisa melihat kalau Diana sudah ditemani oleh sosok Sekar di sisinya. Ketika Zuna memberikan setrika uap ke tangan Diana, pria itu bisa melihat kalau sosok itu mencoba memberikan tanda dengan cara menunjuk ke arah Mita dan Beni. Diana ikut mencoba memahami tentang apa yang hendak disampaikan oleh Sekar kepada mereka. Sehingga kini Diana dan Zuna mulai berunding secara diam-diam.

"Menurutmu Sekar mau bilang apa pada kita soal Beni dan Mita?" tanya Diana, berbisik.

"Mungkin soal Mita yang sedang curhat pada Beni akibat merasa cemburu dengan kedekatan kita," jawab Zuna.

Sosok Sekar dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya. Pertanda bahwa jawaban Zuna salah besar.

"Uhm ... bukan, ya? Apakah mereka sedang menggosipkan kami berdua?" tebak Zuna lagi.

Gelengan kepala kembali terlihat oleh Zuna.

"Apakah mereka sedang merencanakan sesuatu?" kali ini Diana yang menebak.

Sosok Sekar langsung menganggukkan kepalanya.

"Apakah rencana yang mereka buat adalah rencana yang buruk?" tambah Zuna.

Anggukkan kepala kembali mereka lihat dari sosok Sekar.

"Rencana buruk itu ada sangkut pautnya dengan kami berdua? Dan ... apakah itu ada hubungannya dengan kecemburuan dari salah satu atau kedua orang itu terhadap hubungan kami yang begitu dekat?" Diana semakin memperjelas.

Sosok Sekar pun kini tersenyum ke arah Diana, seakan mersa senang karena Diana bisa menebak maksud dari tanda yang dia berikan. Setelah tersenyum begitu cantik, sosok itu langsung menghilang dari hadapan keduanya.

"Wah ... sepertinya Beni juga mengincar kamu, Na. Bukan cuma Kalingga jadinya yang harus kamu waspadai, tapi Beni juga wajib diwaspadai," saran Zuna.

"Kamu sendiri bagaimana, Zu? Kamu sudah jelas diincar oleh Mita, tuh," sindir Diana, sambil tersenyum dan memainkan kedua alisnya.

Zuna tersenyum begitu manis, lalu duduk tepat di samping Diana.

"Iya, nih. Bikin repot saja kalau dia sampai berusaha mengincar aku, agar aku kembali padanya seperti dulu. Sebenarnya aku berharap diriku diincar oleh wanita lain, eh, malah dia lagi yang harus kuhadapi. Sekarang aku harus memikirkan jalan untuk menyingkirkan dia agar tidak masuk lagi ke dalam kehidupanku," balas Zuna.

"Oh, ya? Kamu berharap diincar oleh wanita lain? Siapa orangnya? Ceritalah, Zu. Jangan cuma kamu pendam-pendam sendiri saja," bujuk Diana.

"Enggak, ah. Aku enggak mau berbagi sama kamu soal yang satu itu. Kalau waktunya sudah tepat, pasti kamu juga akan tahu tentang siapa wanita yang aku inginkan untuk menjadi pendamping hidupku sampai tua."

"Hm ... iya deh, iya. Simpan saja sendiri. Segitu sayangnya kamu sama dia, sehingga padaku pun tidak mau kamu bagi," goda Diana, sekonyol biasanya.

Zuna pun kembali tertawa lepas saat melihat kekonyolan Diana yang kembali kumat. Mita dan Beni menatap ke arah mereka berdua sambil menahan kesal. Dalam hati mereka terus menegaskan bahwa apa yang mereka inginkan harus segera terwujud. Agar Diana dan Zuna segera berpisah serta tak lagi bisa bersama seperti saat ini.

"Sebaiknya rencana kita dijalankan secepat mungkin, Ben. Aku mulai merasa muak melihat Zuna yang hanya bisa tertawa lepas dan bahagia karena Diana ada di sisinya. Aku ingin menempati posisi Diana, karena dulunya posisi itu memanglah milikku!" tegas Mita.

"Ya, kamu tenang saja. Aku juga tidak sesabar itu saat melihat mereka berdua begitu dekat terlalu lama. Aku juga ingin menempati posisi Zuna di sisi Diana untuk selamanya," balas Beni, tidak main-main.

* * *

Rahasia Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang