60 | Diteror

572 60 14
                                    

- MINGGU INI AKU UPDATE 4 BAB SEKALIGUS, KARENA BESOK (RABU) AKU HARUS MENJALANI OPERASI. INSYAALLAH MINGGU DEPAN KEMBALI UPDATE HARI KAMIS DAN JUMAT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Ponsel milik Mita bergetar di atas meja, ketika dirinya sedang menulis pada papan tulis di kelas yang tengah diajarnya. Ia memilih mengacuhkan pesan yang masuk, karena dirinya sudah terlanjur menulis hampir setengah papan tulis. Namun semakin ia mendiamkan ponselnya, pesan yang masuk sepertinya semakin banyak karena Mita bisa mendengar getaran berulang-ulang dari atas meja.

"Duh, siapa sih yang mengirim pesan pada jam segini? Kenapa bawel sekali orang itu sehingga mengirim pesan berulang-ulang?" batin Mita, sedikit kesal.

Pikiran Mita masih sedikit terbayang-bayangi oleh pemecatan Beni yang terjadi tadi. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Diana dan Kalingga akan memergoki pertemuan Beni dan Silmi, sehingga akhirnya Diana melaporkan keduanya pada Zuna. Ia juga tidak menyangka kalau Rudi akan berada dipihak Diana dan langsung memecat Beni. Rudi bahkan tidak mempertimbangkan lebih dulu dan memilih setuju dengan Zuna yang akan menangkap Beni untuk diseret ke kantor Polisi.

Seingat Mita, saat masih SMP Rudi sama sekali tidak pernah tertarik pada Diana. Bahkan dulu Rudi jarang sekali mencoba mengajak Diana bicara atau sekedar menyapa. Entah apa yang terjadi sekarang di antara mereka berdua, sehingga Rudi tidak segan sama sekali untuk berpihak pada Diana. Hal itu jelas membuat Mita merasa kesal setengah mati, namun ia hanya bisa memendam kekesalan itu dalam hatinya.

"Pasti Diana sering cari-cari perhatian kepada Rudi di belakang semua orang. Rudi tidak mungkin memihak Diana sekeras itu jika tidak ada interaksi lebih di antara dirinya dan Diana," duga Mita.

Setelah selesai menulis materi di papan tulis, Mita segera kembali duduk dan menyimpan buku ke atas meja. Tatapannya menyapu seluruh siswa dan siswi yang ada di kelas itu, karena ia ingin tahu apakah semua orang mencatat materi yang ia tulis pada buku masing-masing atau tidak. Ketika ia mendapati ada beberapa siswa--yang duduk di bagian belakang--mengobrol dan tidak mencatat, perasaan geram Mita kembali terpicu.

"Faris, nilaimu hari ini Ibu kurangi sepuluh poin karena terus saja mengobrol dan tidak mencatat materi," tegur Mita.

Siswa yang kena tegur itu pun terlihat kaget dan langsung mengeluh diam-diam. Mita segera meraih ponselnya dan berniat akan membuka pesan yang masuk. Benar saja, ada sepuluh pesan yang masuk ke ponselnya bertubi-tubi, sehingga Mita bahkan bisa mengurutkan pesan mana yang lebih dulu masuk dari pesan-pesan yang lain.

0878 2223 6xxx
Hai, Mita. Bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Apakah kamu masih ingat soal pembakaran rumah pacarmu yang kamu perintahkan kepadaku?

Kedua mata Mita mendadak membola usai membaca pesan yang pertama. Kedua tangannya gemetar hebat, hingga ponsel di tangannya hampir saja terjatuh. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Ia ingin sekali langsung memblokir nomor itu dari ponselnya, namun jemarinya tidak bisa diajak bekerja sama dan justru membaca pesan selanjutnya yang ada di bawah pesan pertama

0878 2223 6xxx
Jangan pura-pura lupa, Mita. Aku masih menyimpan pesan yang dulu kamu kirimkan padaku. Pesan berisi perintah untuk membakar rumah pacarmu agar seluruh keluarganya terbunuh dalam kebakaran itu masih aku simpan.

0878 2223 6xxx
Bahkan alasan yang menyebabkan kamu ingin membunuh semua anggota keluarga pacarmu juga masih tersimpan pada pesan di ponsel lamaku.

0878 2223 6xxx
Haruskah aku buka semua itu sekarang, Mita? Haruskah aku kirimkan bukti perintahmu itu kepada pacarmu? Oh, ralat, sekarang dia sudah menjadi mantan pacarmu, 'kan? Aku dengar dia adalah seorang Polisi sekarang. Jadi, apakah aku sebaiknya menyerahkan langsung bukti yang aku punya mengenai perintah pembakaran rumah yang kamu kirimkan?

0878 2223 6xxx
Mungkin seharusnya kamu tidak bersantai-santai saja selama ini, Mita. Seharusnya kamu tahu kalau dosa-dosamu akan datang untuk menghantui kehidupanmu dan membuatmu membayar segalanya.

0878 2223 6xxx
Aku yakin, mantan pacarmu langsung memutuskanmu setelah tragedi itu terjadi karena dia punya firasat buruk tentangmu. Aku yakin, kalau dia akan semakin membenci kamu jika sampai tahu bahwa kamulah dalang di balik kematian seluruh anggota keluarganya.

0878 2223 6xxx
Apakah mantan pacarmu tahu, kalau kamu sengaja membunuh anggota keluarganya karena dirimu sudah tahu bahwa tidak akan mendapat restu dari Ibu dan Adiknya? Apakah dia juga tahu, bahwa Ibu dan Adiknya mengetahui kalau kamu tidak benar-benar cinta pada mantan pacarmu dan kamu hanya mengincar harta keluarga mereka? Apakah mantan pacarmu tahu, kalau mengincar harta keluarganya adalah ide dari Ibumu yang merasa iri hati dengan kebahagiaan Ibu mantan pacarmu? Kalau dipikir-pikir lagi, kamu dan Ibumu itu sebenarnya tidak ada bedanya sama sekali. Sama-sama licik. Sama-sama sering iri dengan kesuksesan dan kebahagiaan orang lain.

0878 2223 6xxx
Jadi bagaimana, Mita? Apakah kita bisa bertemu? Aku ingin merundingkan sesuatu dengan kamu. Ya, hitung-hitung kamu membalas budi padaku setelah dulu aku membantumu membunuh seluruh anggota keluarga mantan pacarmu.

0878 2223 6xxx
Kalau kamu tidak setuju, aku bisa langsung menemui mantan pacarmu di kantornya. Kebetulan aku tahu di mana tempat dia bekerja saat ini.

0878 2223 6xxx
Akan lebih baik jika kamu setuju, bukan?

Mita segera mengetik pesan balasan meski kedua tangannya masih gemetar. Nafasnya jadi tidak beraturan, terdengar memburu seakan tengah dikejar-kejar tanpa henti. Setelah dirinya melihat yang terjadi pada Beni ketika Zuna mendapat laporan dari Diana, ia langsung terbayang akan sekejam apa Zuna terhadapnya jika sampai tahu bahwa dirinya adalah dalang di balik kematian seluruh anggota keluarganya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau kejahatan lamanya akan kembali datang menghantui. Ia tidak siap dengan hal itu, namun terpaksa harus menghadapinya.

MITA
Tutup mulutmu dan tetaplah diam seperti dulu! Ayo kita bertemu! Kapan dan di mana? Cepat tentukan!

0878 2223 6xxx
Mari bertemu di tempat bersejarah bagi kita. Temui aku di antara puing-puing arang bekas rumah mantan pacarmu. Aku tunggu kamu di sana besok malam, jam sembilan. Jangan terlambat dan jangan coba-coba merencanakan pembunuhan terhadap diriku. Kalau kamu mencoba membunuhku saat kita bertemu, mantan pacarmu akan langsung menerima semua bukti yang sudah aku atur pada ponselku. Kamu tidak akan bisa mengelak dan justru akan mendapat hukuman berkali-kali lipat setelah membunuhku. Jadi, datanglah dengan tenang dan bawakan aku yang tunai sebesar lima puluh juta.

MITA
Lima puluh juta??? Sudah gila kamu, hah???

0878 2223 6xxx
Lima puluh juta, atau mantan pacarmu akan menerima semua bukti itu sekarang juga?

Mita benar-benar kehabisan akal. Ia ingin sekali mengamuk saat itu juga, namun ia sadar bahwa dirinya akan menjadi tontonan para siswa dan siswi di kelas itu.

MITA
Oke. Deal! Akan aku bawakan uang lima puluh juta itu untuk kamu nanti malam.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now