29 | Paket

868 62 15
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Semalam Diana dan Zuna berpesan pada Reza untuk tetap tenang, ketika mengantarnya pulang. Mereka membuatnya paham, bahwa hal paling penting sekarang adalah menemukan tempat penyimpanan milik Almarhum Helmi dan juga menemukan tempat di mana Rudi dan Helmi mengubur jasad Sekar. Reza sendiri kini sedang mencoba untuk berdamai dengan kenyataan, agar rasa sakit di hatinya tidak akan semakin menganga ketika nanti Zuna dan Diana berhasil menemukan di mana jasad Sekar terkubur selama hampir delapan belas tahun.

Diana tampak sudah menunggu Reza di depan sekolah pagi itu. Wanita itu terlihat sangat khawatir. Reza bisa merasakan kekhawatiran itu dari caranya menatap. Meski Diana tetap tersenyum, namun tetap saja gurat kekhawatiran itu tercetak jelas di wajahnya. Reza tahu, bahwa Diana juga pernah melewati masa kehilangan yang begitu panjang tanpa siapa pun di sisinya. Wanita itu baru benar-benar memiliki sandaran ketika Zuna hadir dalam hidupnya. Jadi jika saat ini Diana ingin hadir di dalam hidup Reza ketika berduka soal Sekar, maka Reza sama sekali tidak akan menolak kehadirannya.

"Hai, Na. Tumben kamu datang pagi-pagi sekali. Kamu sedang mencoba menghindari ceramahnya, Zuna?" tanya Reza.

"Hai juga, Za. Aku enggak menghindari ceramah siapa pun pagi ini," jawab Diana. "Zuna tahu kalau aku berangkat lebih pagi. Dia paham kalau aku enggak bisa tidur setelah membacakan pengakuan yang semalam. Aku ... tidak bisa berhenti memikirkan Sekar dan belasan tahun yang dilalui arwahnya di sekolah ini hanya karena belum dikuburkan secara layak. Hatiku sakit memikirkan itu, Za. Dan aku benar-benar tidak akan melepaskan bajingan sialan yang sudah membunuhnya dengan brutal dan menguburnya seperti binatang. Jadi ... aku sudah merencanakan sesuatu untuk dia, selama kasus hilangnya Sekar sedang dialihkan ke tangan Zuna. Aku akan membuat hidupnya tidak tenang."

Reza berhenti sejenak dan menatap ke arah Diana. Diana ikut berhenti dan balas menatapnya.

"Apa rencanamu?" Reza ingin tahu.

"Tunggu saja dengan tenang. Kamu akan segera tahu apa rencanaku."

Sosok Sekar menyambut mereka di Ruang Guru. Namun kali itu dia tidak sendirian, karena ada juga sosok Helmi yang sedang menatap marah ke arah ruang kerja milik Rudi yang masih tertutup rapat. Diana menatap ke arah sosok Helmi secara terang-terangan, karena saat itu belum ada siapa pun di Ruang Guru kecuali dirinya dan Reza.

"Jangan bertingkah seakan kamu adalah korban," desis Diana.

Sosok Helmi pun berbalik dan mendapati tatapan Diana terarah kepadanya. Reza memperhatikan Diana yang saat itu tengah berbicara sambil menatap ke arah pintu ruangan milik Rudi. Ia merasa sedikit khawatir, karena belum tahu kalau saat itu Diana sedang menatap sosok Helmi.

"Na, ada apa? Kamu bicara dengan siapa?" tanya Reza, pelan.

"Kamu sama saja seperti Rudi! Kamu juga sama bajingannya seperti bajingan satu itu! Seharusnya kamu melaporkan dia ke Polisi jika tahu bahwa dia sudah melenyapkan nyawa seseorang! Tapi kamu malah membantu dia mengubur jasad Sekar dan bahkan menutupi perbuatannya demi mendapatkan uang haram! Jadi jangan bertingkah seakan kamu adalah korban! Sampai kapan pun, aku akan mencantumkan namamu di setiap berita yang akan beredar suatu saat nanti, bahwa kamu adalah kaki tangannya bajingan yang telah membunuh Sekar!" tegas Diana.

Sosok Helmi tampak marah kepada Diana, namun entah kenapa Diana tidak bisa ia serang seperti bagaimana dirinya sering menyerang Rudi selama beberapa hari terakhir. Saat sadar kalau ada kemungkinan bahwa Diana dilindungi oleh Sekar yang selalu ada di sisinya, sosok Helmi pun segera menghilang dari Ruang Guru tersebut. Reza mendekat pada Diana dan menyentuh pundak wanita itu dengan lembut, setelah Diana tidak lagi mengatakan apa pun.

"Dia sudah pergi?" tanya Reza.

Diana mengangguk.

"Aku muak melihat wajahnya. Tidak peduli apa penyebab kematiannya yang tidak wajar. Aku merasa marah padanya karena dia bisa menikmati hidup di tengah tumpukan uang haram, sementara arwah Sekar harus terjebak di sekolah ini selama belasan tahun. Aku tidak ingin melihatnya meski hanya dalam wujud arwah, Za. Aku benci melihatnya," ungkap Diana, apa adanya.

"Ya. Aku paham, Na. Karena aku pun merasa begitu. Aku juga benci padanya. Tapi saat ini kita jelas harus menuntaskan kasus kematian dia, agar bisa membuka rahasia yang berusaha Rudi tutupi rapat-rapat selama hampir delapan belas tahun," tanggap Reza.

Mereka berdua kini duduk di kursi masing-masing, sambil menunggu waktu mengajar tiba. Diana sangat menantikan kedatangan Rudi. Tatapannya hanya tertuju pada Sekar yang sedang tersenyum begitu cantik untuk Reza seperti biasanya. Ia senang melihat wajah itu sangat lama. Ia senang karena tahu tentangnya, meski bukan pada saat Sekar masih hidup.

Guru-guru lain mulai berdatangan. Rudi juga datang tak lama kemudian, lalu langsung menyapa semua Guru termasuk Reza dan Diana. Reza berupaya untuk terlihat sewajar biasanya, meski seharusnya kini ia melampiaskan emosi kepada Rudi atas pembunuhan brutal yang dilakukan laki-laki bejat itu terhadap Sekar. Ia tidak mau Rudi bebas begitu saja setelah selama ini hidup dengan nyaman usai membunuh Sekar. Rudi harus membayar kejahatannya dan itu tidak boleh gagal terlaksana hanya karena satu tindakan bodoh.

"Bu Diana, bagaimana kabar hari ini? Apakah ada kendala dalam proses belajar-mengajar selama beberapa hari terakhir?" tanya Rudi.

Diana tersenyum begitu cerah seperti biasanya, sehingga Rudi benar-benar yakin kalau Diana memang secantik yang ia perhatikan selama ini. Beni--yang pagi itu tetap hadir di sekolah meski masih mengalami cedera--juga ikut menatap begitu lama ke arah Diana yang tengah tersenyum. Reza memperhatikan hal itu, lalu seketika berharap kalau Beni akan kembali mendapat kesialan seperti kemarin.

"Alhamdulillah, semuanya lancar, Pak Rudi. Tidak ada kendala sama sekali dalam proses belajar-mengajar yang aku jalani terhadap para siswa dan siswi kelas satu, dua, ataupun tiga. Semuanya aman dan aku bahkan sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk dimasukkan ke dalam soal Ujian Tengah Semester. Aku akan memperlihatkan progresnya kepada anda hari ini juga, jika anda ada waktu luang," jawab Diana.

"Oh, tentu saja ada, Bu Diana. Datang saja ke kantorku dan biarkan aku memeriksa progres dari soal-soal Ujian Tengah Semester yang sudah mulai anda susun," Rudi langsung menyetujui.

Entah kenapa Rudi mendadak merasa tertarik pada Diana dan ingin mencoba mendekati wanita itu. Yang awalnya ia hanya memperhatikan karena takut bahwa Diana tahu soal rahasianya--yang mungkin saja tercantum pada buku agenda milik Almarhum Helmi--kini akibat memperhatikan terlalu dalam itu bisa dirasakan oleh Rudi, dan menimbulkan rasa yang seharusnya tidak pernah tumbuh terhadap Diana.

Seorang kurir tiba di ambang pintu Ruang Guru tak lama kemudian. Kurir tersebut pun mengatakan bahwa ada paket yang tertuju untuk Rudi. Firasat Reza mengatakan, bahwa paket itulah rencana awal yang Diana maksud tadi.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now