Ada Apa?

608 141 121
                                    

"Halo?" panggil suara di seberang sana.

Hana terdiam, ia lihat kembali layar ponselnya. Nomer ini tidak ada di kontak telepon. Siapa, ya? Haruskah ia jawab atau matikan langsung? Private number pula.

Hana terlihat masih berpikir, apakah harus ia angkat atau tidak? Ia hanya terus memandangi layar ponselnya yang terus berdering. Karena sadar banyak orang sekitar yang sepertinya terganggu dengan dering ponselnya, Hana pun segera menggeser tombol hijau dan mengangkatnya.

"Ha-halo?" jawab Hana sedikit takut. Suaranya terdengar pelan dan sedikit bergetar.

"Selamat malam Hana, apa saya mengganggumu?" tanya suara di seberang sana lagi seolah seseorang itu sudah mengenalnya.

Keringat dingin Hana mulai mengucur dari keningnya, kedua tangannya yang entah sejak kapan menjadi gemetar seperti seseorang yang telat makan. Deruan napas Hana pun mulai berantakan tak jelas.

"Malam-malam begini kenapa ke luar sendiri?" tanya suara itu lagi diikuti kekehannya.

Siapa pria yang berani meneleponnya malam-malam seperti ini? Seingat Hana, ia menjaga dengan baik privasi nomer ponselnya. Tidak pernah Hana berikan nomer ponsel pada seseorang yang tidak ia kenal.

Hana langsung menengok kanan dan kirinya. Dan melihat ke belakang, lalu ke arah jam tangannya. Ini masih pukul 19:00 malam. Belum larut malam, jadi ia tidak perlu sepanik ini. Bahkan masih banyak orang-orang di jalanan.

Kalau ada yang macam-macam padanya, tinggal teriak saja. Pikiran Hana saat ini sudah dipenuhi dengan banyak hal-hal buruk. Ia tak bisa berpikir jernih sama sekali. Karena ini pertama kalinya ia ditelepon dengan nomer yang tak dikenal, mana nampaknya seseorang itu seperti sedang mengawasinya lagi. Siapa yanga tidak akan takut jika berada di posisi sepertinya?

Hana semakin lemas, kakinya mulai gemetar. Bagaimana ini? Kalau ia duduk mungkin seseorang itu akan menangkapnya atau semacamnya. Apa dia penculik? Atau begal? Apa mungkin agen rahasia atau musuh bosnya di perusahaan yang ingin mencuri informasi dari tempatnya bekerja? Dengan cara menculik dirinya.

Hana tahu bahwa akhir-akhir ini tempatnya bekerja mendapatkan banyak sorotan dari media atau pun rival. Karena sudah beberapa tahun belakangan, pamor perusahaannya itu terus menanjak. Kalau memang benar begitu, apa yang harus Hana lakukan? Hana benar-benar takut sekarang.

Sungguh, sebenarnya ia sudah tak kuat untuk berdiri apalagi berjalan seperti ini. Lemas sekali. Hana menggigit bawah bibirnya sambil memutar bola mata ke kanan dan kiri mengawasi. Mengamati setiap pergerakan yang ada di sekitar. Bahkan tukang siomay dan bakso goreng pun ia curigai, jangan-jangan seseorang itu menyamar. Bisa saja, kan? 

Malam ini sepulang dari rumah saudara Hana berniat membeli beberapa keperluan pribadi, seperti perlengkapan mandi dan makanan cemilan kesukaannya. Karena rumah saudara Hana itu cukup jauh jadi ia sampai mampir di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di daerah Bogor. Setelah melaksanakan Shalat Isya di Mushala Hana berniat langsung pulang, dan kini ia memang sedang dalam perjalanan pulang.

Namun, telepon menyeramkan ini berhasil menghambat perjalanannya untuk segera pulang ke rumah. Belum sampai menaiki angkot, Hana masih berjalan keluar Mall. Karena telepon inilah ia menjadi uring-uringan tak jelas, berdiri seperti orang bodoh dengan kedua mata yang melihat curiga ke sekitar. Dan entah mengapa ia merasa ada seseorang yang mengikutinya, seseorang yang sedang meneleponnya saat ini.

Ia tidak tahu siapa orang itu, apa ia langsung pergi ke Pos Polisi saja? Kebetulan di depan Mall ini ada Pos Polisi. Ah, tapi bahaya jika ia terburu-buru seperti itu pasti seseorang yang mengikutinya akan dengan mudah membaca gerak-geriknya. Ia harus bagaimana sekarang? Hana masih terdiam sambil menempelkan ponsel di telinga kanannya dengan tatapan matanya yang cemas dan kosong.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now