Manusia Setengah Malaikat

368 63 103
                                    

Hana buru-buru berlari menuju halte bus, tak disangka hari ini akan turun hujan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hana buru-buru berlari menuju halte bus, tak disangka hari ini akan turun hujan. Padahal tadi pagi hingga siang hari cuaca cerah.

Ia membuka resleting ranselnya dan mengambil sesuatu dari dalam sana. Ya, payung. Untung saja Hana membawa payung setiap hari. Wanita manis itu tersenyum, ia tiba-tiba teringat ibunya di rumah. Pesan untuk membawa payung setiap hari adalah nasihat ibu yang selalu ia ingat sejak zaman sekolah dulu.

Wanita berjilbab hitam itu menoleh ke atas, melihat langit sore yang gelap, sudah seperti malam. Hujan hari ini cukup lebat, tetapi tak ada petir. Hana pun mulai membuka payungnya dan bersiap berjalan ke luar halte. Terdengar langkah kakinya yang samar karena hujan.

TAP

Langkah kakinya terhenti. Kedua mata Hana langsung terfokus pada satu titik yang baru saja berjalan di hadapannya. Ya, barusan. Lima detik yang lalu mungkin. Pria itu, tatapan matanya kosong. Langkah kakinya terlihat rapuh. Ia bahkan tak peduli dengan hujan yang turun cukup lebat, seluruh tubuhnya basah.

"Ji Soo!" panggil Hana sedikit berteriak.

Tidak ada jawaban, Ji Soo terus berjalan lurus ke depan. Langkahnya terlihat semakin rapuh.

"Ji Soo!" teriak Hana lagi lebih kencang.

Masih dengan respon yang sama, Ji Soo terus berjalan dan semakin menjauh. Hana mulai cemas. Tanpa pikir panjang ia berlari mengejar Ji Soo dengan payungnya.

"Ji Soo?" panggil Hana dengan nada cemas dan tatapan khawatirnya.

Ji Soo akhirnya tersadar, ia menoleh ke sebelah kiri dan melihat Hana sudah berdiri di samping sambil memayunginya.

Ji Soo terdiam, ia sama sekali tak bersuara. Tatapan matanya kosong dan terlihat sedih. Bahkan Hana seperti melihat Ji Soo menangis. Kedua matanya merah.

"Kamu ba-,"

"Pakai saja payungmu sendiri," potong Ji Soo sambil berjalan keluar dari naungan payung Hana.

Hana berjalan mendekati Ji Soo lagi.

"Kamu kenapa?" tanya Hana semakin khawatir dan terus berusaha memayungi Ji Soo meski pria itu terus berjalan menjauh darinya.

"Ji Soo, jawab saya!" mohon Hana tak menyerah.

Akhirnya Ji Soo berhenti berjalan. Mereka berdua berdiri berhadapan. Ji Soo menatap Hana dengan tatapan sedihnya. Dan entah kenapa Hana merasakan itu mengganggu, ia malah semakin khawatir.

"Sangat bodoh memang ketika kamu hidup tak memiliki mimpi. Saya hidup karena saya tidak bisa mati. Selama ini saya sudah berlari sangat jauh, saya sudah berusaha sangat keras. Tapi, kenapa saya tetap begini? Kenapa saya masih saja menjadi seorang pecundang yang terus hidup karena tak bisa mati?" ucap Ji Soo tiba-tiba dengan kedua mata yang mulai basah dan merah karena menangis.

Hana terdiam, untuk sekadar membuka mulutnya pun ia tak sanggup. Rasanya seperti beku dan mati rasa. Ia menatap Ji Soo dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Apa maksud perkataannya? Dugaannya benar soal apa yang sebenarnya telah terjadi pada hidup Ji Soo.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now