Lagi

368 66 98
                                    

Langkah kaki Hana langsung terhenti, belum sampai ke luar pintu penginapan ia sudah enggan berjalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkah kaki Hana langsung terhenti, belum sampai ke luar pintu penginapan ia sudah enggan berjalan. Hana buru-buru mengalihkan pandangannya dari seseorang yang berdiri di luar penginapan dengan senyum penuh percaya diri yang terukir.

Hana sama sekali tidak berselera melihatnya, lebih baik pura-pura melihat ke arah jam tangan saja, seperti kebanyakan orang yang jika sedang malas diajak berbicara.

Ya, ampun! Padahal pagi ini ia harus berangkat lebih awal. Kenapa pria itu selalu mengganggunya? Hana mendengus kesal, namun tetap menjaga sikap dengan tidak menatap pria itu sinis.

Ia memilih menundukkan pandangannya atau melihat ke arah dimana pria itu tak bisa menangkap manik matanya. Karena jika itu sampai terjadi, Hana rasa akan jauh lebih berbahaya. Ia akan merasa sangat terintimidasi. Dan berujung dengan salah tingkah dan banyak kebodohan lainnya yang muncul secara tiba-tiba dari dalam dirinya.

"Assalamu'alaikum," ucap Bimo dengan senyum lebarnya.

Pagi-pagi begini Bimo sudah berdiri di depan penginapan dengan mobil hitam yang sering ia gunakan selama di Korea. Ia terlihat tampan dengan setelan jas hitam yang sangat cocok untuk postur tubuhnya yang tinggi tegap.

Dengan sepatu kulit asli berwarna hitam yang sangat bersih, mungkin bisa digunakan untuk berkaca. Juga rambut hitamnya yang disisir dengan sangat rapi dan klimis. Ia sudah seperti seorang pangeran yang akan menjemput sang puteri.

"Wa'alaikumussalam," jawab Hana tanpa melihat sedikit pun lawan bicaranya. Ia terus melihat ke arah jam tangan lalu sebentar-sebentar melempar pandangannya ke tengah jalan.

"Senyum, dong," celetuk Bimo karena melihat Hana terus menekuk bibirnya dan membuang wajahnya. Pria itu sedikit menundukkan bahu dan kepalanya agar dapat melihat ekspresi wajah Hana.

Apa-apaan, sih, pikir Hana kesal. Dengan gerakan cepat Hana buru-buru memutar tubuhnya menyerong membelakangi Bimo. Ia tak mempedulikan perkataan Bimo barusan.

Dengan tegas langkah kaki Hana mulai berjalan meninggalkan Bimo tanpa pamit. Ya, wanita itu. Entah ada setan apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Kali ini tidak perlu basa-basi, begitu benaknya mantap.

"Kamu masih ada perasaan denganku, kan? Aku tidak akan mengganggu kamu lagi Hana. Tapi aku akan mengawasi kamu di sini!" teriak Bimo membuat Hana terkejut dan sempat menghentikan langkah kakinya.

Tangan kanannya pun mengepal dengan keras begitu mendengar ucapan itu. Seperti ada sekumpulan emosi yang tertahan di dalam sana yang hanya ia mengerti seorang.

"Aku akan lihat, apakah kamu benar-benar bisa melupakan perasaanmu! Dan aku akan mengawasi pria itu juga! Ingat itu Hana!" teriak Bimo lagi membuat Hana berlari cepat meninggalkannya.

Ada apa dengan pria itu? Hana malah semakin merasa cemas. Ia takut sekaligus senang dalam satu waktu karena berhasil melangkah lebih maju dibanding Bimo.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now