Pastikan

203 40 131
                                    

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Hana tanpa basa basi

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Hana tanpa basa basi.

Kini mereka berdua duduk manis di bangku halte bus yang cukup menyimpan banyak memori. Halte bus ini seperti saksi bisu banyak kejadian yang telah terjadi di antara mereka berdua selama di Korea.

Hana memegang pinggiran bangku halte bus yang terbuat dari besi yang dicat berwarna hijau rumput. Kedua matanya melihat ke atas langit-langit halte bus dengan senyum manis penuh arti, seperti mengenang. Ya, Hana memang seseorang yang cenderung menyukai hal-hal kecil dan manis berupa memori atau kenangan dari tempat, benda atau pun hal sederhana kecil lainnya.

Ji Soo tidak menjawabnya, ia malah bangkit dari duduknya lalu berdiri di hadapan Hana. Membuat wanita manis itu melihatnya heran campur malu. Raut wajah Ji Soo terlihat sangat serius. Kedua alis matanya yang hitam dan tebal semakin mempertegas tatapan kedua matanya yang tajam dan dalam. Apa yang akan Ji Soo lakukan? Membuat Hana menjadi penasaran dan gugup.

Setelah itu Ji Soo langsung menundukkan badannya hingga tiga kali. Terus berulang-ulang seperti itu. Seperti memberi hormat kepada atasannya. Hal ini membuat Hana semakin malu dan tak enak. Beberapa orang yang melewati mereka bahkan sampai memperhatikan dengan tatapan heran dan tersenyum. Ji Soo, sudah hentikan saja. Ucap Hana dalam hatinya, dengan raut wajah serba salah. Ia berusaha untuk terus tersenyum ramah pada orang-orang yang memperhatikan mereka. Agar mereka tak berpikir yang bukan-bukan.

"Terima kasih banyak atas semuanya," setelah memberi hormat pada Hana seperti wanita itu adalah seorang atasannya Ji Soo mengucapkan kata-kata yang membuat Hana semakin merasa heran. Sedetik kemudian terukir senyum lebar dari bibir Ji Soo.

"Kamu benar-benar pensil warna yang berkualitas. Hidup saya yang hanya berwarna hitam putih kini menjadi lebih nyata karena banyak warna baru di dalamnya," lanjut Ji Soo lalu kembali duduk di samping Hana. Pandangan matanya yang tajam melihat lurus ke depan ke arah jalanan yang dipenuhi mobil dan bis yang lalu lalang.

Hana menoleh pada lawan bicaranya. Pria penyuka kaos berlengan pendek ini mengatakan hal yang sangat manis. Hana tidak menyangka kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulut Ji Soo. Walau, ya, bisa dibilang perumpamaan yang ia buat cukup sulit dimengerti. Tapi, bagi Hana untuk mengerti tentang Ji Soo saat ini tidaklah begitu sulit.

Ternyata Ji Soo sama sepertinya, ia hanyalah manusia sederhana yang menginginkan kebahagiaan bersama orang-orang tercinta. Tidak muluk-muluk soal harta, gengsi dan lain sebagainya. Ji Soo hanya ingin menghabiskan banyak waktu dengan orang-orang yang ia cintai. Memberikan banyak kasih sayang, berbagi dalam suka juga duka. Seperti itu, seperti Hana.

"Saya sudah kembali, terima kasih, Hana," lagi pria itu mengucapkan rasa terima kasihnya. Malah kini dengan sesimpul senyum manis andalannya. Setelah tersenyum manis seperti itu Ji Soo kembali mengedarkan pandangannya ke jalanan.

"Kembali?" Hana mengernyitkan sebelah alisnya tak mengerti. Maksudnya kembali itu apa? Hana tidak mengerti.

"Saya kembali pada masa saya ingin mencintai banyak hal. Termasuk diri saya. Akhirnya saya mengerti bahwa untuk mencintai atau dicintai itu butuh keberanian dan rasa percaya diri. Saya sedang berusaha untuk kembali mencintai diri saya sendiri yang telah hilang akhir-akhir ini," jawab Ji Soo sambil terkekeh malu dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Terlihat pancaran wajah cerianya yang tak biasa.

TWO 너와나 | TELAH TERBITKde žijí příběhy. Začni objevovat