Tidak Karuan

289 44 64
                                    

Setelah puas mengeluarkan semua emosi, kini Ji Soo berjalan pulang bersama Hana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah puas mengeluarkan semua emosi, kini Ji Soo berjalan pulang bersama Hana. Tidak ada yang berbicara sama sekali sepanjang jalan pulang. Hanya suara lalu lalang mobil dan musik-musik dari caffe yang terdengar.

Sepanjang jalan mereka berdua saling membisu. Hana sibuk dengan pikirannya sendiri begitu pun dengan Ji Soo. Hingga akhirnya Ji Soo mengeluarkan ponsel dari dalam kantung celananya. Lalu mengambil headset putih miliknya juga. Setelah itu ia dengan santainya mendengarkan lagu sendiri.

Hana yang melihat itu hanya bisa memperhatikan. Ji Soo bahkan sama sekali tidak berbasa-basi pada Hana. Ya, misalnya 'mau dengar lagu?'. Eh? Lagipula kenapa Ji Soo harus melakukan itu untuknya? Tidak perlu, bukan? Tidak ada alasan yang kuat. Mungkin sampai sekarang Ji Soo hanya menganggap Hana sebagai rekan kerja saja. Jadi, buat apa terlalu akrab dan dekat? Mentang-mentang mereka sudah lebih banyak berbicara waktu itu. Hana, sadarlah! Ia menepuk-nepuk kedua pipinya.

Wanita itu kini lebih memilih diam dan berjalan melanjutkan perjalanan. Ji Soo sebenarnya tahu jika Hana sempat memperhatikannya barusan. Tapi, entahlah Ji Soo tak bisa mengajaknya berbicara untuk saat ini. Rasanya semakin aneh, perasaan apa ini sebenarnya?

Benar-benar tidak bisa diprediksi, suasana hatinya seperti badai tropis. Tidak jelas dan kacau, memporakporandakan apapun yang ada di sekitarnya. Pikiran dan logikanya pun mungkin sudah habis diporakporandakan tanpa ampun.

Ji Soo semakin kalut, seharusnya ia merasa lega karena sudah banyak bercerita barusan. Sungguh tak mengerti, kenapa Ji Soo semakin kacau begini? Apa benar ia semakin kacau?

Karena wanita yang berjalan di sampingnya sekarang? Hanya dengan bercerita, duduk bersampingan. Dan yang parahnya, walau dengan berjalan membisu seperti ini saja Ji Soo merasa kalut. Tak jelas, yang pasti perasaan ini sangat mengganggunya.

Belum pernah ia merasa sekalut ini, kalau saja ia bisa melawan mungkin perasaan ini akan habis ia hujami dengan pukulan. Namun, sayangnya Ji Soo sudah lelah melawan. Selama ini mungkin ia terlalu sering untuk menangkis perasaan ini sendiri. Hingga akhirnya ia pun lelah dan memilih untuk kalah.

Yang bisa Ji Soo tafsirkan sejauh ini adalah, ia merasa takut sekaligus bahagia. Itu saja, terus terasa berulang kali begitu mengingat semua tentang Hana. Begitu memikirkannya, membicarakannya, menatapnya. Semua tentangnya membuat pikiran dan hati Ji Soo menjadi kacau. Ia tidak tahu harus bagaimana. Perasaan ini benar-benar menyusahkan. Orang bilang ketika jatuh cinta itu rasanya manis. Apanya? Omong kosong! Buktinya sekarang Ji Soo merasa sangat kesusahan.

Di bagian mana yang manis? Ji Soo benar-benar tidak mengerti. Seharusnya ia lebih cerdas. Yang namanya jatuh sudah pasti sakit, bukan? Tidak ada yang manis. Seperti kehidupan di dalam drama korea, kalau saja banyak orang tahu. Kebanyakan hal yang terjadi di sana hanyalah rekayasa dan palsu. Hidup tidak semanis itu, tidak semudah itu. Dan sepertinya kini Ji Soo mulai terjebak dengan pikirannya sendiri.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now