Pertanda

376 74 86
                                    

 Setelah acara makan malam itu, Hana tidak melihat Ji Soo seharian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

 Setelah acara makan malam itu, Hana tidak melihat Ji Soo seharian. Biasanya ia melihatnya pagi-pagi seperti ini sudah mengayuh sepeda dengan semangat. Terkadang Ji Soo berbaik hati mengantar Hana sampai halte bus. Tapi hari ini tidak. Bahkan hingga malam, Hana tidak melihat Ji Soo menampakkan dirinya.

Ke mana Ji Soo? Apa mungkin ia ingin beristirahat di rumah seharian? Rasanya tidak mungkin, melihat sekilas saja Hana sudah tahu kalau Ji Soo tidak suka bermalas-malasan. Atau mungkin Ji Soo sakit?

Hana terus menatap ke bawah jendela kamarnya yang langsung memperlihatkan jalan yang biasa Ji Soo lewati. Ia sejenak beristirahat, duduk di pinggir tempat tidur dan melihat ke arah jam dinding. Sudah pukul delapan malam.

Tapi Ji Soo belum juga kelihatan. Ini aneh. Hana tahu hanya jalan inilah satu-satunya akses menuju jalan yang lebih besar. Karena Bibi Zaenab memberitahunya waktu itu.

Ia kembali melihat ke bawah jendela. Tiba-tiba kedua matanya langsung terfokus pada satu titik di bawah sana. Seorang pria dengan ransel putih dan sweater hitam. Ia memicingkan kedua matanya agar bisa melihat lebih jelas lagi.

Dia ... dia. Hana langsung berlari menuju ke bawah, ke luar penginapan. Ia mengikuti pria itu yang ternyata adalah Ji Soo. Tumben, Ji Soo tidak menggunakan sepeda biru kesayangannya.

Hana terus mengikuti Ji Soo dari belakang. Tapi ia tetap berusaha agar ia tidak terlihat terlalu mencurigakan. Bisa-bisa nanti ia dilaporkan ke kantor polisi.

Mereka berdua terus berjalan lurus lalu Ji Soo berbelok ke arah kiri, berjalan ke sebuah gang dan Hana terkejut. Ternyata gang kecil ini langsung menghubungkan ke sebuah bukit yang cukup tinggi.

Ji Soo dengan kedua kakinya yang panjang dan kuat menaiki bukit dengan mudahnya. Sekarang malah Hana yang kebingungan. Bagaimana caranya agar bisa naik ke atas?

Hana melihat ke sekeliling dan menemukan permukaan bukit yang telah diukir menjadi susunan tangga. Syukurlah, ia mulai menaiki tangga itu satu persatu.

Sesampainya di atas bukit, Ji Soo hanya duduk sambil memeluk kedua kakinya lalu melihat ke atas langit. Setelah itu ia melamun. Tidak ada yang terjadi selama lima belas menit, ia hanya terus melamun. Hana mulai merasa pegal dan merasa dingin karena malam semakin larut sepertinya.

"Eomma (Ibu)."

Terdengar suara. Walau samar- samar, tapi Hana tahu itu suara Ji Soo.

"Abeoji (Ayah)."

Lagi, Ji Soo seperti bergumam.

Setelah itu hening kembali menyelimuti mereka. Hingga akhirnya Hana mendengar suara yang terdengar begitu menyakitkan. Ya, isakan tangis Ji Soo.

Pria yang selalu terlihat tenang itu menangis. Hana sedikit terkejut. Ia tahu Ji Soo manusia juga. Hanya saja selama ini Ji Soo tidak pernah ekspresif menunjukkan emosi dalam dirinya.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now