Tidak Asing

429 77 39
                                    

 Ji Soo menenggak habis segelas air putih miliknya, meletakkannya di meja makan

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

 Ji Soo menenggak habis segelas air putih miliknya, meletakkannya di meja makan. Hari ini sangat melelahkan, banyak sekali pekerjaan yang menumpuk. Ia memijat-mijat pundaknya sendiri. Lalu berjalan lemas ke arah ruang tamu, dan merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia memandang langit-langit ruang tamu dengan tatapan kosong.

Semua hari selalu sama, sepi dan hening. Kadang ia merasa terlalu hening, tapi wajar saja untuk seorang yang hidup sendiri di sebuah rumah yang sederhana. Pria tinggi tegap itu meraih remote televisi di sampingnya. Lalu menekan tombol on, televisi mulai menyala. Terdengar suara lainnya selain keheningan.

Ia bangkit dari sofa dan berjalan lagi menuju dapur, membuka pintu kulkas dan mengambil sebotol susu sapi segar yang lupa ia minum tadi pagi. Untung saja tidak basi, Ji Soo kembali berjalan menuju ruang tamu dan duduk di atas sofa. Ia sama sekali tidak menonton, ia hanya membiarkan suara dari televisi itu terus terdengar. Jadi tidak terlalu hening di sini.

Terdengar suara helaan napas berat nan panjang itu, Ji Soo merasa hidupnya semakin tak jelas. Sampai sekarang ia tak tahu untuk apa ia bekerja keras, dari pagi sampai malam. Belajar hingga ke perguruan tinggi pula.

Meraih gelar Master. Untuk apa itu semua kalau akhirnya hanya membuatnya merasa lelah, bosan dan kesepian? Terkadang ia muak dengan rutinitas sehari-harinya sendiri. Semuanya selalu saja sama dan membosankan.

Ji Soo seperti semakin terlarut masuk ke dalam kehidupan dunia yang tak jelas arah tujuannya. Kemana ia akan pergi? Dan untuk apa ia hidup di dunia ini? Tangannya mengacak-acak rambutnya berantakan, tanpa sadar ia meraih ponselnya dan menekan nama kontak itu. Meneleponnya.

"Halo?" jawab suara di seberang sana.

"Saya lelah," ujar Ji Soo dengan kedua mata yang tertutup.

Ia menidurkan tubuhnya di atas sofa. Seseorang di sana tak menjawab sama sekali.

"Saya harus bagaimana?" tanya Ji Soo dengan nada suara putus asa.

Seseorang di sana masih tetap diam, tapi telepon masih tersambung.

"Saya bingung," ujarnya lagi kini suaranya mulai terdengar parau.

Ji Soo berusaha menahan air matanya yang sebentar lagi akan keluar.

"Sudah membaca buku yang Pak Tono berikan?" tanya suara itu.

Yang ternyata adalah Hana.

"Belum," jawab Ji Soo mulai membuka kedua matanya.

Terlihat kedua matanya sedikit basah.

"Baca sampai habis, dan pahami," ujar Hana tenang.

"Bagaimana kamu tahu soal ini?" tanya Ji Soo mulai tenang kembali.

"Pak Tono bercerita soal ini pada saya sebelumnya," jawab Hana.

Ji Soo terdiam sejenak.

"Oh," Ia memijit keningnya yang mulai terasa sakit. Seperti ditusuk-tusuk.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu