Kembang Api

345 59 64
                                    

Hana duduk termenung di bangku halte bus, wajahnya terlihat lesu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hana duduk termenung di bangku halte bus, wajahnya terlihat lesu. Kantung mata mulai menggelayut di kedua matanya. Tatapannya pun terlihat sayu, hanya fokus melihat ke bawah sepatu kulit cokelat miliknya.

Hana bersyukur, ia bisa pergi hingga sejauh ini. Tidak pernah terbayangkan akan pergi ke Korea. Ini pertama kalinya ia pergi ke luar negeri.

Tapi, kok? Ia merasa beban hidupnya terasa jauh lebih berat ditambah masalah baru pun sering datang silih berganti, semakin rumit begitu ia berada di Korea. Ya, itu yang ia rasakan.

Walau sebenarnya tidak boleh menyalahkan keadaan. Dasar manusia, tidak pernah bersyukur. Masih saja ada hal yang selalu dikeluhkan. Seharusnya bersyukur saja cukup, kan? Tidak semua orang bisa seberuntung ini.

Bibir mungil Hana terlihat tertekuk ke bawah, ia melihat sebentar ke arah jam tangan kulitnya yang ia kenakan di pergelangan tangan kiri. Sudah malam, Hana harus segera pulang.

Bisa-bisa Bibi Zaenab memarahinya lagi, walau bukan ibu kandung Hana, tapi, Bibi Zaenab terbilang cukup cerewet. Kalau Hana pulang lewat dari jam delapan malam pasti ia sudah ditelepon atau dikirimi pesan chat yang begitu banyak. Bibi bilang, perempuan tidak baik berlama-lama bermain keluar sendiri.

Benar, sih, seperti Ibu yang selalu bilang begitu. Ibu bilang ia juga sering merasa khawatir pada Hana karena Hana selalu pergi kemana-mana sendiri. Ah, tapi menurut Hana ia sudah merasa biasa. Ia tidak sendiri, kok. Ada Allah yang selalu menemani langkahnya kemanapun ia pergi.

Hana merentangkan kedua lengannya ke atas, ia mengedarkan pandangannya ke jalan. Melihat keramaian kota Seoul yang tak pernah sepi. Ya, ampun kenapa ia terlalu malas untuk menggerakkan kedua kakinya kembali ke penginapan.

Hana memukul-mukul kedua lututnya sambil menggerutu kesal. Lalu terdengar helaan napas yang berat berulang kali. Seperti banyak beban hidup yang ia tanggung akhir-akhir ini.

Ada apa sebenarnya? Ada apa denganmu? Kenapa menjadi sangat malas dalam banyak hal? Apa mungkin Hana sedikit merasa tertekan? Ia stress, begitukah? Atau mungkin dinding pertahanannya saja yang melemah? Jadi, semuanya terasa rumit dan sulit. Bisa jadi, sih.

Wanita manis itu mengusap-usap wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil mengerjapkan kedua mata, menandakan ia sangat lelah dan jenuh. Kalau sudah sangat jenuh seperti ini biasanya Hana akan langsung pergi sendiri ke tempat makan. Entah itu restoran di mall, atau jajanan dan makanan di pinggir jalan. Ia akan makan banyak seperti sapi.

Kebiasaan buruk, tapi, masih saja diulang-ulang. Habis mau bagaimana lagi? Itu adalah cara Hana melampiaskan rasa jenuh dan lelahnya. Makanan, makanan, dan makanan. Untungnya berat badan Hana tidak pernah naik begitu drastis. Paling-paling hanya akan naik hingga dua kilo, atau paling berat tiga kilo. Dan, Hana tidak peduli itu.

Hana mulai melihat lagi ke sekitar, ya, mungkin lebih baik sekarang ia pergi makan saja dan membeli jajanan di jalanan Seoul. Ia akan segera pulang setelah makan.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now