Bisa Mengerti

230 40 145
                                    

Hana tertawa renyah begitu mendengar guyonan Bimo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hana tertawa renyah begitu mendengar guyonan Bimo. Guyonan yang sering ia beritahukan pada Hana. Tapi, entah kenapa Hana masih saja tertawa mendengarnya. Tidak ada rasa bosan.

Mereka berdua terlihat bahagia. Tertawa lepas bersama. Seperti tak ada beban, Bimo melihat ke arah Hana sambil tertawa begitu pun Hana. Bahkan sampai pundak mereka terguncang-guncang karena berusaha mengontrol tawa mereka yang mulai terdengar keras dan berisik.

Sampai akhirnya suara tawa mereka mulai mengecil, suasana menjadi hening tiba-tiba.

"Bimo," panggil Hana dengan kedua mata yang menoleh ke arah pria berkumis tipis itu.

"Ya?" tanya Bimo dengan senyum khasnya. Manis dengan deretan giginya yang rapi dan putih.

"Lepaskan perasaanmu terhadap saya," ujar Hana tiba-tiba membuat kedua mata Bimo membulat seketika.

"Maksudmu?" Bimo menatap Hana serius dan penuh kecemasan. Sudah seperti anak kecil yang takut kehilangan induknya. Ia berusaha menatap kedua mata Hana yang selalu menghindar darinya.

"Lupakan perasaanmu terhadap saya. Bisa, kan?" tanya Hana lagi dengan senyum manisnya. Kedua mata bulatnya mantap menatap manik mata pria yang sudah membuat dunianya begitu berwarna waktu itu.

Bimo diam seribu bahasa. Manik matanya menatap Hana tanpa berkedip. Ia tak bisa membalas apa pun, walau hanya dengan helaan napas sekali pun. Ini? Kenapa begitu menyakitkan? Bibirnya terasa kaku dan lidahnya terasa kelu. Semuanya terasa tertahan di dalam sana. Menyesakkan.

"Kamu pernah bilang pada saya waktu itu. Kamu hanya ingin mengawasi saya di sini dan memastikan apakah saya bisa melupakanmu atau tidak.
Faktanya, saya sudah bisa melupakan perasaan saya terhadap kamu. Bukan dirimu yang saya lupakan, karena itu tidak akan pernah mungkin bisa," terang Hana panjang lebar sambil menatap langit malam yang berbintang.

Bimo masih diam sambil menatap lawan bicara yang duduk di sampingnya ini dengan kedua mata yang mulai berair.

"Apa faktanya?" akhirnya Bimo mulai bersuara. Nada suaranya terdengar sinis dan dalam.

"Saya tidak ingin bersamamu lagi. Saya tidak ingin mencintaimu lagi. Dan, saya tidak ingin memiliki hubungan serius apa pun dengan kamu," jawab Hana tenang.

"Saya ingin kamu juga begitu," lanjut Hana sambil tersenyum ke arah Bimo yang menatapnya tak percaya.

"Kamu pikir perasaan saya hal yang sederhana?" pria itu mulai menatap lawan bicaranya serius sekali. Kedua manik matanya melihat langsung ke mata Hana. Sedangkan Hana masih betah melihat ke langit malam yang gelap.

"Sederhana saja. Seperti kamu yang dulu meninggalkan saya. Melupakan janjimu untuk menikahi saya setelah masa ta'aruf. Sederhana, bukan?" Hana lalu tertawa renyah setelah mengatakan sebagian unek-uneknya itu.

"Saya tidak mengerti. Ini tidak sederhana, Hana," Bimo menggelengkan kepalanya sambil menatap Hana tak percaya. Kedua matanya kini mulai terasa panas.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now