Kenapa?

272 42 35
                                    

"Eodie? (Dimana?)" tanya Ji Soo dalam telepon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Eodie? (Dimana?)" tanya Ji Soo dalam telepon.

"Ihaehabnida, jeongmal gomabseumnida,( Saya mengerti, Terima kasih banyak,)" ujarnya lagi sambil mengangguk-angguk lalu menekan tombol merah di layar ponselnya.

Setelah selesai menelepon Ji Soo segera menaiki sepeda biru kesayangannya. Malam ini sangat gelap, tidak ada bintang satu pun yang muncul di atas langit.

Dengan sekuat tenaga Ji Soo mengayuh sepedanya dengan kencang. Hari ini menjadi hari yang tak terlupakan lagi. Mungkin baginya, hari-hari bersama Hana adalah hari yang akan selalu ia ingat.

Sekarang, Ji Soo tak ingin memikirkan lagi bagaimana nantinya. Soal perpisahan mereka, soal Hana yang akan segera kembali ke Indonesia. Ji Soo sungguh tak peduli, yang ia pedulikan sekarang adalah bagaimana ia menikmati hidupnya sendiri.

Lebih bersyukur dan tulus seperti Hana. Seperti apa yang wanita sederhana itu ajarkan padanya. Ji Soo akhirnya menyadari bahwa untuk menikmati hidup tidaklah perlu untuk banyak berpikir, terkadang kita pun perlu untuk banyak merasakan. Karena manusia bukan hanya terdiri dari satu dimensi pemikiran saja, tapi juga perasaan.

Ketika ia marah rasakan kemarahannya, ketika sedih rasakan kesedihannya, ketika bahagia rasakan kebahagiaan. Karena memang seperti itulah hidup.

Jadi, buat apa mengeluh dan mengumpati terus keadaan? Ji Soo bertekad. Ia akan perbaiki semuanya mulai sekarang. Soal hubungannya dengan Hyeon Soo, dirinya sendiri dan mungkin kedua orangtuanya.

Kalau boleh jujur, Ji Soo sangat takut. Takut sekali, walau ia sudah tumbuh menjadi pria yang dewasa pun ia tetap saja takut. Karena Ji Soo merasa harus menghadapi semua ini sendiri. Tak ada tempat untuk bersandar sama sekali. Tapi, siang tadi sedikitnya ia merasa lebih tenang dan lega. Begitu mendengar nasihat Hana.

Hatinya yang panas seketika menjadi sejuk, pikirannya yang semrawut seketika menjadi tenang kembali. Ia pun tak mengerti dengan reaksi-reaksi tersebut. Ia tak ingin banyak berpikir soal itu, cukup rasakan saja. Ji Soo menghentikan kayuhan sepedanya begitu sampai di hadapan sebuah bangunan yang tinggi dan besar.

Setelah memakirkan sepedanya Ji Soo segera masuk ke dalam. Kedua kaki panjangnya melangkah dengan mantap. Ekspresi wajahnya terlihat tenang dan lepas. Ia lihat ke sekeliling, malam ini tidak banyak datang yang menjenguk. Padahal jam besuk sudah dibuka.

Ji Soo terdiam begitu sampai di sebuah pintu bernomor 45. Ia menarik napas cukup panjang. Lalu ia mulai membuka pintu kamar itu perlahan. Terlihat seorang yang sedang terbaring di tempat tidur menatap Ji Soo dengan tatapan tak percaya. Televisi yang ia tonton barusan bahkan ia tak pedulikan.

Ji Soo tersenyum lebar sambil menghampiri sahabat satu-satunya itu, Lee Hyeon Soo. Ah, bukan sahabat lagi mungkin. Tapi adiknya.

"Sudah makan malam?" tanya Ji Soo sambil menarik kursi di samping Hyeon Soo dan duduk manis.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now