Baginya; Abu-abu

421 75 123
                                    

          Hana membuka jendela kamarnya lebar-lebar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

          Hana membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Malam ini hujan tidak turun. Ia berdiri di depan jendela sambil menutup kedua matanya. Merasakan belaian lembut angin malam yang menyejukkan. Dingin dan hening.

      Ya Allah, kenapa Engkau mempertemukan hamba dengannya lagi? tanya Hana dalam benaknya.

      Kalau mengingat pertemuannya kembali dengan Bimo sore tadi. Pria yang pernah ia percaya. Pria yang pernah membuat mimpi-mimpinya semakin terasa mudah untuk dicapai, membuat hidupnya lebih berwarna dan memberikan sebuah kenyamanan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

       Berbeda dengan kenyamanan yang ia rasakan bersama keluarganya. Hana merasa nyaman dengan kenyamanan yang Bimo berikan, biasanya ia akan merasa nyaman dengan keluarganya saja. Tapi Bimo, si pria tinggi tegap itu bisa.

      Begitu banyak pertanyaan di otak Hana saat ini. Ia sendiri bingung untuk menjawab yang mana terlebih dahulu.

     Hana terus beristighfar. Tanpa ia sadari, butiran-butiran air mata itu mulai berjatuhan dari kedua matanya yang indah.

      "Sakit matanya semakin parah?" tanya suara itu.

     Hana membuka kedua matanya dan melihat ke bawah. Ji Soo, lagi-lagi dia. Ada apa dengannya? Kenapa selalu saja muncul tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba?

       "Apa?" tanya Hana tak mengerti karena sekarang pikirannya sedang tak karuan.

        Ji Soo menunjuk mata Hana dari bawah sana, Hana menyentuh matanya. Basah. Ia menangis, menangisi pria itu lagi. Padahal ia sudah berjanji tidak ingin mengingatnya.

      "Benar, kan?" tanya Ji Soo lagi. Hana hanya tersenyum simpul.

       "Darimana malam-malam begini?" tanya Hana seperti tak ingin membahas soal sakit mata.

        Ji Soo menunjukkan sekantong plastik telur ayam, Hana mengangguk tanda mengerti.

     "Sudah malam, masuklah. Nanti masuk angin," perintah Ji Soo sambil tersenyum simpul pada Hana dari bawah.

     Hana tersenyum sambil menganggukkan kepalanya lagi. Setelah itu ia menutup jendelanya rapat dan Ji Soo berjalan meninggalkan wanita yang semakin hari membuat Ji Soo khawatir. Sampai sekarang ia tidak tahu alasannya apa. Kenapa harus khawatir? Cemas? Takut? Kenapa ia bisa seperti ini? Ji Soo memukul kepalanya sendiri sambil berjalan.

      Ji Soo mengingat kembali ketika mereka pertama kali bertemu, ia tidak merasakan perasaan aneh. Semuanya berjalan normal saja, tapi kenapa sekarang tidak seperti itu? Seperti ada magnet begitu kuat yang tiba-tiba menariknya untuk lebih memperhatikan Hana.

    Bukan hanya memperhatikan Hana saja, tapi Hana seperti memiliki sesuatu yang berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya. Ini pertama kalinya Ji Soo melihat orang yang selalu membaca doa ketika mau makan, bepergian, bahkan mungkin hampir semua aktivitas.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now