Kamu tahu hatiku?

263 43 163
                                    

     Jam dinding sudah menunjukkan pukul 09

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

     Jam dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Dua kakak beradik yang sudah berdandan dengan rapi itu mulai bergegas bersiap-siap.

    Malam ini Hyeon Soo menginap lagi di rumah Ji Soo, karena itulah untuk hari ini Ji Soo tidak menginap di rumah ayahnya. Pagi ini mereka berdua akan mengantar Hana kembali ke Indonesia.

     Ya, wanita bermata indah itu akan pergi meninggalkan Korea hari ini. Benar, di setiap pertemuan pasti ada perpisahan.  Ji Soo tersenyum tipis sambil menatap ke layar ponselnya.

     Kalau boleh jujur Ji Soo masih merasa cemas. Wajar, kan? Ia hanyalah manusia biasa. Sesuatu yang membuat ia cemas adalah tentang perasaannya sendiri. Ji Soo harus melepas perasaannya, padahal ia belum siap. Haruskah ia? Kalau nanti saja bisa, tidak?

    Jangan sekarang, Ji Soo hanya takut kalau sesuatu yang ia lepas itu  tak akan kembali lagi padanya. Ibu bilang waktu itu, memang tidak ada yang bisa memastikan. Justru karena hal itu kini Ji Soo jadi risau tiba-tiba.

    Pria berkemeja merah bata itu menarik kursi di samping meja kerjanya dan duduk menunduk di atasnya. Jari-jari tangannya mulai memijat keningnya, lalu mengacak-acak rambut hitam legamnya yang mulai gondrong. Hyeon Soo yang melihat itu hanya menatapnya dengan tatapan prihatin.

    “Hyeong, baik-baik saja?” tanya Hyeon Soo sambil menepuk punggung Ji Soo.

     Tidak ada jawaban, Ji Soo masih diam terduduk lesu, “ayo, berangkat!” akhirnya Ji Soo bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar diikuti Hyeon Soo di belakangnya.

    “Kamu saja yang menyetir mobilnya,” ucap Ji Soo sambil melempar kunci mobil seenaknya ke belakang. Hyeon Soo dengan sigap menangkap kunci mobil itu sambil mendengus kesal.

      Dengan malas Ji Soo membuka pintu mobil lalu duduk dengan mulut yang sedikit tertekuk. Hyeon Soo perhatikan sedari tadi hyeongnya itu terlihat tidak bersemangat. Hyeon Soo bisa mengerti itu.

    “Hyeong,” panggil Hyeon Soo sambil mulai menyalakan mesin mobil.

   “Hm,” Ji Soo hanya berdeham lesu. Ia melihat terus ke arah luar jendela sambil berpangku dagu.

     “Jangan seperti ini di hapadan Hana nanti. Hyeong ingin membuatnya merasa bersalah?” ucap Hyeon Soo dengan kedua mata yang fokus melihat ke depan.

    “Memangnya hyeongmu ini kenapa, huh?” balas Ji Soo dengan nada suara yang terdengar malas dan ia masih saja sibuk melihat ke luar jendela.

     “Wajahmu itu seperti ingin menuntut sesuatu pada Hana. Hyeong tidak bisa seperti itu, ini adalah konsekuensi yang harus hyeong ambil karena memendam perasaan hyeong sendiri. Hana tidak tahu apa pun, jadi jangan buat ia seolah-olah seperti orang jahat yang mengabaikan perasaanmu,” jawab Hyeon Soo panjang lebar.

     “Tapi, saya sangat menyukainya! Saya ingin dia tahu perasaan saya walau sedikit. Saya ingin dia mengerti perasaan saya walau sedikit. Tanpa harus saya beritahu!” jawab Ji Soo emosi.

TWO 너와나 | TELAH TERBITDove le storie prendono vita. Scoprilo ora