Bertemu

449 83 81
                                    

Hana melihat ke luar dari dalam bus, takut tempat yang ia akan kunjungi terlewat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hana melihat ke luar dari dalam bus, takut tempat yang ia akan kunjungi terlewat. Untungnya hari ini tidak begitu penuh dengan penumpang, sehingga Hana bisa mendapatkan tempat duduk. Peta di tangannya tak pernah lepas, ia genggam erat.

Hari ini adalah hari pertamanya tiba di negeri gingseng, Hana hanya beristirahat untuk Shalat Dzuhur dan makan siang. Lalu setelah itu langsung bersiap-siap untuk menghadiri acara pertemuan sebelum mengikuti rangkaian aktivitas di sini.

Ia ditunjuk atasannya sebagai perwakilan kantor untuk mengikuti beberapa seminar dan pelatihan. Pak Hendri mengatakan karena Hana cerdas, tekun, dan disiplin. Selain itu ia memiliki kelebihan dalam menguasai beberapa bahasa asing.

Sehingga akan mempermudah dalam memperoleh berbagai macam informasi, karena Hana tidak akan mengalami kesulitan saat berkomunikasi. Ia akan tinggal di korea selama empat belas hari. Sepuluh hari pertama dihabiskan untuk seminar dan pelatihan, sisanya untuk bersantai.

Jujur saja ini pertama kalinya Hana bepergian ke luar negeri. Jadi ia akan sangat berhati-hati soal ini, karena atasannya tidak menyewakan seorang tour guide untuknya apalagi partner.

Ia harus waspada, atasannya itu beralasan untuk penghematan selain itu beliau mengatakan tidak perlu dikhawatirkan karena Hana tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Padahal ia baru belajar bahasa korea belum begitu lama.

Hana berangkat tiga puluh menit sebelum acara dimulai, ia tidak ingin terlambat. Ia melihat ke arah jam tangannya. Lalu menghela napas lega, masih tersisa banyak waktu. Ditambah lalu lintas di sini lancar tidak macet. Jadi Hana bisa sedikit mengendurkan saraf tegangnya.

Kira-kira Hana harus melewati berapa halte lagi, ya? Ia harus bertanya, Hana pun melihat ke sekitar. Mereka semua terlihat sibuk dengan ponselnya, Hana tidak enak. Akhirnya ia memilih diam, berharap ada saja satu orang yang tidak terlihat begitu sibuk.

Pintu bus terbuka, ada beberapa orang yang naik. Dua orang anak sekolah yang juga sibuk dengan ponselnya. Sepasang kekasih yang sedang mendengarkan lagu lewat headset dan seorang pria yang mengenakan masker dan topi hitam.

Hana merasa tidak asing dengan penampilan seperti itu, mengingatkan ia akan seseorang. Apa Hana bertanya pada pria itu saja, ya? Dia tidak memegang ponsel, tidak sibuk. Tatapannya lurus ke depan. Bahkan terlihat tidak peduli dengan sekitar.

"Jeogiyo (Permisi)," Hana memberanikan diri untuk bertanya.

Pria itu menoleh ke arah Hana, sedangkan Hana sibuk membuka lipatan petanya. Pria itu terdiam melihat Hana yang sibuk sendiri.

"Oraemanieyo (Lama tak jumpa)," ucap pria itu menghentikan aktivitas 'sibuk' sendirinya Hana.

Hana mendongak, melihat wajah pria itu. Kedua matanya terbelalak, membulat dengan sempurna. Pria itu tersenyum lebar setelah membuka masker hitam yang ia kenakan. Hana masih terdiam, tak keluar suara apapun darinya.

Pria itu tak lain adalah Park Ji Soo, pria korea yang beberapa minggu sebelumnya Hana abaikan karena sibuk dengan pekerjaannya. Lagipula Ji Soo tidak menghubunginya juga, itu berarti mereka sama-sama sibuk pada waktu itu.

"Iya, lama tak jumpa," jawab Hana sambil tersenyum canggung.

"Kamu mau menanyakan apa tadi?" tanya Ji Soo kembali fokus pada pertanyaan Hana yang belum sempat di dengarnya karena Hana melongo cukup lama.

"Ini," Hana menunjuk suatu tempat di peta miliknya.

Ji Soo tertawa, Hana memang tidak berubah. Ia tetap sama, 'Independent Girl'. Bahkan di negeri orang saja ia sangat mandiri, tidak ada tour guide, tidak ada kawan pula. Hana sepertinya masih menikmati 'Solo life' nya.

Ji Soo mulai menerangkan lokasi-lokasi yang ada di peta milik Hana, bahkan tidak hanya yang Hana tanyakan. Tapi semuanya Ji Soo jelaskan, sedangkan Hana mengangguk-angguk serius sambil menyodorkan ponsel di hadapan wajah Ji Soo untuk merekamnya agar Hana ingat nanti.

"Kamu merekam suara saya?" tanya Ji Soo setelah selesai menjelaskan panjang lebar.

Hana mengangguk mantap sambil mengacungkan jempol tangan kanannya.

"Ini akan sangat membantu, atasan saya tidak menyewa tour guide di sini karena untuk penghematan katanya. Jadi, terima kasih banyak Ji Soo!" ucap Hana ramah sambil tersenyum manis.

Ji Soo menjawabnya dengan senyum manisnya juga dan anggukan kepala.

"Ah! Saya harus turun di sini. Sampai jumpa, jaga dirimu baik-baik!"

Hana bangkit dari duduknya dan berjalan menuruni bus. Ji Soo melambaikan tangannya begitu Hana sudah di luar bus. Begitu pun Hana melambaikan tangannya.

Sesampainya di jalan Hana berjalan penuh keyakinan, tapi ia merasa ada yang aneh. Ia memang baru saja bertemu dengan Ji Soo tapi kenapa rasanya tidak seperti itu? Ia tidak merasakan perasaan terkejut. Hana menghela napas panjang, lalu melihat ke arah jam tangannya. Ia tidak terlambat, untunglah.

Hana, kamu hanya cukup fokus pada pekerjaan ini saja sekarang. Tidak untuk hal lainnya, ia berbicara pada dirinya sendiri mencoba untuk meyakinkan kembali pikiran dan hatinya. Tujuannya kemari adalah untuk pekerjaan, bukan untuk yang lain.

Sementara itu Park Ji Soo, pria yang selalu memakai topi dan masker hitam itu menatap kepergian Hana dengan tatapan yang sulit diartikan. Kalau saja Ji Soo boleh jujur, ia sangat bahagia dan bersyukur atas pertemuan singkat tadi.

Perasaan Ji Soo sekarang sungguh tak jelas, bahkan ia sendiri tidak mengerti perasaan apa ini sebenarnya? Bahagia sekaligus sedikit cemas. Cemas kalau-kalau saja mereka tidak akan bertemu lagi.

Ji Soo buru-buru membuang mukanya, ia kembali menatap ke depan. Tidak ingin hati dan pikirannya menjadi semakin aneh begitu melihat punggung kecil wanita berjilbab itu semakin terlihat menjauh.





Bersambung.

TWO 너와나 | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now