Dua Puluh Dua✨

36 3 0
                                    

"Udah lah nak. Nggak papa, biarin Grizelle mungkin pengen gapai cita-citanya. Sabar ya,"
"Tapi izel sakit hati karena aku," kata Rion.
"Enggak kamu nggak salah," Mama Rion berusaha menenangkan.

"Grizelle nggak ada, aku sama siapa ma? Grizelle biasanya selalu sama aku," rengek Rion.
"Heii.. hei hei," Mama Rion menepuk pipi Rion.
Rion pun menatap mata mamanya itu.

"Dengerin mama. Mama itu udah tahu, dari lama. Grizelle itu sayang banget sama kamu, mama pikir kamu juga sayang sama dia. Tapi ternyata kamu sayang dia cuma sebagai adik atau sahabat kan?wajar nak kalau Grizelle kebawa perasaannya, cewek manapun kalau digituin ya pasti baper. Jadi biarin lah, Grizelle pergi. Dia mau nyari kebahagiaan dia, jadi nggak usah sedih. Kamu senang kan kalau lihat teman kamu bahagia?Udahlah, disini banyak yang sayang sama kamu. Kamu juga sayang kan sama seseorang?Felicia kan?" Mama Rion menasehati Rion yang sedang gundah itu.

"Iya ma," Rion mengangguk.
"Yaudah semangat!Nggak boleh sedih-sedih," Mama Rion menepuk pundak Rion.
"Makasih ma," Rion memeluk mamanya.

******

Grizelle menghela nafas setelah mengirim pesan kepada mamanya. Daffa lalu menoleh kearah Grizelle yang tampak kelelahan.

"Zel?" panggil Daffa.
"Ya?" jawab Grizelle.
"Are u okay?" tanya Daffa memastikan keadaan Grizelle.
"Huemm.. i'm okay," ujar Grizelle sambil tersenyum.

Daffa pun tersenyum lalu menepuk pundaknya sendiri, mengisyaratkan agar Grizelle bersandar di pundaknya. Daffa harap agar Grizelle bisa lebih tenang.

Grizelle hanya mengangguk, lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Daffa lalu memejamkan matanya.

Ketika kita melakukan perpisahan, ada dua kemungkinan yang kita rasakan. Dua kemungkinan itu adalah kadang kita bahagia atau bersedih tidak rela saling kehilangan.

******

Rion telah selesai menempuh UN dan meraih nilai yang cukup memuaskan. Orang tuanya sudah memberi dirinya izin untuk melanjutkan aktivitasnya di Wolfsband. Tetapi dengan syarat, yaitu Rion harus bekerja paruh waktu sambil kuliah. Rion tentu saja menurutinya.

Rion sudah diterima di Universitas Indonesia jurusan Komunikasi, dia juga sudah menemukan pekerjaan paruh waktu , Rion bekerja di sebagai barista. Walaupun masih dikatakan belum profesional, tetapi dia tetap berusaha. Ini demi dirinya sendiri.

Ketika jam istirahat bekerja, Rion duduk sambil memainkan handphonenya. Dia memandangi foto-foto bersama Grizelle,Ane, Nadine, dan Arya. Tetapi Rion benar-benar merindukan Grizelle, sangat.

Tiba-tiba ada sesuatu yang mengagetkan, tak terduga ternyata itu adalah Arya. Arya mampir untuk menemui Rion.
"Rion!" panggilnya.

"Ya Allah Arya," Rion dan Arya melakukan tos persahabatan.
"Mantep dah!kuliah sambil kerja," puji Arya.

"Haha, alhamdulilah. Yaudah Lo mau pesen apa?" tanya Rion.
"Cappucino deh," jawab Arya.
"Ok, duduk dulu. Gue bikinin," ucap Rion.
"Cieilah sekarang barista," goda Arya.
Rion hanya tersenyum kecil.

Rion lalu duduk di tempat dimana Arya duduk, dan memberikan cappucino pesanan Arya.
"Gimana kabar lo?" tanya Rion kepada Arya. Sudah lama sekali tidak bertemu.
"Baik kok," jawab Arya. "Lo sendiri?"
"Berusaha baik," Rion menghela nafas.

"Lo kenapa sih ion?" tanya Arya.
"

Gue masih nggak rela Grizelle pergi," ucap Rion.
"Eh iya, waktu dia pergi dia nggak pamitan sama gue. Dia pamitan sama temen kita yang cewek-cewek doang. Parah nggak tuh?dia pamit ke lo apa nggak?"

"Enggak ya. Makanya itu gue.. ah ntahlah,"
"Tapi gue yakin kok Ion. Kalau dia balik, pasti dia ingat sama kita. Gue tahu, Grizelle itu orangnya nggak pernah ngelupain orang yang pernah di dekatnya," Arya berusaha menenangkan Rion.

"Iya semoga aja," Rion tersenyum.
"Gimana kak Felicia?" Arya menanyakan hubungan asmara Rion dengan Felicia.
"Emmm.. masih PDKT. Malu gue nembak-nembak, nggak pernah pacaran soalnya," ujar Rion.

"Yailah, kak Fel itu kelihatan banget lo suka sama lo. Tembak aja lah pasti diterima,"
"Yaa nunggu waktu yang tepat dulu deh," jawab Arya dengan tersipu malu.

Mereka menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berbincang-bincang, dan kebetulan caffe Rion sedang tidak ramai pengunjung, sehingga dia puas berbincang lama dengan Arya. Karena sebentar lagi jam kuliah Arya akan dimulai, dia pun pergi.
"Gue duluan ye bro. Udah jam nih," pamit Arya sambil membayar kopinya.
"Yoi," jawab Rion.

Tak lama kemudian, telfon Rion berdering. Dia berharap itu adalah dari Grizelle. Ternyata dia mendapat telfon dari Felicia.

Panggilan suara masuk "Felicia"
Felicia : " Assalamualaikum Rion"
Rion    : " Waalaikumsalam, ada apa Fel?"
Felicia : "Kamu dimana?rumahmu kok sepi?"
Rion    : "Hah?kok nggak bilang dulu. Ini aku lagi kerja, nggak bisa ditinggal"
Felicia : "Dimana?kamu share ya lokasinya"
Rion    : "Kamu yang kesini?"
Felicia : "Iyalah. Yaudah cepetan share ok?"
Rion    : "Oke, bye"

Panggilan suara berakhir...

Lalu Rion teringat apa kata Arya tadi. Tentang menyatakan perasaannya kepada Felicia. Apakah ini waktu yang tepat?Mungkin iya. Rion langsung memantapkan hatinya.

10 Menit kemudian, Felicia datang dengan mobil putihnya. Untuk menemui Rion. Kali ini Felicia benar-benar cantik. Rion tidak habis fikir, kenapa Felicia selalu menghipnotis dirinya.

"Hai Rion," sapa Felicia dengan bahagia. Lalu memeluk Rion dengan erat.
Rion dan Felicia, menjadi pusat perhatian di caffe itu. Banyak karyawan yang menonton mereka.

"Hei," sapa Rion malu-malu.
"Kamu kerja?nggak kuliah?" tanya Felicia to the point.
"Eumm.. kuliah sambil kerja Fel," Rion menjelaskan.
"Ohh gitu. Sorry," Felicia meminta maaf.

"Mau pesan apa?" tanya Rion.
"Selain kopi ada nggak?aku punya asam lambung soalnya," ujar Felicia.
"Ada kok. Regal mau?" tawar Rion.
"Iya boleh," Felicia mengangguk.

Setelah membuat pesanan Felicia, ketika akan melangsungkan kakinya ke arah Felicia . Rion menarik nafasnya dalam-dalam. Mengumpulkan keberanian.

Rion pun duduk dan memberikan Regal itu ke Felicia.
"Nih," ujar Rion sambil menyodorkan pesanan Felicia.
"Thankyou," jawab Felicia sambil tersenyum.

Felicia menyeruput minumannya, "Hmm.. enak banget ion," pujinya.
"Haha.. makasih," Rion malu-malu.
"Emm.. Fel," Rion memanggil Felicia dengan ragu.

"Hum?iya?" jawab Felicia.
"Aku mau ngomong sesuatu,"
"Iya apa?ngomong aja," Felicia mempersilahkan.
"Aku suka sama kamu," ujar Rion dengan to the point menatap mata Felicia begitu lekat.

"Hah?" Felicia seketika cengo. Tidak percaya atas perkataan Rion kali ini.

"Beneran Fel. Ya mungkin kata orang, gila sih. Aku malah suka perempuan yang umurnya jauh lebih tua dari aku. Tapi nggak tahu.. aku suka sama kamu Fel dari awal ketemu. Kamu mau jadi pacar aku?maaf aku nggak persiapan apa-apa, aku spontan aja. Takut terlambat," ujar Rion panjang lebar menyatakan perasaannya yang selama ini dia pendam.

Ini diluar ekspektasi Felicia. Dia tidak mengira kalau Rion akan menembaknya. Dia pikir Rion tidak pernah peka. Tapi ternyata, kenyataannya Rion menyatakan perasaannya dengan begitu lugu. Membuat jantung Felicia berdebar begitu cepat.

"Emm.. gimana yaa.."

Haii..
Alhamdulilah author udah selesai UTS, hihi😁
Hayo.. menurut kalian Felicia nerima Rion enggak ya?
Tebak dong!
Jangan lupa follow, read, vote, comment.
Butuh kritik dan saran yang membangun ✨
Thankyouu 🔥

- Happy Reading 💗-

SAILORMOON [ Completed] Where stories live. Discover now