Tiga Puluh Empat ✨

30 2 0
                                    

Daffa tersadar, ia terbangun dari tidurnya. Tubuhnya melekat dengan selimut. Dia mencium aroma yang sangat harum dari arah dapur. Ternyata, Grizelle sedang memasak di pagi hari. Kebetulan, Grizelle memasak makanan Indonesia kesukaan Daffa yaitu Nasi Goreng.

"Zel?" panggil Daffa sambil mengucek-kucek matanya.
"iya?" kata Grizelle menyiapkan makanan di ruang makan.

"Aku kemarin ketiduran ya waktu nemenin kamu lihat NetFlix?Kenapa kok nggak bangunin sih?Aku nggak enak tahu," ujar Daffa. Karena dia merasa tidak enak, tidur di ruangan perempuan.
"Ih, aku nggak tega. Kamu kecapekan banget kayaknya. Nggak apa atuh, kan beda kamar juga," ucap Grizelle gemas lalu mengacak-acak rambut Daffa.

"Zel,"
"Ya?" Grizelle meletakkan sepiring nasi goreng dihadapan Daffa.
"Ini waktunya kan?" Daffa menanyakan tentang hal yang diutarakan Grizelle kemarin.

"Oh iya. Daff.. aku mau jadi pacar kamu," Grizelle to the point. Dengan wajahnya yang seketika memerah setelah mengatakan itu.
Daffa yang baru akan menyuapkan sesuap nasi ke mulut langsung berhenti, "Hah?" mulutnya ternganga.

"Iya,semenjak pertama kali kita di London. Aku benar-benar nyaman sama kamu,"
"Grizelle!Thankyou!" Daffa menggenggam kedua tangan Grizelle.
"Hehe.. iya,"

"Berarti nanti siang, boleh dong?"
"Maksudnya?" Grizelle tidak paham.
"Ngenalin ke papa mama aku. Kalau kamu udah jadi pacar aku," ujar Daffa.
"Kamu mah!Iya boleh," jawab Grizelle. Karena salah tingkah, dia langsung melahap nasi goreng masakannya.

********

Selesai jam kuliah, dia sebenarnya ingin berkumpul dengan teman-temannya. Tetapi, sekarang sudah waktunya jam untuk bekerja paruh waktu. Sebenarnya, Rion benar-benar kesepian setelah lulus SMA. Teman-teman akrabnya sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak seperti dulu, yang kemana-mana selalu bersama. Tetapi, yang paling membekas difikiran Rion adalah Grizelle.

Dia benar-benar ingin berdamai dengan Grizelle. Apakah Grizelle begitu membenci dirinya?karena Rion tidak bisa menerima perasaannya. Rion yakin, Grizelle bukan orang yang seperti itu. Mungkin, Grizelle masih mau berdamai dengan dirinya sendiri. Rion bertekad, dia akan menabung untuk pergi ke London mengetahui keadaan Grizelle.

Saat Rion memarkirkan sepeda motornya, di tempat parkir khusus karyawan caffe dari belakang ada orang yang membuat dirinya terkejut. Dan ternyata itu adalah Arya.

"Arya?!" Rion menoleh ke belakang lalu terkejut.
"Rion!sini sini," Arya menarik lengan Rion masuk ke caffe lalu duduk.
"Ada apa sih?kok heboh?!" ujar Rion kesal.

"Ini teman gue, punya studio foto. Gue tahu lo suka tentang gitu-gituan, lo mau nggak jadi photographer?" kata Arya, menawarkan usaha teman jurusannya.
"Dia buka lowongan?" Rion memastikan.

"Iyap. Mau nggak lo?lumayan dapat tambahan sama ngisi waktu. Daripada ngurusin si Feli mulu?" sindir Arya.
"Oke deh gue mau. Pakai wawancara?"
"Enggak!nggak usah. Dia sudah yakin sama lo," kata Arya.

"Kenapa?"
"Dia udah lihat instagram lo. Kata dia wajah lo udah meyakinkan banget," Arya mengacungkan kedua jempolnya.

"Hm.. ok kalau gitu. Thanks Arya!gue bayarin kopi ye. Gratis, lo mau apa?" Rion ingin memberikan tanda terimakasihnya kepada Arya.
"Wih!Alhamdulillah. Apa aja deh," jawab Arya.
"Oke. Tunggu," Rion beranjak dari kursi. Lalu mulai untuk bekerja.

********

Felicia kesal, beberapa minggu terakhir Rion tidak menghiraukannya. Felicia paling tidak bisa disuruh menunggu. Untuk menghilangkan rasa frustasinya, dia mengajak Aqila untuk hangout bersama.

SAILORMOON [ Completed] Where stories live. Discover now