Chapter Satu

279K 34K 15.6K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️


****

"Juara umum semester ini ... ada yang bisa menebak? Clue-nya juara bertahan dari kelas sepuluh. Bulan lalu baru saja bawa pulang piala juara pertama olimpiade Kimia yang digelar oleh salah satu perguruan tinggi negeri bergengsi."

"Akbaaaar!"

Seluruh peserta upacara kompak menyebut nama sang legenda juara di bidang akademik. Pandangan mereka tertuju ke arah pemimpin upacara yang masih berdiri dengan sikap sempurna di tengah lapangan.

"Selamat kepada Akbar Adji Pangestu XI. IPA.1."

Tepuk tangan dan suara heboh mulai terdengar saat Akbar dipersilakan untuk bergabung dengan juara kedua dan ketiga. Sebelum melangkah, Akbar menunjukan eye smile-nya-salah satu pesonanya yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Terbukti setelah dia melakukan itu, peserta upacara semakin keras meneriakan namanya.

"Temen gue tuh!" seru Haikal yang pagi ini berdiri di barisan paling depan bersama Aksa. Di belakangnya ada Sendy. Mereka bertiga memilih barisan terdepan untuk menjadi ketua tim sorak sahabatnya yang sangat membanggakan. Akbar penyelamat geng.

"Kepada Pak Agung selaku kepala sekolah, dipersilakan untuk menyerahkan penghargaan kepada putra-putri terbaik SMA Wijayakusuma."

Kepala sekolah didampingi satu anggota OSIS, menyerahkan piagam penghargaan pada sang juara dan juga hadiah. Setelah itu mereka dipersilakan untuk kembali ke barisan kecuali Akbar. Masih ada penghargaan yang harus murid teladan itu terima. Kepala sekolah pun meraih mikropon dan berdiri di samping murid kebanggaan yang selalu mengharumkan nama sekolah.

Beberapa anak OSIS datang membawa piala kejuaraan yang berhasil Akbar dapatkan selama semester satu. Baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Piala-piala itu ditata di meja, tidak jauh dari tempat Akbar berdiri. Terhitung ada dua belas piala yang berhasil Akbar raih sendirian. Untuk kejuaraan lomba beregu, tidak diikut sertakan.

"Herman gue otaknya Akbar terbuat dari apa. Gue yang cicit eyang Albert Einstein jalur ngaku-ngaku aja segoblok ini," gerutu Haikal.

"Iya emang lo goblok, sih. Banget. Gue juga akui kegoblokan lo. Kalau bukan karena guru-guru kasihan, lo juga tinggal kelas, kan?" celetuk Sendy.

"Temen kayak lo nih yang pantes dianjing-anjingin. Temennya lagi jatuh bukannya disemangatin, malah diinjek-injek. Masih mending jadi tai ayam, daripada gue yang diinjek-injek mulu," sewot Haikal.

Aksa yang menyaksikan keributan kedua sahabatnya, sudah tidak asing lagi. Cowok itu cuek, terlalu malas menengahi. Lebih baik menikmati susu kotak rasa cokelat kesukaannya.

ToxicWhere stories live. Discover now