Chapter Tiga Puluh Tiga

93.6K 19.1K 21.3K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️


Kangen, nggak?
Emot buat part ini mana? 💚

Bayar parkir sebelum baca 🧞‍♂️

Tim Akbar sadboy, ada?

Atau tim Akbar BULOL?

***

Lampu kamar Mia yang menyala-lah yang membuat Akbar sampai di balkon kamar cewek itu. Mengetuk baik-baik, melempari dengan kerikil, bahkan sampai menendang jendela kamar Mia, tapi tidak ada hasil. Akbar yakin Mia di kamar karena sekarang lampu balkon dipadamkan disusul suara musik yang memekakkan telinga.

Menghadapi Mia, Akbar mulai kesulitan mengambil napas. Kenapa Mia harus sekeras ini? Akbar kurang berpengalaman soal cewek, juga begitu asing dengan situasi seperti sekarang, membuat cowok itu bingung dalam mengambil langkah. Biasanya Mia tunduk padanya, kalau marah pun gampang dijinakkan. Modal lima puluh ribu untuk membeli telor gulung, seblak, dan boba saja sudah cukup.

Tapi sekarang?

Dari mana Mia belajar hal-hal ribet ini? Dari mana Mia belajar soal mempersulit orang lain?
Demi apapun, Akbar lebih memilih dihajar habis-habisan. Babak belur pun tidak apa-apa daripada harus seperti ini. Akbar nyaris gila tanpa kehadiran cewek sinting yang anehnya selalu ia harapkan hadirnya. Hari-hari tanpa memarahi, memeluk, bahkan tanpa berciuman dengan Mia, rasanya hampa. Akbar kehilangan semangat. Bangun saja rasanya malas. Beberapa hari ini tidurnya tidak nyenyak. Mia selalu menyapa bersama mimpi buruk.

"Jangan kekanak-kanakan, Mia! Buka jendelanya dan kita perbaiki apa yang salah."

"Tingkah lo sama sekali nggak keren, sumpah."

"Mia ... lima menit aja, tolong banget." Suara Akbar terdengar putus asa.

Berharap pada Mia yang keras kepala, Akbar hanya bisa menghela napas.
Gagal lagi.
Ia harus mencoba lagi besok.

***

Usai mematikan musik, Mia menggendong Anjing. Membawa anak pungutnya untuk menemani mengecek balkon. Ia ingin memastikan jika Akbar sudah tidak mengganggunya. Berdiri di balkon kamar, Mia bisa melihat motor Akbar yang baru saja meninggalkan halaman rumahnya. Usaha Akbar selama beberapa hari ini memang patut diacungi jempol, tapi maaf saja itu belum cukup untuk membuat Mia tersentuh dan luluh.

Mia masih ingin melihat kegilaan lain yang Akbar lakukan untuknya.

"Siap-siap, ya, Njing. Sebentar lagi bokap lo bakalan gila. Kalau nanti gila beneran, mau papa baru yang modelnya gimana? Yang spek dewa?"

ToxicWhere stories live. Discover now