Chapter Dua Puluh Enam

107K 22.5K 23K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️


***

Akbar menjelma menjadi sosok yang berbeda setelah ia mengadu perihal rasa sakitnya. Sosok yang biasanya selalu berkata-kata kasar padanya, diganti menjadi sosok yang berkata begitu lembut. Mia sampai tidak yakin jika itu Akbar pacarnya yang bar-bar.

Bagaimana Akbar mengusap kepala belakangnya sangat manis di ingatan Mia. Bagaimana saat Akbar meniupi kepala belakangnya yang benjol, Mia sampai tersenyum. Lalu terakhir saat Akbar melabuhkan ciuman singkat di sana, Mia sampai meremas kuat kaus yang cowok itu kenakan.

Mia memberitahu apa yang telah terjadi sampai kepala benjol seperti itu. Ia tidak menambah atau pun mengurangi kebenaran yang ada.
Akbar pun menasihatinya baik-baik, tidak ada makian yang keluar. Berkat Akbar, Mia tahu jika tindakan yang ia lakukan pada Zanna tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. Ia juga mengakui kesalahan besarnya. Sebelum Akbar pulang, cowok itu memintanya untuk meminta maaf pada Zanna dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi karena apa yang terjadi pada Zanna tidak bisa dianggap remeh.

Mia sudah meminta maaf langsung pada Zanna atas tindakan bodohnya. Permintaan maafnya disambut baik oleh tamparan keras serta makian kasar dari Ivan. Saat mendapat itu, Mia yang sudah sangat lelah hanya bisa diam saja dan menasihati dirinya untuk tidak terpengaruh pada apapun yang Ivan katakan tentangnya.

Mia akui jika tamparan keras Ivan sangat menyakitkan. Jejak kemerahan di pipinya saja masih ada, tapi Mia tidak menangis. Justru Zanna lah yang menangisinya. Hal yang justru membuat Mia terlihat sangat menyedihkan. Terlebih Zanna menatap kasihan padanya. Mia tidak suka dikasihani oleh siapapun.

Zanna juga lah yang mengajukan permohonan agar Ivan berhenti menghakiminya. Tamparan kedua Ivan digagalkan oleh Zanna yang meski dalam kondisi selemah itu, tetap membelanya.
Mungkin jika bukan karena permohonan Zanna, kucingnya sudah tidak bersamanya lagi. Ivan sempat ingin membuang Anjing.

Kondisi Zanna belum membaik, demamnya belum turun dan fisiknya semakin lemah. Beberapa kali cewek itu mengeluh dadanya sakit saat mengambil napas. Mia semakin merasa bersalah.

"Aku juga mau minta maaf ke Kak Mia. Gara-gara aku yang lemah ini, Kak Mia jadi kena amukan Papa. Maaf ... sebenarnya akupun nggak mau punya badan selemah ini hanya karena kucing. Sekali lagi aku minta maaf, Kak" ucap Zanna yang berbaring lemah di ranjang selepas Ivan pergi. Hanya ada Zanna dan Mia. Saat cewek itu hendak menyentuh jejak kemerahan di pipi Mia, Mia menjauh secepat mungkin.

"Ngapain minta maaf segala, sih? Lo nggak salah kali. Soal bokap lo, gue pikir wajar aja. Itu artinya bokap lo peduli dan sayang sama lo, walaupun harus nyakitin orang lain. Nggak papa, udah biasa buat gue. Malah bokap lo terlalu baik karena cuma nampar gue sekali. Harusnya gue yang tolol ngeremehin alergi lo, dapet lebih dari sekadar tamparan."

ToxicWhere stories live. Discover now