Chapter Tiga Puluh

128K 19.4K 20.9K
                                    

P E M B U K A A N

Hidungnya Jeno, byeee! 🤸🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidungnya Jeno, byeee! 🤸🏻


•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

***

"Hebat!" puji Mia dengan nada sinis pada cowok yang berdiri di hadapannya. Kuku panjangnya sengaja ditekan kuat ke lengan Akbar sampai ringis kesakitan cowok itu lolos.

Mia tidak peduli. Bahkan ia sudah ingin sekali menusuk lengan Akbar dengan kuku-kuku panjangnya.

Ngomong-ngomong Haikal dan Sendy sudah berhasil Akbar usir.
Cowok itu tidak mau masalah rumah tangganya sampai di telinga orang lain. Cukup Tuhan, ia, Mia, dan Anjing yang tau. Mengusir duo ember itu memang tidak mudah. Penawaran yang mungkin kedepannya akan menambah beban terpaksa Akbar iyakan. Untuk memastikan mereka tidak koar-koar, Akbar juga terpaksa menuruti apa kemauan mereka.

"Cewek lain dibaik-baikin. Cewek sendiri dicaci maki, digrepe-grepe, disosor, dicupang, terus diapain lagi, Bar? Bantu sebutin kelakuan buruk lo, gue lupa," pinta Mia. Mundur beberapa langkah, punggungnya bersandar di dinding. Tatapannya tidak lepas dari Akbar yang seperti tidak merasa bersalah padanya. Padahal kesalahan cowok itu sangat fatal.

Sedikit malas, Akbar menjawab, "dibohongin. Dikasarin."

"Seburuk itu lo sama gue. Gue pikir lo kayak gitu juga ke cewek lain. Ternyata ... caper lo?"

"Gue nggak ada maksud buat itu."

"Gue tau. Lo cuma pengin terlihat paling wow dalam segala hal, kan? Pencapaian lo selama ini belum cukup, ya? Padahal lo udah sesempurna itu di mata orang lain, Bar. Pengakuan yang kayak gimana lagi yang lo cari? Pujian kayak apa lagi yang pengin lo denger?"

Akbar mulai diliputi rasa bersalah. Meski Mia memberi peringatan padanya untuk tidak mendekat, ia tetap nekat. Bahkan Mia yang sudah menggulung lengan baju dan mengepalkan tangan memberi ancaman, tidak membuatnya takut. Dalam satu kali gerakan, Akbar berhasil meringkus tangan Mia. Sayangnya Akbar melupakan kaki cewek itu hingga ia pun kecolongan. Tulang keringnya ditendang kuat. Tenaga Mia memang tidak bisa diremehkan. Akbar saja mengumpat kasar disusul merintih kesakitan.

"Apa? Lo mau nyium gue? Seret gue terus dibanting ke kasur lo? Atau malah lo mau perkosa gue?" sinis Mia tak peduli dengan Akbar yang kesakitan.

"Soal Zanna kita bisa omongin baik-baik."

"Nggak ada yang perlu diomongin lagi. Gue nggak sedih pas tau lo baik ke cewek lain di saat kelakuanlo seburuk itu ke gue. Gue juga nggak kecewa apalagi cemburu. Biasa aja tuh. Mau jelasin buat apa? Cewek lo ini nggak peduli sama apa yang lo lakuin."

ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang