Chapter Tiga Puluh Dua

102K 19.8K 25K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️



Mau absen dulu tim siapa?

Akbar-Mia

Akbar-Zanna

Elang-Mia

Happy reading
***

Mia yang keras kepala membuat Akbar menyentak kuat tangan Mia hingga berhasil membuat cewek itu berdiri dan mau menatap ke arahnya.
"Sekarang, ikut gue ke UKS! Minta maaf ke Zanna."

"Lo tuli? Gue nggak mau!"

"Gue maksa. Mau apa lo?"

Tanpa Akbar duga, Mia menarik kuat tangannya, membawa mendekati bibir cewek itu sebelum akhirnya ia menjerit kesakitan. Mia menggigit punggung tangannya begitu kuat
dan baru dilepas saat ia memohon dengan sangat. Akbar mengibaskan tangannya yang baru saja digigit lalu diperiksa. Cowok itu meringis, ngeri dengan jejak gigitan gigi Mia di sana.

"Sinting lo, ya?" erang Akbar menatap tak percaya pada segala tingkah pacarnya yang ajaib. Cewek di hadapannya memang tidak bisa diprediksi. Akbar yang sudah mengenal baik saja sering kecolongan. Harusnya ia belajar dari pengalaman bagaimana sepak terjang Reandra Mia Esterina anti menye-menye yang akan selalu menyerang balik.

"Lo yang sinting!"

Saat tangan Mia yang kuku-kukunya masih panjang, melayang siap mencakar lehernya, Akbar cepat-cepat menghindar. Cakaran semalam saja masih terasa perih, ini mau ditambah lagi.

Ngomong-ngomong ia memacari cewek jenis apa, sih? Kenapa suka sekali mencakar dan menggigit. Oh jangan lupakan suka memukul juga. Ia pernah babak belur dibuatnya.

"Di bagian mana kesintingan gue, Mia? Lo salah ke Zanna, gue minta lo minta maaf. Apa itu salah?" Akbar mundur beberapa langkah saat Mia pasang kuda-kuda. Bisa kena tendngan bebas kalau tetap di tempat.

Berkacak pinggang, Mia menatap sebal ke arah Akbar.
"Tau apa lo soal salah bener? Harusnya kalau lo paham soal konteks itu, lo bakal minta maaf ke gue dari dulu. Tapi apa pernah lo minta maaf setelah kasar, ngata-ngatain, dan bertindak semau sendiri? Nggak, kan?"

Akbar bungkam. Dalam hati cowok itu mengumpat. Semakin hari Mia semakin pintar berdebat dengannya.

Melihat reaksi kekasihnya, Mia menyeringai lalu melangkah memangkas jarak sembari melakukan perenggangan otot-otot tangannya. Niat menghantam kepala Akbar memang ada, tapi tidak tahu nanti bagaimana.

ToxicWhere stories live. Discover now