Chapter Tiga Puluh Satu

120K 20.9K 25.4K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️




***


"Yakin nggak nyuruh gue nginep?" tanya Akbar masih dalam usaha untuk modus supaya diberi tawaran menginap.

"Yakin! Bokap nggak di rumah, enak di lo. Lo pasti bakal ternak cupang lagi. Bisa-bisa buka cabang. Nggak cuma di leher, tapi juga di dada montok gue."

"Idih. Orang rata gitu, montok dari mananya?" ejek Akbar menatap remeh ke arah dada kekasihnya lalu menyusul cewek itu, masuk setelah melepas sepatu dan menata di rak yang tersedia.

"Rata pala lo! Orang gede gini. Kenyel juga."

"Coba sini gue pegang. Kalau belum pegang langsung, mana percaya gue sama omongan lo. No bukti, hoax!"
Sedetik setelah mengatakan itu, Akbar langsung kena cakar kucing garongnya yang belum jinak. Merasakan perih di leher, memotong kuku Mia masuk ke dalam wishlist-nya yang harus segera tercapai. Pasalnya kuku panjang Mia sangat berbahaya. Setelah lengan, kini lehernya kena juga. Besok-besok mana lagi?

Melihat Mia masuk lebih jauh, Akbar yang kelelahan setelah bertanding futsal, tidak berniat mengekor. Ia pun duduk di sofa dan memeriksa betisnya yang tidak sengaja kena tendang kaki Elang saat bertanding tadi sore. Pantas saja nyerinya tidak hilang-hilang, ternyata ada memar di sana. Mendengar suara langkah kaki mendekat, Akbar berusaha bersikap biasa. Ia tidak mau Mia melihat luka apapun dalam tubuhnya.

Sewaktu Mia nongol bersama Anjing yang digendong, Akbar sampai tersedak ludahnya sendiri. Bisa-bisanya Mia dengan santainya mengenakan hot pants dan tank top saat hanya berdua dengannya. Bener-bener cewek sinting itu minta ditubruk lalu dibanting ke sofa. Sofa tidak buruk juga untuk menjadi tempat eksekusi cewek binal itu.

"Kok lo masih di sini, sih, Bar?" heran Mia lalu duduk di sofa dan mulai menguyel-uyel anak pungutnya yang semakin berisi. Cewek terus saja meremas-remas kepala kucingnya dan berlanjut menusuk-nusuk perut kucing itu dengan jari telunjuknya.

Berusaha fokus, Akbar pun menggulir bola matanya ke arah lain. Namun hanya beberapa detik saja. Setelahnya perhatianya kembali disita oleh pemandangan yang beberapa kali membuat jakunnya naik turun. Akbar tidak menyalahkan hormonnya, satu-satunya yang patut disalahkan adalah cewek sinting itu.

"Lo di rumah sendirian, gue temenin. Walaupun males banget ngurus cewek sinting kayak lo. Tapi, mau gimana lagi? Jiwa sosial gue tinggi."

"Gue nggak butuh ditemenin sama lo. Mending lo pulang aja. Hush! Hush! Hush!"

ToxicDove le storie prendono vita. Scoprilo ora