Chapter Lima

152K 26.1K 23K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

***

"Reandra Mia Esterina!"

Mia yang tengah memberi coretan hiasan tinta di sekitar luka bekas tusuk gigi semalam, tersentak kaget saat namanya disebut lengkap dengan nada tinggi. Karena kaget itulah, ujung bolpoinnya yang lancip tidak sengaja menembus jari telunjuk. Hanya menjadi luka kecil. Letaknya tidak jauh dari luka semalam. Mia mengamati darah yang keluar. Tidak buruk juga. Ibu jarinya menekan kuat jari telunjuknya. Ia mengibaskan tangan, lalu menyapukan tisu untuk membersihkan darah di sana.

"Iya, Bu." Suaranya terdengar malas. Fokus ke guru yang memanggilnya hanya selama beberapa detik sebelum kembali mengamati luka di telunjuknya yang terasa perih.

"Dari tadi kamu nggak denger Ibu ngomong apa?"

Kepala Mia terangkat. Tidak merasa terintimidasi oleh tatapan Bu Rahayu yang tajam, Mia menggeleng pelan.

"Ibu heran kenapa murid kayak kamu masih dipertahankan di sini. Baik. Ibu ulangi sekali lagi dan kamu jawab dengan jujur. Surat pemanggilan orangtua yang kemarin Ibu kasih, nggak disampaikan ke orangtuamu?"

"Disampaikan pun orangtua saya nggak bakal dateng, Bu."

"Kok Ibu nggak percaya. Ibu lebih percaya kalau kamu yang nggak sampaikan itu ke orangtuamu. Mia, Mia, kamu ini mau jadi apa sih? Orangtua kamu berjuang buat nyekolahin kamu, tapi kamunya malah kayak gini. Apa kamu nggak ada rasa kasihan sama perjuangan mereka yang kamu sia-siakan? Banyak-banyak bersyukur. Selagi masih ada, jangan kecewain mereka sama tingkah nakalmu."

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Mia. Cewek itu hanya diam menatap lurus ke arah Bu Rahayu.

"Keluar dari kelas sekarang. Bawa alat tulis dan tulis seribu janji buat nggak bikin ulah lagi. Jangan balik ke kelas sebelum selesai."

"Baik," ucap Mia tanpa ada rasa ingin membela diri. Cewek itu pun meraih buku dan bolpoinnya. Bersikap biasa saja, ia melangkah meninggalkan kelas. Bahkan ia masih sempat tersenyum.

"Woy, Mi. Gila lo! Dihukum apa lagi? Masih jam pertama tapi udah dihukum aja."
Mia menoleh dan mendapati anak kelas sebelah tengah berjalan mendekat ke arahnya sembari medrible bola basket.

Sosok Mia memang cukup populer di seluruh kalangan. Semua murid hampir mengenalnya. Pribadinya yang memang mudah bergaul dengan siapapun, membuat ia akrab dengan semuanya. Respons baik Mia membuat siapa saja berani mengakrabkan diri dengannya.

Mia menggulung buku tulis di tangannya. Begitu cowok itu berdiri di dekatnya, ia langsung memukul pundaknya dengan gulungan buku.

"Jangan teriak-teriak, Bego! Ntar gue juga yang kena."

ToxicWhere stories live. Discover now