Chapter Empat Puluh Satu

75K 15.4K 7.5K
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Emot buat chapter ini mana? 👉🏻👈🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Emot buat chapter ini mana? 👉🏻👈🏻

Siapa yang paling dikangenin?

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

***

Di antara hari-hari yang lain, komposisi jadwal pelajaran besok---Kamis---adalah yang paling berat. Dibuka dengan mapel Sejarah, dilanjutkan Kimia, Biologi, dan ditutup dengan Matematika wajib tiga jam pelajaran menjadi ramuan ampuh yang membuat sakit kepala.

Beberapa hari ini disibukkan oleh kegiatan OSIS dan beberapa ekstra kurikuler yang diikuti, belum lagi mengurus Mia yang menyita banyak waktu, Akbar sampai keteteran mengerjakan tugas di pertemuan sebelumnya yang harus dikumpulkan besok. Menutup buku sejarah, Akbar memijat pelipisnya sebelum lanjut mengerjakan tugas lain.

Sejak dua jam yang lalu, cowok itu sibuk di meja belajar. Mengerjakan satu per satu tugasnya dengan tetap tenang selagi Mia yang berisik dan petakilan tidak ada di sekitarnya. Sebelum belajar, ia sudah memberikan selembar uang dua puluh ribuan untuk mengusir cewek itu. Menyuruhnya berjaga di pintu gerbang bersama anak pungutnya untuk menunggu penjual lewat. Kalau ada sangkut pautnya dengan jajan, Mia pantang menolak.

Sayangnya, ketenangannya terusik sebelum semua tugas terselesaikan saat pintu kamarnya diketuk. Akbar memutar kursi menghadap pintu, menyambut kedatangan orang itu yang pastinya adalah Mia. Sebelah alis Akbar terangkat melihat Mia kerepotan membopong kucing, sebotol air mineral, dan dua toples keripik.

Sejak datang, Mia memang tidak melakukan apapun padanya, tapi cewek yang kini duduk di meja belajar, terus saja mengunyah keripik. Tentu saja suara kunyahan itu sangat mengganggu konsentrasi Akbar. Apalagi suara saat cewek itu membersihkan jarinya sendiri dengan cara menghisapnya.
Materi yang tengah dihafal, buyar begitu saja. Kaki Mia juga mengambil peran, mengetuk kursi yang tengah diduduki. Kepala Akbar semakin pening, mungkin sebentar lagi meledak.

ToxicWhere stories live. Discover now