Chapter Tujuh Belas

113K 21.6K 21.6K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

***

Setelah Mia puas menumpahkan rasa sakit lewat jerit tangis di pelukannya, Akbar membawa cewek itu pulang ke rumahnya agar ia bisa mengawasinya. Akbar sangat khawatir jika sampai terjadi hal-hal buruk pada Mia kalau ditinggal sendirian. Pasalnya, pelarian Mia selama ini selalu dengan menyakiti dirinya sendiri. Mia dan segala kenekatannya butuh pengawasan ekstra. Tidak mengandalkan peran orang lain, mau tidak mau, Akbar membawa cewek itu ke rumahnya.
Lantaran Mia tidak mau meninggalkan kucingnya, Akbar pun juga turut memboyong anak pungut itu.

Cowok itu membimbing Mia masuk ke kamarnya, membiarkan ranjangnya ditempati cewek yang tidak mau melepaskan genggaman tangannya sejak tadi. Ada ketakutan besar dalam diri Mia. Akbar bisa merasakan itu dari cara Mia menggenggamnya. Sangat erat.

"Apa mama bakal pergi juga, Bar?"

"Kalau mama juga pergi, gue sama siapa?"

"Apa mereka udah punya kebahagiaan dari keluarga baru? Dan mereka ninggalin gue buat ngejar itu? Kalau iya, kenapa harus gue yang jadi korban?"

Mia yang meringkuk berbantal paha Akbar, terus bertanya pada cowok itu sekalipun pertanyaannya tidak mendapat jawaban apapun. Mia menatap ke atas hingga wajahnya berhadapan dengan wajah cowok yang menunduk menatapnya.

"Lo nggak perlu khawatir soal apapun, Mia. Gue yang bakal pastiin lo nggak akan sendirian."
Tiba-tiba Akbar teringat dengan Tante Astri. Ia tidak bisa membayangkan seberapa hancur perasaan Mia saat tahu ibunya membahagiakan orang lain dan melupakan kebahagiaannya.

"Tapi lo galak banget. Kadang gue takut, cuma sok berani aja pas lo marah-marah dan mau mukul gue. Lo lembut ke orang lain, tapi ke gue lo kasar banget. Setiap kali lo ngomong kasar, marah-marah, dan main fisik, gue jadi kepikiran yang macem-macem."

"Mia---"

"Nggak papa kok, Bar. Gue cuma pengin jujur aja soal itu dan lo nggak perlu ngubah apapun termasuk sikap lo ke gue. Dengan lo tetep betah di samping gue, sikap buruk lo bukan masalah," ucap Mia sebelum menutup kelopak matanya. Hari ini sangat melelahkan untuknya. Mia butuh istirahat untuk memulihkan tenaga dan menyiapkan mental.

Mungkin hari esok lebih buruk dari hari ini.

"Nggak mau makan dulu? Lo belum makan, kan?" tanya Akbar.

ToxicWhere stories live. Discover now