Chapter Sembilan Belas

109K 20.8K 23.3K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

Ada yang bias-in Anjing?

*Bias pertamaku di NCT tuh Jeno. Tapi oleng ke Haechan. Pas nulis Toxic, iman makin tipis karena digoda terus sama Jeno. Akhirnya ... masih Haechan kok 🤯

Ada yang sering oleng? Dari siapa ke siapa?

***

Tawa Mia mengudara. "Tapi lo suka, kan?"

"BANGET!" teriak Akbar membuat tawa Mia semakin keras.

"Jadi?" pancing Mia.

"Ya pacaran lah. Goblok banget pake nanya!"

Mia menatap cengo ke arah Akbar.
Cowok itu mengajaknya tawuran atau berpacaran? Kalau dari ekspresi garang, teriakan keras, dan umpatan seharusnya, sih, mengajak tawuran. Kalau mengajak pacaran, kan, romantis, ya? Pake kata-kata manis, kasih bunga atau cokelat, terus di tempat yang istimewa.

"Pacaran? Kapan lo nembak gue?"

"Nggak usah ribet," sewot Akbar.

"Dih. Emang gue udah bilang mau jadi pacar lo?" sinis Mia.

Akbar pun mengangkat guci keramik di dekat jendela. "Berani lo nolak gue?" omelnya dengan nada mengancam dan siap melempar guci itu ke arah Mia jika nanti cewek itu berani menolaknya.

Apa yang Akbar lakukan membuat Mia tertawa. Dari sekian banyak cowok yang mengungkapkan perasaan padanya, Akbar lah yang paling beda. Bukan bunga, bukan juga cokelat. Tapi guci keramik yang siap dihantamkan ke kepalanya. "Iya, iya, kita pacaran."

Baru setelah Mia mengatakan itu, Akbar mengembalikan guci keramik itu ke tempatnya. Sudut bibirnya berkedut.

"Berarti kita udah resmi pacaran, nih?" tanya Mia.

"Si goblok nanya mulu."

"Terus kita manggilnya apa, nih, biar romantis? Baby? Honey? Sweety? Atau lo ada panggilan sayang sendiri buat gue? Yang beda dari yang lain gitu." Mia bertanya sengaja untuk menggoda Akbar.

"Dih najis. Nggak usah alay kenapa, sih? Tinggal manggil nama, ribet banget jadi cewek. Lama-lama, gue banting juga lo-nya biar diem," kesal Akbar.

Mia mengerucutkan bibirnya.
Akbar benar-benar beda dari yang lain. Setelah menjadi pacarnya, mulut cowok itu makin pedas saja. Mana mainnya banting-bantingan. "Marah-marah mulu. Manis dikit kenapa sih sama pacar."

ToxicHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin