Chapter Dua Belas

120K 21.6K 9.3K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

***

"Ngapain ke sini? Salah alamat?"

"Lo jangan kepedean, ya, Bar. Gue ke rumah lo mau jemput anak gue. Anjing ada di rumah lo, kan? Bisa panggilin Anjing, bilang disuruh pulang sama mamanya."

Jawaban itulah yang lolos dari mulut Mia. Sebenarnya bukan kucingnya yang menjadi tujuan awal datang ke rumah Akbar. Namun saat Akbar menyambutnya dengan sinis, Mia tidak punya pilihan lain. Hanya anak pungutnya yang bisa dijadikan alasan paling masuk akal.

Awalnya Mia ingin menanyakan mengapa Akbar bertingkah tidak biasa padanya. Saat melihatnya diantar pulang oleh Elang tadi, Akbar yang awalnya duduk di balkon langsung masuk kamar. Tingkah aneh lainnya adalah Akbar yang tidak datang ke rumahnya. Biasanya jika tahu ia di rumah, Akbar pasti akan datang. Sekadar ingin memaki, nyari ribut, atau ngasih makan. Tapi ditunggu sampai petang, Akbar tidak nongol juga.

Apa Akbar marah? Tapi mengapa? Harusnya, kan, ia yang marah karena Akbar selalu bertindak seenak sendiri.

Akbar membuka pintu semakin lebar, mempersilakan Mia untuk masuk. "Masuk. Anjing di dalem, baru selesai makan."

Begitu dipersilakan, Mia langsung berlari dan berteriak heboh melihat kucingnya di sofa.

"Anak pungutnya Mama Mia!" serunya.

Jelas sekali kucingnya yang tengah santai itu terkejut dengan kehebohannya. Melihat gerak-gerik kucingnya yang hendak kabur, Mia bergerak lebih cepat. Ia tidak memberi kesempatan kucingnya untuk kabur. Tubuh berisi kucingnya langsung diraih ke dalam gendongannya. Mia yang gemas dengan kucingnya, meremas-remas kepala dan kaki kucing itu.

"Mia," tegur Akbar saat mulut Mia terbuka lebar ingin menggigit kepala kucing.

Mia terkekeh lalu duduk di sofa seraya memangku anak pungutnya. Tangannya tidak berhenti menepuk-nepuk pelan pantat kucingnya.

"Akbar, gue ini tamu kan, ya? Ekhem, nggak enak ngomongnya. Harusnya, kan, lo inisiatif gitu."

"Lo ke sini buat jemput Anjing, kan? Kenapa nggak langsung pulang?"

"Sekalian silaturahmi sama lo, Bar. Buat mempererat pertemanan kita."

Akbar mendengkus lalu melangkah untuk mengambil sesuatu buat Mia. Tidak sampai lima menit, Akbar sudah kembali ke ruang tamu dengan membawa nampan berisi minuman lengkap dengan nasi dan lauk untuk makan malam Mia. Akbar tentu tahu, sekarang adalah jam laparnya Mia. Ia sudah pernah bilang, kan, kalau ia tidak bisa berhenti peduli pada cewek itu. Dalam keadaan marah sekalipun ia tetap mempersiapkan makan malan untuk cewek tidak tahu diri itu.

ToxicWhere stories live. Discover now