Chapter Empat Belas

113K 22.7K 24.8K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

Tanpa nyebutin namanya, siapa biasmu? *(Buat kpopers) Sebutin salah satu ciri khasnya. Nanti yang biasin orang yang sama, bisa ngumpul 🤗

Yuk bisa yuk bisa pencet bintang ✨

***

Terlambat.
Cewek itu tidak bisa mengatakan sepatah katapun karena bibir Akbar sudah meraup ganas bibirnya.

Tangan Akbar meraba dinding, menekan saklar untuk memadamkan lampu. Begitu lampu padam, sepasang tangan berototnya merangkum wajah Mia untuk memudahkan akses bibirnya menyerang Mia habis-habisan.

Otak Mia blank. Belasan kali berpacaran, bibirnya belum pernah diserang begitu rakus oleh mantan-mantannya seperti yang tengah Akbar lakukan. Mia tidak sepolos itu sampai tidak tahu situasi macam apa itu. Walaupun pengalamannya hanya sebatas menonton adegan sekilas itu di drama korea yang ia tonton, namun Mia cukup berani untuk menyerang balik.

Di sela kenikmatannya, Akbar tersenyum miring, mengejek cara Mia membalasnya. Terlalu tergesa-gesa. Sangat amatir.

Mia butuh tutor darinya. Sebagai tutor, sepertinya ia harus menambah jadwal bimbingannya dengan Mia khusus untuk hal ini. Agar kedepannya Mia bisa lebih menikmatinya. Ia juga yang akan diuntungkan nantinya jika Mia handal dalam hal ini.

"Jangan digigit, Mia," erang Akbar. Benar-benar payah. Bisa-bisanya Mia menggigit bibirnya.

Meeooong.

Suara jeritan kucing yang tidak sengaja terinjak ekornya oleh kaki Mia, membuat Akbar mengumpat karena harus menyudahi kegiatannya di bibir Mia. Anaknya benar-benar mengacau kesenangannya. Akbar pun menegakkan punggungnya dan menyalakan lampu. Saat itulah ia bisa melihat luka cakar di sepanjang betis Mia.

"Anjing!" Akbar tidak tahu makna kata 'anjing' yang lolos dari bibir Mia itu. Memanggil kucing atau mengumpat.

Tak mengatakan apapun, Akbar membopong Mia untuk didudukkan di tepi ranjang. Cowok itu bergerak cekatan membereskan luka Mia.

"Bar ... lo titisan soang, ya? Pro banget nyosornya," ucap Mia saat Akbar yang bertekuk lutut di hadapannya mulai membersihkan luka di betisnya.

Akbar mendongak menatap Mia yang tengah mengulum bibir bawah. Sialan! Berani-beraninya Mia melakukan itu di hadapannya. Apa cewek itu tengah menantangnya untuk melakukan hal lebih?

"Sakit?" tanya Akbar.

"Buat gue yang udah hampir mati berkali-kali, luka kayak gitu doang mah nggak terasa."

ToxicWhere stories live. Discover now