Chapter Dua Puluh Sembilan

116K 20.5K 16.8K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

***

"Mau jadi apa pake baju kayak gitu hm?"
"Cakep lo?" lanjutnya.

Akbar yang menyandarkan punggung di dinding, melipat tangan di dada dengan tatapan tidak lepas dari sosok cewek sinting di hadapannya. Sepertinya Mia menguji kesabarannya dengan pakaian tidak layak pakai itu. Rok yang cewek itu kenakan bahkan tidak becus menutupi paha mulus Mia.
Belum lagi kaus ketat yang mencetak lekuk tubuh Mia yang berisi di beberapa titik.

Jakun Akbar sampai bergerak naik turun. Akbar tidak menyalahkan hormonnya. Memang Mia-nya saja yang suka mancing-mancing! Kalau saja Mia tipe cewek waras, mungkin Akbar bisa mode soft di depan cewek itu.

Mengusap leher sebentar, Akbar mengambil langkah mendekati Mia. Mencoba mengintimidasi kekasih sintingnya, Akbar berjalan memutari Mia dengan tatapan liar.
Akbar berhenti bergerak tepat di hadapan Mia. Matanya bergerak menyusuri tubuh Mia dari atas sampai bawah.

Sial! Mia terlihat cantik dari sudut pandang manapun!

"Cantik, kan? Mana sexy lagi. Pantes aja lo tergila-gila sama gue. Orang bentukannya kayak gini." Mia tersenyum bangga lalu memutar tubuh sampai rok yang ia kenakan mengembang.

Akbar refleks menarik tubuhnya ke belakangan saat Mia menggila dengan berjinjit dan membusungkan dada padanya. Cewek sinting itu benar-benar membuatnya ingin merubah rencana hidup seperti menikah di usia muda. Tidak buruk juga, terlebih yang akan ia nikahi adalah Mia.

"Cupu banget, sih, Bar," ejek Mia.

Akbar melempar tatapan tajam ke arah Mia. Sayangnya ia melupakan jika kekasihnya itu tidak waras. Alih-alih terintimidasi, kepercayaan diri cewek itu semakin melambung tinggi. Ia salah langkah. Harusnya langsung saja ia maki-maki cewek itu sampai kena mental. Kalimat kasarnya lebih cepat menjinakan.

"Ganti!" bisik Akbar dengan nada serak. Jika keindahan Mia hanya bisa dinikmati olehnya, ia pasti tidak perlu repot-repot menyuruh cewek sinting itu untuk berganti pakaian. Pasalnya, ia akan ke luar. Sudah pasti Mia akan menjadi pusat perhatian sialnya lagi mungkin dijadikan objek fantasi cowok selain dirinya.

"Nggak mau. Nyaman pake ini. Ayo berangkat! Udah janji loh mau bahagiain gue."

"Nggak mau nurut?"

Mia tidak protes saat tangan Akbar mencengkeram kuat pergelangan tangannya. Bahkan rasa sakit yang tercipta membuatnya bisa tersenyum senang. Mia menyukai rasa sakit fisik dalam bentuk apapun.
Tatapan Akbar yang semakin menggelap pun nyatanya belum membuatnya tunduk.

ToxicOù les histoires vivent. Découvrez maintenant