Chapter Lima Belas

112K 22.4K 23.6K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️

Tanpa nyebutin namanya,  sebutin asal kotamu. *tulis ciri khasnya.

Ini adalah chapter yang diketik pas aku gabut nunggu Relay Cam Haechan tayang 😭😂

Sunflower jangan lupa nontoooon👋

Happy reading!

***

Mia mulai cemas saat buku-bukunya dirampas oleh Akbar. Waktu belajarnya sudah habis dan saatnya Akbar menjadi penguji. Bibir cewek itu mulai komat-kamit untuk keselamatan dunia dan akhirat. Starter pack Akbar sebagai tutor sudah lengkap. Penggaris besi, raket nyamuk, dan segayung air siap dijadikan amunisi.

Mia yang duduk di lantai sembari memangku kucingnya mulai pesimis. Senyum misterius cowok yang duduk di tepi ranjang menghadapnya, mengantarkan firasat buruk.

"Lepas maskernya, Mia," pinta Akbar.

"Nggak mau! Takut sawan soang lo kambuh."

"Berarti lebih milih gue setrum pake raket nyamuk? Okay." Akbar manggut-manggut lalu membuka buku paket Mia.

"Kelakuan papamu, Njing. Itu kakinya papa nggak mau kamu gigit gitu? Jempolnya rasa stroberi. Kamu belum pernah makan stroberi, kan? Yuk bisa yuk gigit sampai putus," ucap Mia pada kucing yang tidak banyak tingkah saat bersamanya. 

Padahal saat bersama Akbar tadi, anak pungutnya aktif bergerak. Bahkan sangat kegatelan. Terus mencium pipi Akbar. Bahkan berani jilat leher dan bersandar sok imut di dada cowok itu. Giliran bersamanya, kucingnya seperti terkena anemia. 

"Tokoh yang melihat gabus dari sebuah tanaman di bawah mikroskop dan sebuah ruangan kecil yang mirip dengan cellula adalah." Akbar melayangkan pertanyaan pertamanya.

Mia mendongak menatap wajah menjengkelkan Akbar. Seingatnya materi yang tengah ia pelajari itu tentang kolonialisme dan imperialisme. Tapi kenapa ... sialan! Cowok sinting itu pasti sengaja memberi pertanyaan yang tidak mungkin bisa dijawab olehnya.

Sudah jelas tujuannya, kan?
Benar-benar nggak ada akhlak!

"Jawab!" Akbar menepuk-nepuk puncak kepala Mia dengan ujung penggaris. Raket nyamuk di tangan kirinya sudah siap.

"Gue sebarin kelakuan lo, ya. Biar semua orang tau kalau lo punya penyakit sawan soang. Inget, Anjing anak pungut beban orangtua ini saksinya. Pencitraan lo selama ini bakalan kelar. Lo pasti bakal dibully orang sedunia sampai depresi terus bunuh diri."

ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang