Chapter Dua Puluh Satu

110K 22.5K 23.5K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️



Woiya, emot buat chapter ini mana? 🐈

Happy reading!
***

Akbar tidak memenuhi janjinya tadi siang. Cowok itu tidak membelikan seblak dan boba untuknya. Mia merasa menjadi pihak yang sangat dirugikan di sini. Sudah disosor tapi tidak mendapatkan apapun selain rasa kesal dan bibirnya yang sedikit membengkak. Akbar ini memang sangat liar ketika menyerangnya.

Akbar juga tidak mau mengantarkannya ke rumah Zanna dengan seribu alasan yang tidak bisa Mia terima. Kesempatannya mukbang bakso lava secara gratis sudah tidak ada. Kesal dengan Akbar, Mia membawa Anjing pulang ke rumahnya setelah cewek itu merampok isi kulkas dan beberapa camilan untuk dibawa ke rumahnya.

Semua pintu dikunci dan pastinya jendela kamar juga. Mia tidak mengizinkan Akbar menemuinya.
Di dalam kamar, Mia mengurung diri bersama anak pungut dan makanan.

"Biarin aja, Njing. Pura-pura aja nggak denger apa-apa," bisik Mia lalu menjauh dari telinga Anjing. Cewek itu menatap ke arah jendela kamarnya yang terus berbunyi. Sedari tadi Akbar terus saja melempari jendela, mungkin menggunakan kerikil. Ponsel Mia juga terus berbunyi. Pelaku utamanya masih sama. Cowok itu terus merecokinya. Mungkin kalau ia sudah membukakan jendela, cowok itu baru berhenti mengganggu.

Di depan jendela kamar Mia, Akbar mengumpat. Ia sudah lelah melempar kerikil, mengetuk jendela, bahkan menendang jendela itu berkali-kali tapi tidak membuahkan hasil apapun. Sepertinya cewek sinting itu benar-benar marah padanya.

Tidak kehabisan akal, Akbar pun meninggalkan balkon kamar Mia lewat tangga. Ia akan memadamkan listrik di rumah Mia dan setelahnya Akbar hanya tinggal menunggu cewek itu sendiri yang memintanya datang ke kamar. Kali ini Akbar optimis rencana berhasil.

Cowok berkaus hitam itu tersenyum puas saat seluruh penerangan di rumah Mia padam karenanya. Ponsel dikeluarkan dan dalam hati Akbar menghitung mundur. Tepat dihitungan ketiga, ponselnya menyala. Wajah Mia memenuhi layar ponselnya. Sudut bibir Akbar terangkat membentuk senyum miring. Ingin sedikit bermain-main dengan pacarnya, Akbar sengaja menolak panggilan itu.
Sampai panggilan kelima pun masih ia tolak.

Usaha Mia tidak berhenti sampai di situ. Pesan-pesan berdatangan dan yang paling menggelikan adalah pesan suara berisi teriakan cewek itu yang memanggilnya untuk segera datang. Beberapa detik kemudian Mia meneleponnya kembali. Akbar yang sudah tidak tega pun mengangkat panggilan itu.

ToxicWhere stories live. Discover now