Chapter Dua Puluh

118K 21.6K 22.7K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️


***

Koridor kelas X heboh dengan kemunculan wakil ketua OSIS sekaligus murid kebanggaan SMA Wijayakusuma di jam istirahat kedua. Cowok itu melangkah penuh wibawa. Tubuh tegap, tinggi semampai, serta pembawaannya yang ramah membuat murid kelas X semakin mengidolakan sosoknya. Akbar selalu membalas sapaan adik kelasnya dengan ramah untuk menjaga citra baiknya sekaligus memberi contoh untuk dijadikan panutan oleh mereka.

Kakinya berhenti di depan pintu kelas X.2. Ia memastikan sekali lagi jika tujuannya tidak salah.

"Permisi," ujar Akbar sopan sebelum menerobos dua cewek yang berdiri di ambang pintu kelas X.2. Ia mengedarkan pandangan. Begitu sepasang matanya menangkap sosok yang dicari, kakinya diayunkan menuju meja di sudut belakang.

Tentu saja gerak-gerik Akbar terus diperhatikan oleh penghuni kelas X.2. Mereka mulai menerka-nerka hubungan kakak kelasnya dengan cewek yang selalu duduk sendirian di pojok kelas. Mungkin setelah ini, berita kedekatan Akbar dengan adik kelasnya akan menggemparkan seantero sekolah.

".... Zanna?"

Mendengar namanya dipanggil, Zanna tersentak kaget. Lebih kaget lagi saat tahu siapa yang memanggilnya. Cewek itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Teman-temannya menatapnya. Tatapan yang membuat Zanna merasa terancam.

"Kak Akbar kenapa ke sini?" Dari suaranya, jelas sekali ia sangat keberatan dengan kedatangan cowok itu.

Akbar tersenyum hangat lalu menarik kursi kosong di meja sebelah untuk diduduki. Ia membawa kursi itu sedekat mungkin dengan kursi Zanna.

"Kak ...." Jemari Zanna membuat gerakan meremas. Ia ingin mengusir Akbar pergi sebelum masalah baru datang padanya. Tapi, Zanna tidak tahu bagaimana harus melakukannya.

"Gue tau apa yang lo khawatirin. Jangan takut. Ah, iya, ngomong-ngomong gue mau bilang makasih ke lo karena udah nganterin Mia."

"Sama-sama, Kak."

"Bu Fitri minta gue buat nemenin lo ketemu beliau di ruang BK. Btw, lo nggak sibuk, kan? Bisa ke sana sekarang?"

"Nggak sibuk, Kak. Tapi, bisa nggak aku---"

Belum menyelesaikan kalimatnya, Zanna terdiam saat Akbar tiba-tiba meraih tangan kanannya bersamaan dengan cowok itu bangkit.

"Ayo!" ajak Akbar menarik pelan tangan Zanna.

ToxicWhere stories live. Discover now