Chapter Tiga Belas

113K 22.2K 21.5K
                                    

P E M B U K A A N

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•

⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️




Emot buat part ini mana, Bund?👋

Pembaca Toxic umur berapa, nih?

Di atas 17

Di bawah 17

Happy reading 💓

***

"Kangen ya dibully sama Mama Mia? Atau kangen ditabokin bokong sexy-nya?"

Tawa Mia mengudara begitu kucingnya sudah berada di dalam gendongan. Pulang sekolah, rumah Akbar menjadi tempatnya pulang. Tentu saja itu karena anak pungutnya ada di sana. Mia datang untuk menjemput Anjing. Sekalipun hanya menjadi beban, Anjing tetap kesayangannya.

"Bi Ratih, makasih ya udah jagain Anjing," ujar Mia begitu ceria. Ia merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan satu permen kaki untuk ia berikan pada seseorang yang sudah menjaga anak pungutnya dengan baik. Untung Mia punya dua permen, jadi yang satu bisa buat Bi Ratih, satunya lagi buat bapaknya Anjing.

"Buat Bi Ratih karena udah jagain Anjing. Maaf, ya, ngerepotin. Anjing emang beban, nggak guna anaknya."

Bi Ratih tersenyum paksa. Bingung sendiri dengan jati diri hewan yang tadi dititipkan padanya. Apa ada yang salah dengan penglihatannya? Yang ia lihat hewan itu adalah kucing. Tapi, kenapa Mia menyebutnya anjing?

"Makasih juga permennya, Mbak Mia. Ngomong-ngomong itu kucing, kan? Bukan anjing."

"Ini kucing tapi namanya Anjing, kalau dewasa jadi maung. Tadi Bi Ratih belum sempet ngobrol, ya, sama anak pungut ini?"

Bi Ratih menatap kasihan pada kucing yang digendong Mia. Ekspresi wajah kucing itu sudah cukup jelas menggambarkan tekanan batin yang dialami hewan itu. Seperti gejala depresi. "Semoga kucingnya panjang umur, ya, Mbak Mia."

"Makasih Bi Ratih. Aku mau pulang dulu."

"Tunggu sebentar. Tadi Mas Akbar telepon Bibi buat masakin Mbak Mia. Bibi ambilin dulu, ya."

Mia mengangguk lalu duduk memangku anaknya. Cewek itu mengeluarkan ponsel untuk mengambil gambar Anjing untuk diposting di media sosial.

"Njing, senyum dong! Mukamu gini banget, kayak tertekan."

Saat hendak mengomel kembali, Bi Ratih muncul dan memberikan rantang makanan padanya. Setelah mengucapkan terimakasih, Mia pulang ke rumah sembari bersenandung.

ToxicHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin