Chapter Dua Puluh Tujuh

126K 23.1K 25.4K
                                    

P E M B U K A A N

Sebelumnya aku harap kalian baca author note ini karena ini penting buat aku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelumnya aku harap kalian baca author note ini karena ini penting buat aku. Sekesel apapun kamu sama tokoh di cerita Toxic, aku minta satu hal buat nggak ninggalin komentar yang menyebut alat kelamin cowok secara gamblang, terlebih kalau kamu cewek. Jujur, itu ganggu banget buat aku. Jadi, mulai chapter ini kalau ada yang nyebut alat kelamin cowok di kolom komentar, bakal aku blokir. Sorry, kalau menurutmu ini terlalu berlebihan.

Biasanya sih emang langsung kuhapus kalau nemu komentar kayak gitu, tapi kayaknya kalau cuma dihapus, bakalan tetep komen kek gitu lagi. Jadi kukasih tau aja biar paham.


***

Sesampainya di rumah Akbar, luka cakaran kucing di lengannya diketahui oleh cowok itu. Kembali menjadi Akbar yang bar-bar, cowok itu marah padanya. Mengatainya karena tidak bisa menjaga diri hingga selalu saja terluka. Akbar juga memarahinya yang selalu betah menyimpan rasa sakit sendirian. Mia yang biasa dengan kemarahan Akbar, menggerakan bibir meledek cowok itu.

Seperti yang biasa terjadi, Akbar tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran serta kepedulian padanya.  Setelah marah-marah, cowok itu mendadak melunak. Dengan telaten Akbar mengobati luka yang bahkan Mia tidak merasa sakit sedikit pun, Akbar saja yang terlalu berlebihan. Saking berlebihannya, untuk sementara waktu ia dilarang dekat-dekat dengan Anjing yang dinilai terlalu berbahaya. Minimal sampai lukanya sembuh.

Sepertinya Akbar butuh cermin. Justru cowok itulah yang paling berbahaya untuknya. Adegan di mobil Aksa cukup menjadi bukti kuat betapa berbahayanya seorang Akbar pengidap sindrom soang. Mungkin jika ia tidak mencakar leher cowok itu dengan kuku-kuku panjangnya, Akbar pasti sudah kehilangan kendali dan kewarasannya.

"Kalau gue tidur di sini, lo tidur di mana, Bar?" tanya Mia yang tengah duduk seperti nyonya besar menatap Akbar yang sibuk memindahkan isi kopernya ke dalam lemari plastik.

Jangan sebut Mia tidak tahu diri. Karena Akbar lah cowok sinting yang suka mempersulit diri sendiri. Mia sudah mengatakan akan beres-beres sendiri, tapi Akbar memarahinya tidak jelas.

Katanya ia tidak pernah becus melakukan pekerjaan apapun. Jadi, Akbar mengobarkan dirinya sendiri. Tipe-tipe cowok peduli tapi kemakan gengsi mengakui kepeduliannya.

Alih-alih menjawab, Akbar justru balik bertanya. "Ranjangnya kurang gede buat tidur kita berdua?"

"Jangan macem-macem lo, Bar!"

"Macem-macem gimana? Orang cuma tidur bareng, kan? Beda cerita kalau bukan tidur, tapi ... itu baru namanya macem-macem."

"Gue nggak mau tidur bareng! Gila lo?!"

"Iya udah sana ke kolong jembatan kalau nggak mau tidur bareng gue," balas Akbar santai lalu menutup pintu lemari begitu pekerjaannya telah selesai.

ToxicWhere stories live. Discover now