1 - HUJAN & UUD 1945

4.3K 481 13
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA 

Instagram  : @valentj8  &  @hf.creations

****

Gemuruh petir menginterupsi tidur nyenyak seorang gadis cantik bersurai hitam kecoklatan. Pukul dua dini hari. Tangan lentiknya spontan menarik selimut cokelat hazelnya yang tebal, menyisakan hidung mancung, sepasang mata, dan anakan rambut yang berserakan di dahinya.

"Heran, hujan aja berisik banget," gerutu gadis tadi setelah mengubah posisi kepalanya agar berada di bawah bantal.

TRING...

Dengan mata yang dipaksa tertutup, tangannya meraba-raba nakas yang berdiri di samping tempat tidurnya. Mengapa dini hari begini ada yang meneleponnya?

"Pasti nggak bisa tidur 'kan lo," tebak seseorang sesaat setelah dial hijau digeser.

Gadis cantik itu hampir saja terperanjat. Ia merutuki dirinya karena tidak melihat dari siapa panggilan masuk tadi.

"Kenapa belum tidur?" tanya gadis itu dengan suara serak.

"Kebangun, terus inget lo," jawab suara lembut di seberang sana membuat sudut bibirnya sedikit terangkat, namun matanya masih terpejam

"Terus?" gadis tadi mendudukan dirinya.

"Gue temenin sampai lo bisa tidur."

Gadis itu tersenyum walaupun lawan bicaranya pasti tidak bisa melihat. Mengenal lelaki itu satu tahun sudah membuat dirinya hampir gila, selalu saja senyum-senyum sendiri.

Alunan gitar mulai terdengar dari seberang sana, sesekali beriringan dengan gumaman nada. Gadis itu memejamkan matanya, menikmati setiap nada yang memanjakan telinganya. Sudut bibirnya masih terangkat hingga perlahan nada-nada tadi mulai terdengar sayup-sayup.

"Udah tidur?" tanya suara di seberang sana lembut. Tidak ada sahutan. Berarti gadis tadi benar-benar telah kembali ke alam mimpinya.

Lelaki tadi tersenyum kemudian berbisik setelah sedikit menjauhkan ponselnya. "Selamat tidur, Bethanny Alvirena. Mimpi indah, semoga tentang gue."

****

"Selamat pagi, Dunia!" sapa gadis dengan setelan putih biru setelah merentangkan tangannya mengikuti gerakan jendela kamar.

"Betha, ayo turun!" seruan dari lantai bawah menginterupsi kicauan burung-burung yang menyahut sapaan gadis cantik beberapa detik yang lalu.

Gadis itu langsung menyambar tasnya di meja belajar kemudian langsung beranjak ke bawah. Semangatnya pagi ini sangat kentara.

Bethanny Alvirena. Gadis penuh semangat, cerdas, logis, dan ceria itu menuruni anak tangga rumahnya satu persatu dengan langkah pasti. Tidak lupa senyum yang terus menghiasi wajahnya pagi ini.

"Selamat pagi, Mama," sapa Betha ceria lalu menyendokkan nasi goreng ke piringnya.

"Mama aja yang disapa?" goda Papa Arsen yang tampak sudah siap dengan kemeja dan jas hitamnya.

Betha terkekeh setelah menyuapkan sesendok nasi gorengnya. "Pagi, Papa."

Papa Arsen mengacak rambut anak gadis satu-satunya penuh kasih. Pagi seperti ini selalu mengawali hari milik Betha setiap harinya. Sederhana, tapi berhasil membuatnya bahagia.

"Kamu sebentar lagi ujian sekolah ya, Tha?" tanya Mama Kintara mengawali obrolan singkat.

Betha mengangguk semangat, pipinya mengembung karena mulutnya masih sibuk mengunyah. "Iya, satu minggu lagi."

ALVABETHWhere stories live. Discover now