57 - INGKAR

604 118 18
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Selamat membaca! 💜💜

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

Gamma berjalan gontai bersama Delta menuju tempat mobil Alva terparkir. Berdasarkan pesan yang Alva kirim semenit yang lalu, dia dan Betha juga akan menuju ke sana untuk mereka kembali ke villa. Daripada cemburu dengan kepergian Alva dan Betha tadi, keduanya lebih kalut dengan pikiran masing-masing. Delta dengan perasaan bersalah dan keinginannya untuk menyelesaikan masalah sekarang juga dan Gamma yang sibuk meminta agar Delta memberi waktu dulu pada Betha. Tak apa jika Alva harus menenangkan dan lebih banyak di samping Betha untuk saat ini. Gamma tahu, Alva juga pernah berada di posisi itu. Jika Alva saja bisa mengerti, maka Gamma yakin Alva bisa membuat Betha memahaminya juga.

"Mau cari makan dulu?" Alva memecah keheningan yang sudah tercipta selama dua menit sejak Delta dan Gamma sampai di depan mobilnya. Bahkan Betha masih enggan menatap Delta dan Gamma.

"Gamma masak aja," jawab gadis itu cepat.

Alva mengangguk. "Ya udah. Kita balik sekarang aja, ya? Biar nggak kemaleman." Lelaki itu menatap teman-temannya satu per satu. Jika dalam kondisi seperti ini, Alva memang paling bisa tenang dan profesional. Jiwa kepemimpinannya seketika sangat dominan.

Betha melangkah duluan untuk masuk ke mobil. Dia membuka pintu belakang dan gerakannya terhenti saat Delta mencekal tangannya. Manik mata mereka sempat bertemu sebelum akhirnya diputuskan terlebih dahulu oleh Betha.

Delta melepaskan lengan Betha kemudian membuka pintu kiri depan. "Lo duduk di depan aja, biar gue sama Gamma yang di belakang."

Tanpa memperpanjang masalah dan tidak ingin tahu alasan Delta, Betha langsung masuk dan duduk di samping Alva. Lagipula, memang lebih baik seperti ini. Betha benar-benar butuh waktu untuk mencerna hal mendadak seperti ini.

Perjalanan dari Kebun Raya Bogor ke villa benar-benar diiisi keheningan. Hanya lagu-lagu dari radio dengan volume 13 yang membuat keheningan ini sedikit tidak mencekam. Sampai di villa pun Betha memilih langsung membersihkan diri, tanpa sepatah kata pun keluar sejak turun dari mobil. Gamma juga langsung bergegas memasak makan sore. Tersisa Alva dan Delta yang memutuskan untuk mengobrol di balkon villa.

"Betha nggak marah." Alva memulai pembicaraan langsung pada intinya.

"Gue salah. Seandainya dia marah pun, gue akan terima."

Alva tersenyum kemudian menepuk bahu Delta dua kali. "Dia butuh waktu. Lo tetap usaha, tapi jangan maksa. Betha orangnya pengertian kok, dia pintar berdamai dengan hal-hal surprise gini. Momentumnya harus tepat aja."

Delta selesai mengangguk-angguk mengerti lalu terkekeh pelan, menyadari sesuatu yang menurutnya lucu. "Lucu banget gue dinasihatin mantannya gebetan," celetuknya.

"Baik banget 'kan gue," sombong Alva sengaja. Lumayan, bisa membuat suasana sedikit lebih cair sekarang. Buktinya Delta masih terkekeh sambil geleng-geleng.

"Gue bantuin adik gue masak dulu." Delta melenggang pergi setelah menepuk pundak Alva dua kali. Tanda ucapan terima kasihnya, mungkin.

****

Makan malam selesai. Di luar hujan lumayan deras. Betha akhirnya berkata-kata, walaupun hanya sebatas, "Piringnya aku aja yang cuci." Tapi, lumayan mengurangi tingkat ke-horor-annya.

"Besok mau pulang jam berapa?"

Delta dan Gamma kompak menoleh, berhenti sejenak dari kebingungan masing-masing. "Kayaknya nggak usah pagi-pagi banget, ya?" usul Gamma.

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang