7 - IYA, SAHABAT

1K 190 32
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

"Sekarang tahu kenapa aku nggak bolehin kamu hormat ke tiang bendera?" Sadarnya Betha disambut oleh sindiran dingin dari bibir Alva.

"Orang baru sadar diomelin," gerutu Betha kemudian mencoba mendudukan dirinya.

"Tiduran aja kalau masih lemas," ujar Alva tanpa berniat membantu Betha sedikit pun.

Betha mengangkat alisnya setelah berhasil duduk dan meraih gelas di nakas dekat kasur. "Kamu marah sama aku?" tanyanya berani. Perasaan Betha tidak bisa melakukan kesalahan saat tidak sadar.

Alva beralih dari ponselnya menatap sang pacar. Detik berikutnya ia tersenyum manis dan mengacak rambut Betha gemas. "Mana bisa marah sama Betha," ucapnya.

Betha baru selesai berdecak kesal karena tingkah Alva saat seseorang memasuki UKS seenaknya. Bajunya olahraganya sedikit kotor, rambutnya acak-acakan dengan luka di lutut dan lengannya. Mungkin lukanya cukup menyakitkan sampai ia tidak sadar jika ada sang ketua OSIS di dalam UKS.

Alva mendekati gadis berambut kecoklatan yang sedang sibuk dengan kotak P3K di dalam lemari. "Kejam banget teman-teman lo. Masa temannya luka nggak diantar ke UKS," ujar Alva sambil mengambil kotak P3K yang tampak sedikit sulit digenggam oleh tangan gadis tadi.

Atas nama kemanusiaan, Alva sebagi ketua OSIS yang baik akhirnya membantu gadis tersebut mengobati luka-lukanya.

"Kenapa lo, San?" tanya Betha mengutarakan penasarannya. Iya, itu Sandrina.

Sandrina menatap Betha cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "Jatuh di lapangan. Tadi lagi basket," jawab Sandrina seadanya.

"Terus, kenapa lo ke sini sendiri?" sambung Alva.

"Mereka masih tanding," jawab Sandrina. Kini diiringi senyum senang dan ringisan pura-puranya karena Alva bersedia mengobati luka-lukanya.

"Ya, nggak sampai tega gini," ujar Alva sembari geleng-geleng.

"Khawatir banget lo sama gue," sindir Sandrina dengan senyum miring membuat Betha melotot menatapnya.

"Ya iyalah," sahut Alva semangat sampai lupa bahwa yang dipegangnya adalah kapas dengan obat merah yang ia tempelkan ke luka Sandrina.

"Aw!" seru Sandrina karena lukanya baru saja tertekan kapas. "Ya biasa aja, dong. Sakit tau," Sandrina memajukan bibirnya.

Alva terkekeh melihat respon Sandrina. "Maaf dong, gue nggak sengaja," jawabnya lalu kembali fokus mengobati luka Sandrina.

"Lo tadi telat ya, Al?" tanya Sandrina setelah beberapa menit keheningan menyelimuti mereka.

Alva tersenyum kemudian menoleh ke arah Betha yang tengah menatap mereka dengan tatapan malas dan siap menerkam.

"Iya," jawabnya singkat.

"Ketua OSIS kok telat," ejek Sandrina sambil menjulurkan lidahnya.

"Ketua OSIS tetap manusia," Alva ikut menjulurkan lidahnya membalas perbuatan Sandrina.

"Gue kira gosip pacar lo yang berpengaruh buruk itu benar," sindir Sandrina kemudian melirik Betha.

Alva menghentikan fokusnya pada kotak P3K sejenak dan menoleh pada Sandrina. "Maksud lo?" tanyanya dengan alis terangkat kemudian melirik Betha.

"Ya nggak mungkin ketua OSIS yang teladan jadi terlambat masuk sekolah kalau nggak ada yang memengaruhi 'kan. Dan setahu gue lo terlambat di hari pertama datang bareng pacar lo lagi setelah perang dingin kemarin. Kenapa sih kalian kemarin? Betha udah mulai sadar dengan ketidakpantasannya?" gencar Sandrina.

ALVABETHWhere stories live. Discover now