10 - BOLA BASKET

889 150 30
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Hai teman"! Aku mau bilang, jangan lupa jaga kesehatan yaa, fisik maupun mental. Tetap jagaa protokol kesehatan juga! 

Sebelum lanjut baca, gimana nih Delta sama Gamma? 

Apa yang kalian pikirkan tentang mereka? HEHE. Sabar dulu ya, masih ada 5 part lagii buat kalian kesel" sama mereka. Kalo bikin emosi, marahin aja gapapa! 

Okelah. Selamat membaca! Semoga ga kesel :)

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

Besok Sabtu. Ini adalah hari paling menyenangkan bagi semua siswa. Ralat, kecuali Betha. Setiap Jumat, Betha harus menyusun laporan mingguan kelas dan hal itu membuatnya harus pulang lebih lama dari murid lainnya. Beruntung ada sahabatnya yang baik hati dan bersedia menemani Betha.

"Tha, lo beneran putus sama Alva? Masih nggak percaya gue," ucap Tarissa dramatis sembari pura-pura prihatin pada Betha.

Betha mendecak. "Gue juga pengennya nggak serius. Siapa juga yang mau putus sama pacarnya," jawabnya tak santai.

Tarissa malah cengengesan mendengar nada bicara Betha. "Ya biasa aja, dong. Emosi banget," sinisnya disambut kekehan Betha yang merasa beruntung memiliki penghibur yang baik seperti Tarissa.

"Lo mau bikin FTV dari kisah gue?" tanya Betha tiba-tiba. Topik yang menarik. Tarissa terlihat berpikir cukup serius sebelum menanggapi pertanyaan basa-basi Betha.

Betha menatap Tarissa yang masih tampak berpikir dengan wajah tak tertebak sebelum akhirnya berkata, "Kayaknya gue nggak pernah nonton FTV yang ceritanya sejenis itu sih. Mungkin bisa dipertimbangkan."

"Judulnya apa?" pancing Betha.

"Sahabatku Adalah Mantan Terbaikku," jawab Tarissa spontan.

Spontan juga Betha mendorong tubuh Tarissa pelan, namun berhasil membuat gadis berambut panjang terikat itu sedikit hilang keseimbangan.

"Lo masih suka nonton FTV?" Betha melontarkan pertanyaan bodoh lagi.

"Ya iya, lah!" seru Tarissa semangat. "Sinetron keluaran terbaru juga bagus, Tha. Lo nonton deh," ujarnya masih dengan semangat yang sama.

Betha geleng-geleng. Entah tanda penolakan atas tawaran menonton sinetron terbaru atau karena ia baru saja sadar bahwa Tarissa masih sama seperti dulu – Si Ratu Sinetron.

"Lo nggak coba nonton drakor gitu?" tanya Betha lagi. Mendadak topik perfilman ini menarik untuknya.

Tarissa mengernyitkan dahinya. "Kenapa jadi drakor? Jangan-jangan..." Tarissa menjeda perkataannya, "Betha suka nonton drakor?!" tanyanya heboh disertai dengan gebrakkan meja sampai Betha harus sedikit menjauhkan telinganya.

Betha menghela napasnya. "Gue nanya doang. Heboh amat," protes Betha.

Tarissa menunjukkan cengiran tak berdosanya lalu menjawab setelah otaknya kembali netral. "Kalau nonton drakor gue nggak ngerti bahasanya. Lo 'kan tahu, gue malas baca subtitle."

"Ya udah nggak apa-apa sinetron aja," jawab Betha tak mau memperpanjang masalah. Betha tidak mau mengulang kejadian tiga tahun lalu. Saat dimana ia harus berperang dengan Tarissa soal jadwal nonton bioskop yang bentrok dengan jadwal tayang sinetron favorit Tarissa.

"Gue udah beres. Yuk, ke TU," ujar Betha sambil memasukkan kotak pensilnya ke dalam tas.

Mereka beranjak ke TU untuk menyerahkan laporan mingguan kelas. Rencananya setelah ini mereka akan makan sore di salah satu restoran terdekat.

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang