13 - JUTEK YANG SAMA

754 146 62
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

"Sungguh, kenapa kita harus satu tim," decak Betha setelah pembagian panitia selesai.

Sesuai percakapan singkat Alva dan Betha kemarin, mereka mengadakan rapat OSIS sepulang sekolah hari ini. Pembahasan siang ini adalah peringatan kemerdekaan Indonesia.

Pak Mawan baru saja selesai membagi seluruh anggota OSIS menjadi delapan mata lomba ditambah satu tim pengawas acara. Lebih tepatnya, seksi sibuk yang akan mengurus dan memastikan semua lomba berjalan dengan lancar.

Dugaan yang tepat. Alva dan Betha menempati tim pengawas dan hanya berdua. Hal yang sudah sangat Betha takuti sejak awal rapat.

"Profesionalitas." Alva mengangkat kedua alisnya kemudian mengambil selembar kertas kosong dari bukunya.

Betha mengambil kertas dari tangan Alva tanpa perintah kemudian membuka tutup penanya. Hal ini memang selalu Betha lakukan, mencatat semua pembahasan kegiatan untuk acara.

"Tha, kita 'kan cuma berdua, sedangkan semua mata lomba harus tetap diawasi. Berarti sistemnya nggak boleh bikin capek. Kamu 'kan nggak bisa banyak naik turun tangga," jelas Alva serius menyelipkan perhatiannya di akhir kalimat.

Betha mengangguk lalu ikut berpikir dengan Alva sejenak

"Kalau kita bagi empat-empat gimana?" tanya Betha.

"Kita harus mulai dari tempat. Kalau setiap empat mata lomba dekat pasti nggak capek bolak-balik, kan?" tanya Alva.

"Berarti lebih baik kita atur waktuya dulu. Jadi, nggak semua lomba dalam waktu bersamaan. Lapangan bisa dipakai bergantian jadinya."

Alva berpikir sejenak kemudian mengangguk setuju. "Oke, sekarang buat rundown dulu," ujarnya.

Betha mengangguk kemudian mulai menulis setiap rincian yang Alva katakan.

"Baik anak-anak, sudah pukul empat. Sekarang semuanya boleh pulang, diskusi kita lanjutkan besok sepulang sekolah." Pak Mawan menginterupsi riuh diskusi anggota OSIS untuk menutup pertemuan mereka yang telah berlangsung dua jam itu.

Setelah Pak Mawan keluar dari ruangan, beberapa kelompok masih melanjutkan diskusinya dan ada juga yang langsung bubar.

"Tha, pulang bareng, yuk," ajak Alva ketika Betha selesai menulis rincian terakhir.

Betha menatap Alva penuh keraguan. Ingin sekali kepalanya segera mengangguk, tapi tentu saja tidak dengan mudah. Ada hatinya yang harus dijaga.

"Jangan kebanyakan mikir," tuduh Alva tanpa beban.

Betha mendecak. "Ya udah, iya," jawab Betha mengulum senyumnya. Bisa pulang bersama Alva menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan setelah berakhirnya hubungan mereka.

"Permisi, mau cari Kak Alva," suara ceria dari depan pintu ruang OSIS menyadarkan Alva dan Betha yang baru saja berbunga-bunga. Keduanya sama-sama menengok mendapati Gamma yang berdiri dengan sebuah jas berwarna perak di tangannya.

Tanpa basa-basi Alva langsung melangkah ke ambang pintu dimana Gamma berdiri. "Makasih," ucapnya singkat nan datar setelah mengambil jas OSIS-nya dari tangan Gamma.

"Gamma yang harusnya bilang makasih. Oh iya, jas OSIS-nya udah Gamma cuci. Sekali lagi makasih ya, Kak," cerocos Gamma.

"Sama-sama," jawab Alva dingin.

ALVABETHWhere stories live. Discover now