58 - Kembali

594 129 18
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Selamat membaca! 💜💜

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

Ponsel Alva berdering untuk kedua kalinya, menginterupsi kegiatan sarapan Betha, Gamma, dan Delta. Sang pemilik ponsel sedang ada urusan lain di kamar mandi. Betha sudah berteriak sekali untuk memberitahu Alva bahwa bundanya menelepon dan lelaki itu malah menyuruh Betha untuk mengangkatnya.

Betha mengembuskan napas sekali lalu menggeser dial hijau pada ponsel Alva. "Halo, Tante, selamat pagi," sapanya ceria.

"Pagi, Sayang. Alvanya kemana?"

"Lagi di kamar mandi, Tante. Ada yang mau disampaikan?"

"Ah, nggak. Bunda mau tanya, kalian baik-baik saja kan? Pesan dari Bunda kemarin belum dibalas." Terselip kekhawatiran dalam kalimat Bunda Nadia barusan.

Betha tertegun sejenak. "Kami disini baik-baik saja kok, Tante. Sebentar lagi juga pulang ke Jakarta. Kemarin juga happy banget disini ..." Dan cerita gadis itu mengalir begitu saja. Sangat mengalir sampai tak menyadari kedatangan Alva.

Alva – yang kebetulan mendapat tempat duduk di samping Betha untuk pagi ini – meminta ponselnya setelah menyadarkan gadis itu akan kehadirannya dengan menepuk pundak gadis itu dua kali.

"Tante, ini Alva udah datang." Betha meyela topik Bunda Nadia yang baru saja akan menanyakan apa yang mereka makan selama di Puncak. Ponsel pun dia serahkan kembali pada Alva.

Entahlah apa yang mereka bahas selanjutnya, karena Alva tidak dominan berbicara. Lelaki itu hanya bergumam dan menjawab "iya" sesekali. Dia pasti masih malas bicara dengan Bunda Nadia akibat perselisihan itu.

Panggilan berakhir setelah Alva mengatakan bahwa setelah sarapan lagi mereka akan kembali ke Jakarta. Dia kemudian menyimpan ponselnya di saku celana tanpa mengatakan satu patah kata pun.

Betha menoleh mendapati muka Alva yang sedikit tidak bersemangat. "Kamu nggak balas pesan Bunda?" tanyanya langsung pada intinya.

Alva menoleh juga menatap Betha lalu menggeleng lemah. "Bunda cuma bilang hati-hati. Aku pikir nggak perlu dibalas," jujurnya.

"Kamu masih kesal sama Bunda?" tebak Betha tepat sasaran.

"Lumayan."

Betha menghela napas. "Tapi, kamu tetap anaknya," ujar Betha serius, "Kamu nggak akan pernah tahu kalau kabar dari kamu yang baik-baik saja adalah kebahagiaan buat dia. Bisa jadi itu juga salah satu sumber kekuatan Bunda."

Alva tertegun lalu tersenyum tipis. Tangannya bergerak mengelus kepala Betha dengan lembut. "Iya, aku salah. Makasih udah mengingatkan," ucapnya tulus yang dibalas anggukan Betha.

Interaksi sederhana. Sayangnya, sarapan kali ini tidak hanya mereka berdua.

****

"Iya, Pak, saya butuh secepatnya. Bapak bisa kapanpun pasti saya usahakan datang."

"...."

"Terima kasih banyak, Pak. Saya tunggu."

Panggilan berakhir tepat saat pintu kamar Bunda Nadia dibuka dari luar. Alva datang dengan segelas jus jeruk yang baru saja dibuatnya. Cuaca Jakarta sedang sangat panas belakangan.

"Makasih, Nak." Bunda Nadia mengambil gelas yang diserahkan Alva kemudian meneguk jus jeruk tersebut.

Alva melempar senyum canggungnya. "Maaf, Bunda, tapi tadi Alva nggak sengaja dengar percakapan Bunda di telepon."

ALVABETHWhere stories live. Discover now